LIMA BELAS

933 110 12
                                    

Hari yang menegangkan untuk Shani akhirnya datang. Sejak tadi Shani hanya diam dan mulutnya tidak berhenti berdoa agar semua berjalan lancar. Gracia pun juga ikut merasa gugup. Tapi, melihat Shani yang jelas terlihat lebih gugup darinya, membuatnya harus bersikap lebih tenang.

Gracia menghampiri Shani yang duduk menundukan wajahnya dengan kedua tangan terkepal di hadapannya dan mata terpejam. Gracia berjongkok di hadapan Shani dan menggenggam tangan Shani dengan lembut dan erat. Shani membuka matanya dan hatinya sedikit tenang melihat senyum di wajah super cantik kekasihnya.

"Kau akan baik-baik saja. Kita akan baik-baik saja. Semua akan baik-baik saja, baby." Gracia menempelkan keningnya di kening Shani.

Shani hanya diam dan balas menggenggam tangan Gracia dengan erat. Bersamaan dengan itu, Kelvin datang.

"Shani, perubahan rencana. Kau akan konferensi pers sendiri. Menurutku Gracia tidak perlu ikut. Berita kau akan mengklarifikasi kematian Viny lebih mendapat sorotan dibanding dengan pemberitaan kalian dan Anin." Ujar Kelvin.

"Kak! Apa-apaan kau ini. Kenapa melakukan perubahan rencana di detik-detik terakhir seperti ini?!" Protes Gracia dengan sangat kesal.

"Gre, rencana bisa berubah kapan saja. Biar bagaimana pun kita memang menyiapkan ini untuk Shani, bukan untuk klarifikasi hubunganmu dengan Anin." Kelvin menjelaskan.

"Tidak! Aku akan tetap menemani Shani!" Gracia bersikeras.

"Jangan seperti anak kecil, Gracia." Ujar Kelvin dengan tegas.

"Kak, biarkan aku yang bicara." Pinta Shani.

Kelvin hanya menganggukan kepalanya lalu pergi meninggalkan mereka.

"Kalau kau juga ingin melarangku, aku tidak akan mendengarkan." Gracia masih bersikeras sambil duduk di bangku di samping Shani.

"Ge, aku selalu mendengar apa katamu. Kenapa kau tidak mau mendengar apa kataku?" Tanya Shani dengan penuh kesabaran.

"Shani, aku tidak mau lagi disangkut pautkan dengan masa laluku. Aku tidak mau lagi pemberitaan tentangnya menyudutkanmu. Kenapa kau tidak mengerti?"

"Dengarkan aku," Shani menggenggam tangan Gracia.

"Biarkan kali ini aku menyelesaikan masalahku tanpa melibatkan siapa pun. Biarkan aku bertanggung jawab memperbaiki kekacauan yang pernah aku buat. Kau cukup memberiku dukungan bersama Beby, Kak Nju, Gita dan Feni di belakang. Oke?" Pinta Shani dengan amat sangat.

Gracia hanya diam dan mengalihkan padangannya dari Shani.

"Shan,"

Feni datang bersama Beby dan Gita juga Shanju.

"Reporter sudah berkumpul semua." Ujar Feni.

Shani hanya menganggukan kepalanya lalu kembali menatap Gracia. "Lihat aku, Ge." Pinta Shani dengan lembut.

Gracia menatap Shani dengan mata berkaca-kaca.

"I love you."

Ucapan Shani membuat air mata Gracia jatuh karena itu pertama kalinya Shani mengatakannya setelah mereka berpacaran. Belum sempat Gracia membalas, Shani sudah mencium bibir Gracia dan sedikit melumatnya. Lalu mencium kening Gracia sebelum pergi.

Shani menarik nafasnya dalam-dalam sebelum mengikuti Hary yang dulu adalah manager-nya. Keluar menuju tempat yang sudah di atur sedemikian rupa. Saat Shani muncul, semua mata tertuju padanya dan kilat cahaya dari kamera para reporter tidak berhenti mengikuti setiap gerak gerik Shani sampai Shani duduk di bangku disamping Hary.

Sure ThingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang