Bab 11

25 5 0
                                    

1 bulan berlalu, penyelidikan terhadap Kompol Beto akhirnya mendapatkan titik terang. Diketahui bahwa Kompol Beto mempunyai hubungan dengan hakim Darma yang sama-sama menangani kasus terhadap Boy, ketua geng kampung Lima. Agen Jay menemukan fakta lain yaitu 7 teman Boy tidak dipenjara dan masih berkeliaran bebas. Informasi ini langsung dilaporkan kepada Kombes pol Tio Nugroho untuk ditindaklanjuti.

"Aku telah mengirimkan drive laporan tentang kasus ini kepadamu pak. Sekarang apa tugas kami selanjutnya?" Tanya agen Jay.

"Baik terima kasih informasinya agen Jay. Misi kalian sekarang adalah memancing untuk Joe Law datang ke Indonesia dan menghabisinya disini. Lalu, kalian harus meninggalkan Indonesia sesaat setelah kalian menghabisi Joe Law." Jawab Kombes pol Tio Nugroho.

"Siap laksanakan pak." Jawab agen Jay.

Sementara agen Jay dan timnya menyiapkan diri untuk berurusan dengan Joe Law, Kombes pol Tio Nugroho mulai menangkap satu persatu dari 7 pelaku yang menjadi eksekutor pembunuhan AKP Remon dan Budi seperti yang dijelaskan dalam laporan dari agen Jay. Ia juga menangkap Kompol Beto dan hakim Darma untuk diselidiki keterlibatan mereka dalam kasus ini. Namun, mereka gagal menangkap 2 dari 7 pelaku, yaitu Coki dan Egi. Padahal mereka berdua adalah saksi kunci keterlibatan Kompol Beto dalam kasus ini karena hanya mereka berdua yang tau siapa polisi yang memberi mereka kebebasan.

~~~

Rama dan Shintya kembali ke asrama mereka masing-masing dan menjalani kehidupan kuliah mereka seperti biasanya. Sembari mereka berkuliah, penyelidikan yang dilakukan oleh Kombes pol Tio Nugroho mencapai klimaksnya ketika ia berhasil menangkap 5 dari 7 pelaku pembunuh AKP Remon dan Budi. Di saat yang bersamaan pula, Joe Law datang ke Indonesia setelah agen Jay memberitahukan Joe Law melalui email anonim bahwa pembunuh putrinya — Felicia ternyata masih hidup. Hal itu membuat amarah Joe Law menggebu-gebu dan tak berpikir lagi bahwa ini adalah sebuah jebakan. Alhasil, ia berhasil dibekuk polisi saat baru sampai di Indonesia. Tim polisi yang menangkapnya adalah tim kepolisian terbaik di Indonesia yang sudah mendapatkan informasi dari email yang dikirim oleh agen Jay. Sejenak ini seperti sebuah kemenangan bagi kebenaran. Namun, nyatanya tak seperti itu.

Berita penangkapan terhadap Joe Law sekaligus 5 dari 7 pelaku pemukulan AKP Remon dan Budi membuat heboh media. Rama yang selalu mengawasi berita ini akhirnya puas bahwa dugaannya ternyata benar. Namun, ia tak puas karena Coki dan Egi tidak tertangkap. Ia memutuskan untuk tetap diam karena saat ini sedang dalam waktu perkuliahan dan akan beraksi ketika libur semester. Kini ia hanya bisa menikmati kehidupan kuliah yang tak begitu nikmat karena semua beban pikiran yang ada dalam dirinya.

Shintya selaku sahabat masa kecil Rama mencoba kembali lebih sering hadir dalam kehidupan Rama setelah di kampus memang mereka jarang berkomunikasi karena terbentur kesibukan masing-masing. Shintya khawatir akan Rama yang hatinya goyah untuk kembali melakukan kejahatan. Namun, orang-orang mengira Shintya ingin mencuri start Sinta yang orang kira sudah lebih dulu dekat dengan Rama dibandingkan Shintya. Ia menjadi bahan ghibah circle Sinta yang terdiri dari Sinta, Desi dan Putri. Namun, Sinta yang sudah tau bahwa Shintya adalah teman masa kecil Rama menghentikan obrolan kedua temannya itu.

"Udah ah ghibahnya, Rama sama Shintya itu temen masa kecil doang, ga ada apa-apa." Ujar Sinta.

"Tapi kan siapa tau mereka ada apa-apa. Apalagi Rama ga pernah ngasih kepastian ke kamu kan?" Jawab Desi.

"Bener tuh kata Desi. Keliatannya Rama itu fakboy." Ujar Putri mendukung perkataan Desi.

"Udah ah jangan nethink." Jawab Sinta.

"Ga nethink, tapi apa salahnya kamu minta kepastian ke Rama. Kalo dia ga mau kasih kepastian, fix Rama kecantol sama Shintya." Ujar Desi.

"Betul tuh betul." Sambung Putri.

Sinta langsung menemui Rama yang kebetulan sedang bersenda gurau dengan Shintya. Rasa cemburu Sinta menggebu-gebu yang menandakan bahwa ia telah jatuh cinta pada Rama. Namun, Sinta tak berani mengungkapkan perasaannya secara langsung dan lebih memilih untuk menyimak setelah melihat keakraban antara Rama dan Shintya.

Rama menemui Sinta setelah menyadari bahwa Sinta melihat kedekatan antara dirinya dan Shintya. Dengan ilmu playboy yang ia pelajari dulu, ia berhasil meluluhkan hati Sinta. Namun, Sinta masih meminta kepastian pada Rama.

"Kamu udah tau kan kalo aku dan Shintya itu hanya teman masa kecil?" Tanya Rama.

"Iya Ram, aku tau." Jawab Sinta.

"Tapi kamu cemburu kami deket kan?" Rama bertanya lagi.

"Engga kok." Jawab Sinta berbohong.

"Terus kenapa kamu cuekin aku kalo bukan karena cemburu?" Tanya Rama.

"Aku butuh kepastian kamu Ram." Jawab Sinta.

"Kepastian? Pacaran?" Rama bertanya-tanya.

"Ga tau." Jawab Sinta jutek.

"Yaudah yaudah, aku bakal kasih kamu kepastian." Ujar Rama.

"Beneran???" Tanya Sinta bersemangat.

"Iya. Aku bakal ngelamar kamu pas wisuda." Jawab Rama.

"A-apa? Nge-ngelamar?"

Sinta syok dengan apa yang ia dengar dari Rama. Ia memang butuh kepastian hubungan, tapi ia tak menyangka ini adalah kepastian yang Rama berikan.

"Iya, aku janji bakalan kuliah dengan serius dan kerja banting tulang saat cuti semester supaya bisa ngelamar kamu di hari wisuda. Pegang janjiku ini dan percayalah bahwa aku selalu mencintaimu tak peduli kau dekat ataupun jauh dan tak peduli aku sedang bersama siapa." Ujar Rama.

"Ci-cinta?"

Sinta terkejut Rama mengungkapkan perasaan padanya. Sinta yang tak bisa menahan diri salah tingkah dan berlari-lari tak jelas. Rama pun tersenyum melihat kelakuan gadis yang ia cintai itu. Rama memegang tangan Sinta yang tak bisa berdiam dan menyudutkannya pada sebuah pandangan mata yang tajam.

"Jadi, bagaimana? Kepastian yang seperti ini kan yang kau inginkan?" Tanya Rama.

"I-iya." Jawab Sinta terbata-bata.

"Jadi, cukup kita jalani saja hubungan saat ini seadanya dan aku akan sepenuhnya menjadi milikmu di waktu yang tepat." Ujar Rama.

"Iya Ram, aku akan menunggu." Jawab Sinta.

Shintya melihat ini dari kejauhan. Ia senang bila Rama mendapatkan kebahagiaan dan sekilas melupakan pikiran untuk berbuat kriminal lagi. Namun, Shintya juga merasa cemburu dan sakit hati karena bukan ia wanita yang dicintai oleh Rama.

"Aku bahagia melihatmu bahagia bersamanya. Namun aku bersedih karena bukan aku yang bisa membuatmu bahagia." Ujar Shintya.

Shintya tak tahan melihat kebahagiaan Rama bersama Sinta. Ia memutuskan untuk pergi dan mengurung diri di asramanya. Namun nahas, ia ternyata sedang dikuntit oleh seorang pria misterius memakai masker dan topi saat ia menuju kamarnya. Ia tak menyadari hal itu dan kebetulan juga keadaan asrama sedang kosong sehingga pria misterius itu bisa masuk dengan leluasa.

Bersambung...

Love In CrimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang