14.

1.1K 119 7
                                    

Alice merasa seolah tubuhnya tidak berada di bumi, melainkan melayang di udara dan oksigen di paru-parunya tidak cukup sehingga ia segera menghirup udara karena mengira akan mati jika terlambat sedetik saja. Dia masih belum bisa berpikir jernih tentang apa yang baru saja terjadi.

Ia membuka matanya perlahan dan melihat sosok maskulin Sebastian Alexander duduk di antara kedua kakinya. Semuanya besar dan kuat, dan TELANJANG!

Alice menunduk untuk melihat tangan pria itu yang sedang menggulung kondom pada naga raksasanya! Kesadarannya kembali tiba-tiba, matanya membelalak terkejut.

"Apa..apa yang terjadi dan apa yang kau lakukan padaku, Sebastian?" teriak Alice dengan wajah terkejutnya, buru-buru bangkit namun Sebastian mencengkeram kakinya dan menghentikannya. Alice melihat tubuh telanjang Sebastian, wajahnya memerah, dia segera meraih selimut dan menyeretnya untuk menutupi dirinya.

Sebastian melepasnya dan menarik kakinya untuk berbaring di tempat yang sama seperti sebelumnya.

"Ada apa? Kupikir kita saling memahami?" Sebastian memandangi tubuh telanjang Alice dari ujung kepala sampai ujung kaki, mata biru tajamnya penuh nafsu dan hasrat.

"You evil! Jangan pernah menyentuhku lagi." Alice berteriak, otaknya masih belum berfungsi dengan baik tapi dia tahu Sebastian tidak akan melepaskannya malam ini.

Tubuhnya sudah menunjukkan bahwa dirinya sudah tidak sama lagi. Alice merasa ingin menangis pada menit-menit ini tapi TIDAK, ia berusaha menahan air matanya. Dia tidak akan membiarkan Sebastian tahu atau melihat kelemahannya. Alice sudah belajar satu hal tentang bos jahatnya ini. Dia suka kemenangan.

Sebastian memandang wanita di tempat tidurnya. Wajah Alice yang memerah karena marah membuatnya mengumpat dengan gelisah.

"Dengar, kita berdua sudah dewasa, Alice. Sekarang kau di ranjangku, dalam keadaan telanjang. Aku sudah menyentuhmu, setiap jengkal tubuhmu. Mau tidak mau, tapi mulai sekarang kau adalah wanitaku."

Sebastian memberinya tatapan kesal seolah Alice membuang-buang waktunya. Tangan besarnya terulur untuk membelai pahanya. Alice menjerit dan melemparkan bantal ke arahnya. Sebastian menangkapnya dan melemparkannya dari tempat tidur.

"Brengsek! Aku sudah muak denganmu sekarang, Alice"

Wajah Sebastian berubah cemberut dan murung. Dia menarik kakinya lalu melemparkan tubuh kokohnya ke atas sosok langsingnya, sengaja menekan tubuh maskulinnya yang berat di atas Alice. Intinya langsung menekan milik wanita itu. Alice melebarkan matanya dan tersentak. Wajahnya semakin memerah. Sebastian menyeringai, mengangkat alisnya dengan mata biru tua tertuju pada mata coklat itu.

"Kau milikku, Alice. Sekarang kalau kau cukup pintar, kau tidak boleh memikirkan apa yang sudah hilang darimu, tapi harus memikirkan bagaimana cara menyenangkan aku agar puas dan saat aku puas aku akan menjadi pria yang sangat baik." Ucap Sebastian sambil membungkuk untuk mencium garis rahang Alice dan menempelkan wajahnya di lekuk lehernya, menjilat dan menghisap kulit lembut wanita di bawahnya ini. Alice mencoba untuk bergerak, tapi Sebastian memastikan dia tidak bisa memberinya rasa sakit lagi, tidak bisa memukulnya dengan tinjunya atau menusuknya dengan lutut. Tangan Alice terjebak di antara tubuh mereka.

Alice menggeliat di bawahnya sambil menggigit bibir karena marah dan frustasi. Dia tidak bisa melakukan apa pun padanya sekarang. Tubuh Sebastian yang besar dan berat sepenuhnya berada di tubuhnya. Tubuh mereka bersentuhan dengan sangat intim. Dia bisa merasakan panas dari kulitnya.

Bagian pribadi Sebastian terasa keras di bagian tengahnya dan Alice merasakan bagian itu bergerak bolak-balik di bagian tengahnya. Dia ingin berteriak lagi walaupun ia bukan orang yang banyak berteriak, malam ini Alice sudah berteriak seperti anak kecil tak terhitung jumlahnya.

Timing The Las Vegas PlayboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang