POV Marvin:"buset dah pagi gua kira masih malem, harus cepet cepet nih gua mandi" ucap Marvin sembari berdiri dan mengaca.
"nggak mandi juga tetep ganteng" gumam Marvin sembari tersenyum layaknya pasien RSJ.
setelah membayangkan dirinya sedang di foto foto layaknya bak model di depan kaca Marvin pun memasuki kamar mandi.
setelah selesai mandi Marvin turun ke bawah dengan seragam sekolah nya, menuruni tangga.
sampai di bawah Marvin melihat sang mami dan papi nya sedang berduaan di dapur.
"masih pagi woy!" sahut Marvin sembari mengambil buah apel dan di makan.
"syirik aja lo!" sindir wito-papi Marvin, Marvin dan Wito memang akrab, bahkan kalau di lihat lihat wajahnya mirip, ya anak nya.
"yeee siapa juga yang syirik" Marvin duduk di kursi meja makan sembari menyendok nasi.
"sini mami ambilin" Fanisya mengambil alih sendok untuk mengambil nasi dari tangan Marvin.
Marvin tersenyum dan mengangguk.
"lebay, gitu aja di ambilin" ketus Wito sembari menatap sang anak.
"syirik Yee?" kali ini bergantian Marvin menggoda Wito.
"durhaka lo begitu sama orang tua sendiri" ucap Wito, mereka tuh bagaikan sahabat karna dari bahasa yang Wito pakai untuk anak lelaki satu satunya ini beda, mulai dari gua-lo, Wito memakai kata itu hanya untuk bercanda.
"siapa Lo?" Marvin menatap Wito sinis sembari menyuapkan makanan kedalam mulutnya.
"suami Fanisya" jawab Wito dan memberikan kedipan mata untuk fanisya.
fanisya hanya tersenyum dan menggeleng kepalanya frustasi melihat tingkah anak dan suaminya ini.
"SELAMAT PAGI DUNIA YANG CERAH SEPERTI MASA DEPAN MASYHA!" teriak Masyha sembari berlari dari tangga dan menuju meja makan.
"berisik!" ucap Marvin sembari menoyor kepala adiknya.
"Vin" tegur Wito, memang anak bungsu tersayang kalau kata Marvin.
"udah udah, sekarang makan" titah fanisya, mereka semua mengangguk dan mulai makan.
"kapan motor masyha datang?" tanya masyha di sela sela dia lagi mengunyah ayam.
"besok" ketus Marvin, gimana nggak ketus coba? minta imbalan nya nggak ngotak, jangan mentang mentang Marvin banyak uang.
"ihhh makasih abangku yang ganteng tapi kalau lagi banyak duit" Masyha memeluk Marvin dari samping dan mencium pipi Marvin.
"jangan di cium! bau amis ayam" rengek Marvin sembari mengelap bekas ciuman adiknya di pipi dengan tisu.
"hehe, sorry"
"emang adek di beliin motor apa sama Abang?" tanya Wito dan menatap putri nya.
"Vessmet" bukan Masyha yang menjawab tapi Marvin.
"lah? bukannya Masyha udah punya yang warna jotos?" ucap Wito.
"jehh, kalau ngomong yang jelas, jangan jotos mau gue jotos Lo?" Marvin menggulung bajunya, mengajak gelud sang papi.
"ijo tosca, bege" Wito melototi anaknya yang durjanah ini.
"bilang dong" ucap Marvin dan menunjukkan cengiran nya.
"eh iya mi, kak dasha mana?" tanya Masyha mencari sang kakak.
"di apartemen, lagi banyak skripsi dia, kalau di rumah nanti di ganggu si Marvin" ujar fanisya sembari mengingat kejadian di saat Dasha sedang mengerjakan skripsi di laptop hampir selesai, saat Dasha tinggal ke dapur laptop nya sudah melekuk ke belakang dan mati, perbuatan siapa? ya Marvin, di situlah Dasha malas mengerjakan skripsi di rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
KASARRA
Roman pour AdolescentsAngkasa cuek Angkasa ice boy Angkasa tidak kenal ampun Angkasa kejam Dia Angkasa, Angkasa Azlan Alvarendra Wijaya Lelaki yang di kenal dingin, cuek, tidak kenal ampun. Banyak kaum hawa yang manjerit saat melihat nya, karna paras nya yg begitu tampan...