25.

991 112 5
                                    

"Woof!" Alice mendengar Summer mengeluarkan suara.

Dia mengamati melalui jendela kaca dapur untuk melihat sosok tinggi yang menggendong Summer untuk dimasukkan ke toilet anjing dan kemudian ia membelakangi anak anjing itu. Alice membawa dua cangkir kopi dan berjalan ke arahnya.

"Jangan menatapnya. Kau akan membuatnya malu dan dia tidak akan melakukannya." Ucap Sebastian ketika melihat Alice memperhatikan anak anjing itu berputar-putar mencari posisi yang cocok untuk panggilan alam. Alice berkedip, pria ini lupa kalau Summer adalah anjingnya!

"He's my baby." Alice mengingatkannya. Menyerahkannya secangkir kopi hitam.

"Milikku juga." Sebastian berkata terus terang, lalu mengangkat cangkirnya untuk melihat dan mengendusnya terlebih dahulu. Karena dia memiliki pengalaman yang sangat buruk dengan kopinya yang buruk belum lama ini.

Alice memalingkan wajahnya dan meminum kopinya.

Sebastian memandangnya lalu menyesapnya dan kemudian dia minum lebih banyak ketika ia tahu itu hanya secangkir kopi biasa.

"Woof!" Anak anjing itu mengeluarkan suara. Sebastian bergegas menyerahkan cangkirnya pada Alice.

"Pegang untukku." Sebastian berkata lalu pergi ke Summer dan melihat anak anjing itu baru saja buang air kecil.

"Sekarang waktunya berolahraga bersama Daddy mu." Ucap Sebastian lalu berjalan menuju keranjang mainan di dekat rak kayu tempat keranjang anggrek dan bunga digantung dengan indah. Dia menunjukkan pada Summer sebuah bola tenis kecil. Lalu ia melemparkannya dengan lembut ke sudut jauh. "Pergi dan ambil itu."

Summer sepertinya menyukai permainan ini, kakinya yang pendek dan kecil langsung berlari mengejar bola. Dia memasukkannya ke dalam mulutnya dan berlari kembali ke Sebastian.

"Good boy!" Sebastian memuji si kecil, mengeluarkan bola dari mulutnya dan menepuk kepala kecilnya. Lalu memberinya hadiah.

Summer menggoyangkan ekornya dengan cepat sebagai tanda gembira. Dia menyelesaikannya dengan sangat cepat.

"Ingin lebih? Kau harus mendapatkannya. Putaran kedua. Pergi!" Perintah suara yang halus dan santai dan anak anjing itu berlari seolah dia tahu isyaratnya. Mereka mengulangi aktivitas itu.

Disisi lain, Alice kagum melihat dalam kurun waktu beberapa hari, Summer-nya sudah bertukar sisi sepenuhnya tanpa ragu-ragu. Melihat suguhan dan mainan yang dia dapat dari Sebastian, penuh di keranjang.

"Kau ingin sesuatu dengan kopimu?" Tanya Alice karena Sebastian tidak memperhatikannya sama sekali.

"Seperti apa?" Pria itu menoleh ke arah wanita yang mengenakan piyama dengan celana dalam di sakunya. Rambutnya terlihat berantakan tapi entah kenapa, dia merasa Alice terlihat seksi seperti ini di pagi hari.

"Hm, seperti sepotong croissant, cake, atau cookies." Jawab Alice. Dia biasanya menyukai sepotong croissant yang dicelupkan ke dalam kopi paginya. Ia melihat setoples kue keping coklat di lemari. Untuk kue atau croissant, Alice pikir dia bisa menemukannya di toko roti hotel atau restoran karena ini adalah hotel bintang tujuh, mereka punya segalanya untuk menyenangkan pelanggan kaya.

"Aku bukan perempuan, aku tidak suka yang manis-manis." Sebastian menjawab dengan sinis dan meliriknya lalu mengalihkan perhatiannya ke Summer lagi.

Karena Sebastian tidak lagi tertarik padanya. Alice menghabiskan kopinya dan kembali masuk ke dalam. Dia buru-buru mandi, memakai kaos kuning cerah dengan celana katun hitam.

Alice masih belum membongkar kopernya karena dia tidak yakin di mana harus meletakkan pakaian dan barang-barangnya.

Setelah selesai, ia pergi ke luar, tidak melihat siapa pun di ruang tamu yang besar jadi dia pergi ke dapur, membuat secangkir teh untuk dirinya sendiri. Wanita cantik itu sangat lapar, tenaganya terkuras habis karena aktivitas semalam yang dijalankan oleh pria penuh nafsu itu.

Timing The Las Vegas PlayboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang