39.

797 113 19
                                    

Alice menggendong Summer dalam pelukannya. Dia berjalan mondar-mandir di ruang tamu. Sudah lewat tengah malam dan orang gila itu belum kembali.

"Woof!" Summer sepertinya secara naluriah mengetahui kalau mommynya mengkhawatirkan Daddynya.

"Kau mau tidur? Daddy mu belum kembali. Kuharap dia kembali dalam keadaan utuh. Seperti yang kau tahu dia gila dan suka dipukuli. Kehidupan terakhirnya pasti hanya karpet!"

"Woof" Summer memprotes agar Mommy tidak berkata seperti itu tentang Daddynya.

"Itu benar. Dia keras kepala. Daddy Summer itu jahat. Kapan dia akan bersikap seperti orang normal lainnya, aku tidak tahu."

Alice menghela nafas. Kemudian berbalik saat pintu penthouse dibuka. Sosok jangkung itu masuk. Wajahnya kotor dengan bercak hitam jelaga. Bau asap menyebar ke mana-mana. Ben dan James mengikuti di belakangnya. Alice segera bergegas menghampirinya. Sebastian meraihnya dan segera menarik Alice ke dalam pelukannya.

"Ruff!" Summer membuat keributan karena dia terjepit di antara Daddy dan Mommynya. Sebastian mengambil anak anjing itu dari tangan Alice, menempelkan hidungnya hingga bersentuhan dengan hidung anak anjing itu.

"Aku di rumah sekarang. Kau boleh tidur. Daddy juga akan tidur." Ujar Sebastian pada Summer dan menyerahkannya pada James. Pengawal itu mengetahui tugasnya sehingga dia membawa anak anjing itu dan berjalan ke kamarnya. Sementara Ben pergi ke bar, menuangkan wiski ke dalam tiga gelas.

Sebastian merangkul pinggang Alice dan membungkuk untuk menciumnya tanpa peduli Ben ada di bar. Alice membiarkannya berciuman sampai puas. Lalu sang bos mengangkat wajahnya yang berjelaga ke atas.

"Bagaimana dengan klienmu?" tanya Alice.

"Klien apa?" Sebastian mengangkat alisnya karena dia lupa kalau ia memberitahu Alice  dia ada pertemuan dengan klien.

"Kau berbau asap di mana-mana dan wajahmu terlihat seperti kucing kotor. Kau membakar tempatnya?" Lisa melihat wajahnya yang berjelaga, menggunakan jari-jarinya untuk menggosoknya dan menunjukkan kotorannya.

"Kucing kotor? Maksudmu harimau?" Tanya Sebastian. Tidak ada yang berani memanggilnya kucing. Tapi dia mengenal wanita ini, Alice bisa mengatakan apapun yang dia inginkan. Sebastian menatap wajah cantiknya. Pria itu lalu membungkuk lagi dan mengusap wajahnya ke wajah Alice.

"Hei. Kau kotor. Jangan lakukan ini." Alice berteriak dan mendorongnya menjauh.  Sebastian terlihat senang melihat wajah Alice menjadi hitam jelaga sekarang.

"Well, sekarang kau dan aku, kita sama-sama kotor. Jadi ayo kita mandi." Ujar Sebastian sambil meletakkan lengannya di bahu Alice dan langsung berjalan menuju kamar tidurnya.

Ben memandang ke arah bos dan Alice lalu melihat ke arah wiski yang akan diberikannya. Dia mengangkat bahu lalu mengangkat gelasnya dan menelan cairan emas indah itu ke tenggorokannya. Tak lama kemudian James berjalan kembali kearahnya.

"Pergi?" James bertanya pada temannya.

Ben mengangguk dan menatap ke kamar tidur bos.

"Ya. Dia tidak menyia-nyiakan waktunya saat melihat wanitanya." Ujar Ben.

James lalu berjalan ke bar dan meminum wiski yang dituangkan Ben untuknya. Dia menatap gelas kaca itu. Mereka terdiam selama satu menit.

"Bos terlalu gila malam ini." gumam James.

Ben menghela nafas dan setuju dengan temannya. "Tapi dia baik-baik saja sekarang. Setidaknya dia pulang daripada pergi ke rumah persembunyian."

Dulu Sebastian akan pergi ke rumah persembunyian untuk membuat Harvey menderita dan mencari tahu kebenarannya. Tapi karena Nona Alice, pria itu bergegas pulang untuk menemuinya.

Timing The Las Vegas PlayboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang