15.

1.4K 142 16
                                    

Alice bangun pukul enam pagi. Saat dia sadar ada bibir dan lidah seseorang yang menghisap dan menjilat payudaranya. Dia tersentak.

"Sebastian... Berhenti!"

Alice terkejut mendengar suaranya yang serak. Itu pasti karena semua teriakan yang dia buat tadi malam. Wajahnya langsung menjadi kaku.

Wanita itu merasakan sakit di sekujur tubuhnya saat bergerak, terutama bagian intimnya, mengingatkannya segala sesuatunya sudah tidak sama lagi.

Alice menatap wajah laki-laki yang dimimpikannya buruk itu. Dalam mimpinya, Sebastian mengejar seperti hantu dan Alice lari menyelamatkan nyawanya. Dan di sini, mimpi itu menjadi kenyataan.

Alice melihat dengan jelas tato di dadanya adalah seekor elang, di setiap lengannya ada seekor naga. Sebastian juga memiliki lebih banyak lagi di bagian belakang lehernya. Dia pikir itu tampak seperti matahari dan simbol ketidakterbatasan.

Sebastian mengangkat sudut bibirnya. Puas karena dia bisa membuat Alis marah di awal hari. Ia menekan berat badannya pada tubuh langsing wanita itu, membenamkannya jauh ke dalam kasur.

"Tidur nyenyak huh? Kau mendengkur sangat keras." Ucap Sebastian dengan wajah datar dan membuat Alice tersipu malu. Dia melebarkan matanya dan mendorongnya menjauh.

"Kau idiot. Aku tidak pernah mendengkur, lepaskan aku sekarang. Kau seberat beruang." Alice balas membentak.

Sebastian tersenyum melihat wajah kemerahannya. Dia mencoba menyembunyikan kecanggungannya di balik ekspresi marahnya.

Alice terlihat sangat manis dengan cara yang tidak bisa dijelaskan. Rambutnya berantakan, bibirnya agak bengkak karena ciumannya. Dia juga tampak lelah dan letih dan Sebastian tahu itu karena ulahnya. Alice meringis saat bergerak. Sebastian mengangkat tubuhnya, melepaskan tubuh Alice dan meletakkan lengannya di perutnya.

"Kau sakit?" Tanya Sebastian dengan sedikit kekhawatiran dalam suaranya.

Alice memilih diam, dia merasa marah dengan apa yang sudah dilakukannya padanya dan tidak ingin berbicara dengan pria itu malah ingin mencekiknya.

Sebastian kemudian turun dari tempat tidur, mengulurkan tangan untuk melebarkan kaki Alice. Wanita itu menyentak, berteriak, dan menendang.

"Apa yang kau lakukan?" Alice berteriak dan menarik kakinya, tapi Sebastian tidak melepaskannya. Tangan besar itu memegangi pahanya. Dia berbaring di antara kedua kaki Alice dan menatapnya dengan jarak yang sangat dekat.

Sebastian mendongak dengan tatapan kesal saat mendengarnya berteriak. "Hei! Berhentilah bersikap seperti anak kecil. Aku hanya melihat apa kau terluka atau mengalami kerusakan parah di sana." Pria itu memarahinya seperti Alice masih kecil dan konyol karena berteriak. Pria ini sungguh luar biasa!

"AKU BAIK BAIK SAJA. Lepaskan kakiku. Jangan lihat, tidak tidak. Jangan sentuh." Teriak Alice dan berusaha menutup kakinya. Dia bangkit dan memukul Sebastian dengan tinjunya di bahunya.

"Jangan coba-coba denganku Alice. Kalau kau tidak berhenti berteriak, aku akan bercinta denganmu seperti yang aku lakukan tadi malam."

Sebastian mengancam dan sepertinya itu berhasil karena wanita itu segera berhenti. Alice menghempaskan dirinya kembali ke kasur menutupi wajahnya dengan tangannya, tidak bisa memandangnya dan cara dia berbaring di sana.

Sebastian sedang menatap bagian intim Alice. Sungguh indah!

"Biarku lihat." Ujar Sebastian lalu mengangkat kaki Alice dalam bentuk M agar bisa melihat lebih baik. Pemandangan yang membuat detak jantungnya semakin cepat. Dia tampak..Hm, merah jambu dan, yummy.

Timing The Las Vegas PlayboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang