10.

1K 150 17
                                    

Alice mencoba mendorongnya menjauh lagi dan lagi. Sebastian tersenyum geli melihat sosok kecil dan langsing itu bertarung melawannya. Wajahnya begitu galak, ada api besar di matanya yang besar berwarna coklat tua, api yang ingin membakarnya hidup-hidup!.

"Jangan buang tenagamu Alice. Simpanlah untuk nanti." Ujar Sebastian. Di dalam hatinya masih frustasi atas kesediaan Alice untuk makan malam bersama si Bajingan William. Tapi memandangnya sekarang, tidak pernah gagal untuk menunjukkan kalau Alice membencinya.

Well, Sebastian tidak berharap Alice menyukai atau merasakan apa pun padanya. Alice tidak begitu penting. Dan Sebastian punya lebih banyak orang penting untuk ditangani.

Tapi karena Alice bukan kekasih Maxim, maka niatnya untuk mengajarinya karena sudah berani meninju wajahnya di tengah jalan di kotanya sendiri empat tahun lalu. Itu harus diinstal ulang ke dalam daftar Must-Do-nya, bukan?

Alice berkencan dengan William. Dan dari informasi yang Sebastian kumpulkan dari anak buahnya, John White sudah memiliki kesepakatan dengan William.

Apa ayah tirinya ingin Alice memikat William dan memikat orang-orang bodoh itu agar jatuh cinta padanya?

So, hutang John White akan terhapuskan.

Sebastian mengangkat sudut bibirnya, itu dia! Dan Alice sudah setuju dengan ayah tirinya, itu sebabnya dia berdandan dan tersenyum sepanjang jalan ke arah William.

Wajah Sebastian menjadi kaku, matanya menjadi lebih gelap dari sebelumnya. Dia menekan tubuhnya lebih keras pada tubuh Alice, berniat untuk lebih menenggelamkan sosok langsing itu ke sofa.

"Sepertinya investasimu berhasil ya." Ujar Sebastian sarkastik.

Alice menggeliat di bawah tubuh Sebastian yang berat, mencoba mengangkat lututnya untuk menusuknya, namun sejauh ini dia tidak bisa berbuat apa-apa selain menggunakan tangannya untuk mendorong wajah pria itu menjauh. Wajah memar yang tampak lebih menakutkan dari sebelumnya.

"Apa yang kau bicarakan?" Jantung Alice berdetak sangat kencang dan dia merasa takut di dalam. Tidak main-main, kali ini tidak mudah mengendalikan emosinya untuk berpura-pura keren, karena Sebastian terlihat sangat menakutkan dengan ekspresi seriusnya. Pria itu marah padanya, untuk apa?

Mungkinkah karena dia berbohong padanya tentang menjadi kekasih Maxim? Atau karena Sebastian yang gila ini ingin memenangkan setiap pertarungan yang menghadangnya, tapi Alice belum memenangkan apa pun bersamanya. Otaknya berusaha mencari tahu, terutama mencari cara untuk bertahan dalam situasi yang sangat berbahaya ini. Terlebih lagi, tempatnya lah yang Alice tidak tahu apa-apa tentang hal itu.

"Jangan berpura-pura, Alice. Apa menurutmu aku tidak tahu apa yang sedang kau dan ayah tirimu lakukan?? Persekongkolan dengan ayah tirimu untuk mengelabui William?"

"Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan Sebastian. Hentikan...jangan..." Ucapannya tertelan ke tenggorokan saat Sebastian menempelkan bibirnya ke bibir Alice.

Alice berusaha menggeliat dan menghajarnya. Namun sosok tinggi itu semakin menenggelamkannya ke sofa dan membuatnya sulit bergerak. Dia menampar wajahnya, tapi itu tidak memberikan dampak besar seperti yang ia harapkan. Sebuah tangan besar menangkap tangannya dan memaksanya tetap berada di atas kepalanya.

Bibir Sebastian yang panas melumat dan mengulum bibir Alice dengan keras seolah ingin menghukumnya. Alice merasa seperti kehabisan nafas dan mulai gemetar karena rasa takut dan segala emosi yang bercampur aduk.

Alice membuka mulutnya untuk memprotes, dan Sebastian menggunakan kesempatan itu untuk memasukkan lidahnya ke dalam, menggunakan tangannya untuk menekan rahang Alice untuk memastikan dia tidak menggigit lidahnya seperti yang gadis itu coba lakukan terakhir kali.

Timing The Las Vegas PlayboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang