12.

955 122 3
                                    

Sebastian merasakan panas dalam darahnya saat melihat gadis itu duduk di pangkuannya.

"Sebastian! Jangan, Kau kelihatan jelek sekali sekarang, jangan, please. Mandi dulu." Alice mencoba beralasan dengan suaranya yang tenang, tidak membiarkan pria itu tahu kalau dia sedang berjuang untuk menyedot udara ke paru-parunya karena sangat takut dengan situasi tersebut.

Sebastian menatap mata Alice yang melebar, tangannya di pinggulnya, ia merasakan kelembutan gadis itu di tubuh kokohnya, membuatnya menginginkan sesuatu yang lebih.

"Aku punya ide yang lebih baik. Hm,..." Sebastian bergumam, menundukkan kepalanya untuk menempelkan bibirnya ke bibir gadis itu.

Alice langsung mendorong dadanya, berusaha melepaskan diri dari pelukan dan bibir Sebastian. Otaknya menemukan cara untuk membantu dirinya sendiri. Kursus bertarung yang dia ikuti seharusnya membuatnya mudah untuk bertarung karena ia bukannya tidak berdaya dalam hal ini, dia terlatih dalam pertahanan diri.

Sesuatu yang terus menyembul di bawahnya membuat Alice tersipu malu. Bibir Sebastian yang panas menghisap kulit di pangkal lehernya membuatnya menggigil hingga ke tulangnya.

Alice menggertakkan gigi untuk melawan dirinya dan kelemahannya sendiri.

"Berhenti sekarang, atau..." Alice berhasil berbicara, terdengar mengancamnya. Itu membuat bibir panas Sebastian berhenti menghisap kulitnya dan mengangkat wajahnya. Alisnya yang tebal terangkat karena nada Alice yang berani.

"Atau apa?" Tanya Sebastian dengan seringai di wajahnya yang memar.

Alice memandangnya pada level yang sama. Tangannya meraih sesuatu di bawah air, menemukan benda itu, lalu ia memegangnya erat-erat dan meremasnya kuat-kuat. Sebastian berteriak keras saat itu juga, rasa sakit menjalar dari bagian yang sangat penting ke otaknya.

"Ouch, fuck...uggh! Jangan, jangan berani-berani meremas,arrrgh... uggh! lepaskan sekarang, Alice!" Sebastian mengumpat dengan keras, menggertakkan gigi saat rasa sakitnya semakin bertambah.

Alice tidak melepaskannya ketika bos agresif itu memerintahkannya. Kursus seni bela diri yang dia ikuti tidak sia-sia. Dia Alice berpikir kalau ia harus menggunakan metode ini kepada siapa pun, tapi inilah Sebastian Alexander. Dia membuatnya harus melakukan itu.

Meremas kulit halus ereksi keras di tangannya, membuat rambut Alice berdiri di belakang lehernya, ingin melepaskannya dengan rasa jijik, tapi belum bisa melakukannya karena itu adalah sandera yang bisa dia gunakan untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Jadi ia memberi tekanan lebih besar padanya.

Hal ini menegaskan kepada Alice kalau cara ini pasti berhasil!

"Uggh! Berhenti, lepaskan penisku sekarang!"

Sebastian berteriak dengan nada kesakitan, tangannya terulur ke bawah air untuk meraih pergelangan tangan Alice dan menariknya. Cara tangan Alice di bagian pribadinya membuatnya merasa terangsang sekaligus sakit pada saat yang bersamaan. What the heck?! Tapi bukan itu yang Sebastian bayangkan saat tangan Alice menempel padanya. Sebastian merasakan darah perlahan mengalir dari otaknya, dia melontarkan tatapan memarahinya.

"Aku... Ugghh... Ku bilang..LEPASKAN PENIS KU SEKARANG!"

Alice meremasnya lebih keras, merasa puas melihat wajah tegas Sebastian berkerut kesakitan.

Pria itu memintanya! Semakin dia memaksa pergelangan tangan Alice, semakin Alice mengencangkan tangannya.

Sebastian melihat kepuasannya di mata, gadis gila ini tidak akan melakukan apa yang dia perintahkan. Pria tampan itu menggertakkan gigi, mengubah taktiknya, melepaskan pergelangan tangan Alice dan meletakkan tangannya di payudaranya. Dia meremasnya kuat-kuat, melepas kaitan bra-nya. Sebastian menundukkan kepalanya ke sana dan menggunakan lidahnya untuk menjilat nya.

Timing The Las Vegas PlayboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang