Bab 20

14 4 0
                                    

Rama memeluk Sinta sesaat setelah Sinta menerima lamarannya. Semua penonton histeris dan terbawa suasana haru bahagia antara kedua sejoli yang sedang dimabuk cinta ini. Ditambah dengan iringan instrumen lagu janji suci yang tiba-tiba berbunyi dan dinyanyikan oleh Rama untuk Sinta. Momen sakral itu dinikmati oleh para wisudawan dan wisudawati serta para pengurus kampus yang menyaksikan Rama dan Sinta bersatu.

Acara berlangsung begitu khidmat dan sukses membuat semua orang baper dengan apa yang dilakukan Rama pada Sinta. Dengan cinta yang begitu besar tak disangka orang-orang ada dalam diri Rama yang terlihat tidak seperti pujangga cinta. Kata demi kata Rama ucapkan untuk menyampaikan kepada Sinta bahwa ia sangat mencintai Sinta.

"Tuhan berikan diriku rasa kesepian yang membuatku berdoa agar rasa sepiku menghilang dan Tuhan kirimkan kamu sebagai jawaban dari doaku."

"Aku tak tau sampai mana waktu memberiku kesempatan untuk terus hidup. Satu hal yang ku tau, selagi waktu memberiku kesempatan, aku ingin menghabiskan sisa waktuku hanya bersamamu."

"Tuhan berikanku masa lalu yang kelam. Tuhan membawaku ke kehidupan yang lebih cerah melalui hadirnya dirimu."

Sinta seperti biasa tak bisa berkata-kata bila Rama sudah mengucapkan kata cinta padanya. Sinta hanya bisa menangis bahagia karena akhirnya ia dan sang pujaan hati menjalin hubungan yang lebih serius dan sebentar lagi akan menjalani hidup bersama dalam sebuah bahtera rumah tangga.

Acara lamaran yang berlangsung selama hampir 3 jam itu akhirnya selesai dengan diakhiri acara makan bersama. Tak lupa Rama mengucapkan terima kasih kepada seluruh orang yang telah hadir dalam acaranya dan ia juga mengucapkan rasa terima kasih yang banyak kepada Aril yang telah membantunya dalam segala proses perjuangannya hingga bisa menyiapkan lamaran pernikahannya. Bahkan, berkat bantuan Aril Rama berhasil membeli rumah sendiri di usianya yang baru genap 22 tahun.

"Makasih banyak ya kawan. Kamu udah banyak membantuku dalam segala hal. Aku tak tau bagaimana cara aku membalas semuanya padamu." Ujar Rama pada Aril.

"Santai aja lah. Perasaan dah berkali-kali kamu bilang makasih." Jawab Aril.

"Ya gimana ya Ril, kamu banyak berjasa banget di kehidupanku." Ujar Rama.

"Kamu juga banyak berjasa di kehidupanku Ram. Ku ulangi lagi kalo kita simbiosis mutualisme jadi ga perlu ada balas budi. Dan kalo kamu emang beneran mau balas budi, gapai impianmu biar aku bangga berkata pada orang-orang kalo seorang polisi hebat itu adalah sahabatku." Jawab Aril.

Rama dan Aril berpelukan untuk mengucapkan salam perpisahan karena Aril akan pergi ke Singapura untuk melanjutkan bisnisnya dan Rama akan menggapai impiannya sebagai seorang perwira polisi.

"Kau akan ke Singapura? Apakah kau akan kembali ke Indonesia lagi?" Tanya Rama.

"Aku belum mengetahui apakah aku akan kembali kesini atau tidak. Ayahku memberikanku tugas untuk melebarkan bisnis kami ke negeri jiran seperti Singapura dan Malaysia. Aku diberi tugas untuk menjadi pengurus perusahaan kami di Singapura." Jawab Aril.

"Wah luar biasa. Aku bangga padamu kawan." Puji Rama.

"Aku juga bangga padamu yang akan segera menjadi seorang penjaga ketertiban masyarakat." Jawab Aril memuji balik.

"Aku sangat senang mempunyai teman baik sepertimu. Sukses selalu disana kawan. Semoga setelah ini kita bisa berjumpa lagi dan menghabiskan waktu untuk bermain game bersama seperti yang sering kita lakukan saat di asrama." Ujar Rama.

"Sukses juga untukmu kawan. Aku juga berharap setelah ini kita akan bermain game bersama lagi. Bukan dengan pakaian biasa, tapi seragam polisi dan jas ala-ala seorang CEO hahaha." Jawab Aril.

Setelah banyak perbincangan yang terjadi antara Rama dan Aril yang dimulai karena Rama ingin berterima kasih atas segala sesuatu yang diberikan Aril pada Rama, tiba saatnya untuk Aril segera pergi karena pesawatnya akan berangkat ke Singapura dan transit terlebih dahulu di Jakarta pada pukul 22.00. Sekali lagi pelukan perpisahan dilakukan oleh dua sahabat sekamar ini.

"Selamat tinggal kawan." Ujar Aril.

"Tidak, bukan selamat tinggal, tapi sampai jumpa lagi." Jawab Rama.

~~~

Shintya menyaksikan semua prosesi lamaran Rama dan Sinta. Ia langsung pulang setelah acara lamaran itu selesai dan pergi bersama sang ibu tanpa berkata sedikitpun pada Rama. Ia pulang dengan kendaraan umum ke rumahnya dan langsung menyendiri di kamar karena orang yang ia cintai harus bersatu dengan orang lain. Bu Mira selaku ibu sekaligus satu-satunya teman cerita Shintya mengetuk pintu kamar Shintya dengan harapan Shintya mau bercerita dan membagi dukanya pada sang ibu. Namun, Shintya tak mau membukakan pintu kamarnya dan mengatakan bahwa ia ingin sendiri dulu untuk sementara waktu.

Sementara Shintya sedang bersedih, Rama mengobrol bersama keluarga Sinta di tempat yang ia kontrakkan untuk kedua orang tua Sinta. Rama merencanakan tanggal pernikahan yang kemungkinan akan dilaksanakan dua tahun lagi jika memang Rama berhasil lulus tes kepolisian. Setelah menentukan tanggal pernikahan, Rama izin pamit untuk kembali ke rumahnya dan bertanya pada bu Mira selaku orang tua angkat Rama apakah ia setuju dengan tanggal pernikahan yang telah ditentukan Rama bersama keluarga Sinta.

"Untuk apa kau bertanya lagi padaku setelah kau memastikan tanggal pernikahanmu bersama keluarga barumu?" Tanya bu Mira.

Tampaknya bu Mira sedikit kesal dengan Rama yang telah membuat hati putri semata wayangnya terluka. Rama tak mengetahui mengapa sikap bu Mira mendadak berubah seperti ini karena ia tak pernah menyadari perasaan Shintya yang sudah terpendam selama bertahun-tahun padanya.

"Maaf bu, aku tak bermaksud tidak melibatkan ibu dalam mengambil keputusan ini. Tapi biasanya kan ibu selalu setuju dan aku hanya perlu minta izin sebagai formalitas." Jawab Rama.

"Kalau sudah tau aku akan setuju, kenapa kau bertanya lagi?" Tanya bu Mira.

"Aku ingin ibu menjadi pendamping dalam pernikahanku." Jawab Rama.

Bu Mira hanya terdiam setelah Rama memintanya menjadi pendamping Rama dalam acara pernikahannya nanti. Di satu sisi bu Mira senang Rama bersatu dengan Sinta sesuai dengan keinginan mendiang orang tua Rama yang ingin anaknya mendapatkan pasangan bernama Sinta. Di sisi lain, bu Mira tak tahan melihat putrinya yang terluka karena Rama dan Sinta bersatu. Di saat kebimbangannya itu, Shintya keluar kamar dan meminta ibunya untuk menerima permintaan Rama.

"Terima saja ibu. Rama anak ibu juga kan." Ujar Shintya.

Bu Mira akhirnya setuju untuk menjadi pendamping Rama dalam acara pernikahannya. Rama sangat senang bahwa keluarga angkatnya ini begitu menyayanginya dan suasana haru kembali terjadi.

"Aku tak tau mau berterima kasih sebanyak apa untuk membalas jasa kalian selama ini. Kalian telah mengasuhku setelah kedua orang tuaku meninggal dan kalian adalah satu-satunya keluarga yang mau menerimaku sebagai anaknya tanpa pamrih. Setelah ini kita akan berpisah karena setelah menikah aku akan tinggal di rumah yang telah ku beli untuk ditinggali aku dan Sinta. Untuk itu, aku ingin mengucapkan ribuan terima kasih kepada ibu dan Shintya yang telah membuatku merasa bahwa aku tak pernah kehilangan orang tuaku dan tak pernah merasa sendiri karena aku punya keluarga seperti kalian." Ujar Rama.

Bu Mira memeluk Rama dengan tangis haru karena bersedih akan segera berpisah dengan Rama. Begitupun Shintya yang ikut dalam pelukan itu untuk mengucapkan salam perpisahan pada Rama. Salam perpisahan yang bukan karena mereka tak akan selalu bersama lagi setelah ini. Namun juga salam perpisahan untuk harapan perasaan Shintya pada Rama akan terbalaskan.

Bersambung...

Love In CrimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang