22.

826 113 3
                                    

"Bagus!" Ucap Alice lalu berjalan menghampiri James terlebih dahulu sambil membawa semangkuk nasi goreng di tangannya.

"Baunya enak sekali, Nona." Ujar James pada Alice dan dia memberinya senyuman ramah.

"Aku harap kau akan menyukainya." Alice menjawab dan mengambil nasi goreng dan menaruhnya di piringnya.

"Terima kasih banyak, Nona."

"Terima kasih kembali." Kemudian Alice berpindah pada Ben dan melakukan hal yang sama.

"Aku yang mengupas bawang dan memotong tomat!" Suara sang bos yang disisipkan seolah tak ingin ketinggalan pembicaraan menyebabkan Ben dan James terdiam dan menatap ke arah bos mereka.

"Wow!" Mereka mengucapkan satu kata. Dan Sebastian mengangkat kepalanya sedikit.

"Itu tidak mudah, tahu?" Itu benar. Matanya masih terasa perih.

Ben dan James buru-buru mengangguk setuju dengan ekspresi hormat mereka yang tinggi "Ya, bos." Kemudian keduanya menunduk ke nasi goreng mereka untuk menyembunyikan senyum geli mereka.

Alice berjalan berdiri di samping Sebastian dan menaruh nasi goreng di piringnya, dan tentu saja, inilah puncaknya, ketika dia menambahkan banyak cumi dan sambal untuknya.

Kemudian Alice kembali untuk duduk di kursinya. Menuangkan nasi goreng untuk dirinya sendiri. Ia melihat Sebastian menggunakan garpunya untuk mengaduk dan wajahnya mengerutkan kening.

"Apa ini? Damn. Cumi-cumi. Ini benar-benar cumi-cumi. Apa kau bercanda?" Sebastian berteriak dan mengirimkan tatapan tajam ke arah Alice. "AKU TIDAK MAKAN CUMI-CUMI!"

"Ini nasi goreng seafood, pasti ada cumi-cuminya." Ujar Alice dengan suara halus. Dia memberinya tatapan seolah Sebastian adalah seekor lalat yang menyebalkan.

Pria itu mengerutkan hidungnya seolah dia mencium sesuatu yang tidak enak. Wajahnya  berubah murung m.

"Enak. Aku menyukainya. James dan Ben juga menyukainya." Lanjut Alice dengan wajah datar. Merasa senang karena bersikap ironis dan provokatif pada Sebastian.

"Ini bau" Sebastian mencondongkan wajahnya seperti anak laki-laki daripada mafia besar.

"Aku sudah membersihkannya dengan baik." bantah Alice.

"Masih bau. Aku benci itu." Sebastian membantah sambil mengerutkan hidung saat melihat cumi-cumi itu. Alice mengangkat bahu tanpa memperdulikan orang yang memasang wajah tidak senang.

"I said no squid!"

Alice meletakkan sendoknya, menghela nafas dan menatap lurus ke matanya.

"Kau tahu demokrasi, Sebastian? Ini Amera, tanah kebebasan dan demokrasi. Kami bertiga menyukainya" Alice balas membentaknya.

"James dan Ben, lihat bos kalian. Dia bertingkah seperti anak bandel, kalian berdua jauh lebih baik darinya. Dia seperti bayi, sangat pemilih dan tidak bisa makan makanan pedas. Di Thailand, anak berusia tiga tahun sampai yang tua bisa makan cumi dan cabai untuk jajan." Alice bermaksud untuk membangkitkan semangatnya sedikit lagi.

Ben dan James meringis terkejut dan tersentak mendengarnya.

Mata Sebastian menjadi gelap melihat orang yang berani itu. Tidak ada yang berani mengatakan hal seperti ini padanya.

"Kau pikir kau ini siapa, Alice? Berani berkata seperti ini padaku!" Sebastian melihat ke piringnya, banyak cumi kenyal dan cabai merah di dalamnya. Pria itu mencibir dan menatap Alice yang begitu berani.

Ben dan James bersiap untuk melompat menjauh karena jika bosnya marah dan melemparkan benda berat ke arah mereka, mereka bisa menghindar.

Tapi, kedua pengawal itu membuka mulut dan tersentak lagi saat melihat sang bos menatap cumi-cumi itu seolah dia membenci mereka sejak kehidupan sebelumnya. Sebastian memegang pisau dan garpu dengan erat sambil memasang wajah serius. Kemudian di luar dugaan mereka, sang bos memotong cumi-cumi itu menjadi potongan-potongan kecil, menggunakan garpu untuk menusuknya dan memasukkannya ke dalam mulutnya, menahan napas, mengunyahnya dua kali, dan menelannya ke tenggorokan dengan cepat. Tangan besar itu buru-buru mengambil gelas wine-nya dan meminumnya.

Timing The Las Vegas PlayboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang