EMPAT BELAS

909 105 26
                                    

"Bagaimana kita menjalani hubungan kita nanti? Kau disini, aku di Jakarta. Membayangkannya saja rasanya aku tidak sanggup."

Shani membuka matanya. Dia bahkan tidak memikirkan itu saat memulai hubungannya dengan Gracia. Dia pun belum pernah menjalani long distance relationship. Dia bukan tipe wanita yang tahan berjauhan dengan kekasihnya. Jangankan berjauhan, bertengkar dan di abaikan oleh Viny pada saat itu saja sudah membuatnya gila.

"Aku, belum memikirkan hal itu, Ge." Jawab Shani.

Gracia menghela nafas kecewa. Dia mengerti posisi Shani yang tidak bisa kembali ke Jakarta karena terlalu banyak hal yang menyakitkan untuknya. Tapi, dia pun juga memiliki tanggung jawab pada perusahaannya di Jakarta dan tidak bisa seenaknya meninggalkannya untuk tinggal dengan Shani di Jogja.

"Bisakah kita fokus untuk konferensi pers dulu? Setelah itu kita akan mencari jalan keluarnya. Hmm?"

"Baiklah." Jawab Gracia sambil memeluk pinggang Shani dengan manja. "Aku ingin seperti ini terus denganmu." Ujarnya dengan nada menggemaskan.

"Kita tidak bisa terus seperti ini. Bagaimana kalau kita lapar? Bagaimana kalau kita, Aww!!" Shani meringis kesakitan karena dadanya di gigit oleh Gracia dengan gemas. "Astaga!! Kau benar-benar candu menggigitku, huh?!" Omel Shani dengan kesal.

"Kau dan mulutmu yang menyebalkan itu membuatku kesal!" Gracia melepaskan pelukannya.

"Aku hanya menggodamu. Kau malah menggigitku!" Protes Shani dengan nada manja.

Gracia hanya mencibir menanggapinya. Bersamaan dengan itu, ponselnya berdering. Gracia mengambil dari dalam tasnya. Nama Anin tertera di layar ponselnya. Gracia langsung mereject teleponnya dan menonaktifkan ponselnya. Kemudian memasukkan kembali ke dalam tasnya.

"Apa kau juga suka menggigit mantanmu itu dulu?" Tanya Shani dengan nada dingin.

Mendengar itu, Gracia mengerti wanitanya itu tengah cemburu. Dia pun tersenyum jahil karena memiliki ide untuk mengerjai Shani.

"Jangan bertanya hal yang akan membuatmu cemburu, Indira." Jawab Gracia dengan nada menyindir.

"Tidak. Aku tidak cemburu. Aku hanya ingin tahu saja." Shani berkilah.

"Apalagi yang ingin kau ketahui?" Tanya Gracia yang dengan sengaja memancing kecemburuan Shani.

"Hmm.. Sepertinya tidak ada. Aku tahu gaya berpacaran wanita sepertimu ini bagaimana." Jawab Shani yang juga berniat membuat Gracia kesal. "Ah.. Pasti kau juga tidak berani dekat-dekat dengan mantanmu itu. Bodoh sekali aku bertanya hal semacam itu padamu." Shani seolah bicara pada dirinya sendiri lalu tertawa kecil sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Yaa!! Apa maksudmu wanita sepertiku?!" Tanya Gracia dengan nada tidak terima.

"Ya wanita sepertimu. Bukan wanita berpengalaman sepertiku." Jawab Shani dengan nada bangga.

"Hah?! Harusnya kau bersyukur aku menjadi kekasihmu. Karena aku tidak pernah macam-macam dengan mantanku walaupun kami berpacaran lama." Protes Gracia dengan kesal.

Shani pun tersenyum penuh kemenangan. "Lihatkan? Tidak ada yang perlu aku cemburui dari mantanmu." Jawabnya lalu tertawa.

Gracia berdecak kesal karena sadar kalau dia tidak berhasil membuat Shani cemburu dan malah berhasil di kerjai oleh Shani.

"Terus saja kau tertawa!" Omel Gracia lalu pergi meninggalkan Shani.

"Kau mau kemana, Ge? Katanya ingin terus memelukku disini?" Shani berlari menghampiri Gracia yang berjalan menuju mobil.

Sure ThingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang