Bab 21

12 4 0
                                    

2 bulan kemudian...

Rama sudah menyiapkan semua berkas untuknya ikut tes kepolisian. Namun, ia gagal dalam tes kesehatan karena ternyata penglihatannya bermasalah. Padahal, menurutnya penglihatannya baik-baik saja dan tak sedikitpun mengalami masalah dengan bukti dia bisa membaca seluruh kata dan huruf yang ditampilkan saat tes penglihatan. Sepertinya ada seseorang yang tak ingin ia jadi polisi. Dan benar, ada seseorang yang memang Rama gagal. Tak lain dan tak bukan adalah Kompol Beto.

"Kau yang melakukan ini kan pak?" Tanya Rama pada Kompol Beto.

"Kita memang saling mengenal sebelumnya, tapi ini baru pertama kali kita bertemu. Bertutur sapalah yang sopan kepada orang yang baru pertama kali kau temui." Jawab Kompol Beto.

"Cepat katakan saja apa yang kau mau dari melakukan ini padaku?" Tanya Rama.

"Ku rasa kau sudah tau kenapa aku melakukan ini kan?" Sindir Kompol Beto.

"Ingat pak, aku punya bukti bahwa kau sudah dibebaskan secara ilegal sebelum terbebas karena dibantu oleh seorang petinggi kepolisian." Ancam Rama.

"Kau juga harus ingat bahwa aku punya bukti bahwa kau membunuh Felicia, Paul, dan Joe Law." Jawab Kompol Beto mengancam balik Rama.

"Kurang satu pak, kurang namamu."

Rama mengatakan pada Kompol Beto bahwa Rama akan menghabisinya. Ia pergi meninggalkan Kompol Beto setelah mengatakan hal itu. Ia berbalik ke arah Kompol Beto dengan tatapan yang sangat sinis sembari menaiki sepeda motornya. Ia pun memutuskan untuk pulang dan menceritakan semuanya pada keluarganya meskipun tak semuanya ia ceritakan, seperti saat membunuh Joe Law.

"Wah parah banget tuh polisi. Gapapa Ram, kamu tetap bisa menegakkan keadilan walaupun bukan jadi polisi. Kamu kan anak hukum dan kamu bisa jadi hakim ataupun pengacara." Ujar Shintya.

"Iya sih. Tapi gimana janjiku dengan Sinta?" Tanya Rama.

"Gimana kalo tanggal 5 Desembernya dimajuin 2 tahun?" Shintya bertanya balik.

"Hah? Maksudnya?" Rama bingung dengan apa yang Shintya maksud.

"Ya nikahnya dipercepat dong. Kan kamu nunda pernikahan kamu juga karena pendidikan. Sekarang pendidikan kamu batal, pernikahan kamu bisa dipercepat." Jelas Shintya.

"Dimajuin? Emang bisa?" Tanya Rama.

"Ya bisa lah asal kalian berduanya sama-sama setuju." Jawab Shintya.

"Oke deh bakal aku bicarain ke Sinta." Ujar Rama.

Rama langsung pergi ke rumah Sinta setelah mendapatkan saran dari Shintya untuk mempercepat pernikahannya dengan Sinta. Shintya langsung terduduk lemas setelah menyarankan itu dan cemas bila pernikahan antara Rama dan Sinta benar-benar terjadi lebih cepat. Sembari menangis, ia menyesali apa yang telah ia lakukan.

"Mengapa? Mengapa aku melakukan ini Tuhan? Mengapa aku jatuh cinta pada Rama tapi aku merelakan cintaku untuk wanita lain? Kenapa aku membiarkan orang yang ku cintai bersatu dengan orang lain tanpa sedikitpun aku berjuang untuk cintaku? Kenapa Tuhan, kenapaa?"

~~~

Kompol Beto menemui ketuanya untuk mengatakan bahwa Rama telah mengancam akan membunuhnya. Ia bertanya apakah Rama perlu disingkirkan sekarang juga atau tetap harus menunggu rencana dari Bobby siap.

"Kita tunggu saja sejauh apa Bobby bisa mengalahkan anak yang merusak bisnis kita itu." Ujar ketua.

"Tapi orang-orang kampung Lima itu sudah habis, bagaimana Bobby bisa melawan Rama sendirian?" Tanya Kompol Beto.

"Anak buah Bobby tersebar dimana-mana. Sebenarnya dia tidak perlu warga kampung Lima dan hanya ingin membuat mereka saling membunuh dan sayangnya warga kampung Lima itu sudah terbunuh terlebih dahulu dan menjadi berita buruk bagi instansi kita yang sudah tidak dipercaya masyarakat." Jawab ketua.

"Lalu, apa yang Kapolda kita lakukan untuk memperbaiki nama kepolisian?" Tanya Kompol Beto.

"Dia tak bisa apa-apa bahkan dia pun telah terpedaya dengan ucapanku bahwa ada petinggi kepolisian yang menjadi backing bagi para pengedar narkoba untuk bebas melakukan perdagangan narkoba dan menyelidiki orang-orangnya menggunakan agenku. Padahal akulah orang yang selama ini ia cari dan ia akan menyesal ketika pensiun dan melihat bahwa aku yang menggantikannya sebagai Kapolda akan membawa kepolisian sebagai bisnis yang menguntungkan." Jawab Ketua.

Kompol Beto menaikkan tangan kanannya untuk memberikan penghormatan pada sang ketua.

"Hormatku untukmu calon Kapolda idaman, Brigjen pol Tio Nugroho." Ujar Kompol Beto.

Ternyata, Brigjen pol Tio Nugroho adalah dalang utama dibalik semua kasus peredaran narkotika yang terjadi di kota Palembang ini.

"Jangan terlalu hormat dulu. Keputusanmu untuk diam-diam bekerja sama dengan Joe Law membuat kepalaku meradang." Ujar Brigjen pol Tio Nugroho.

"Kenapa kau tidak ingin bekerja sama dengan mafia besar ketua?" Tanya Kompol Beto.

"Kau harusnya sudah tau permasalahan yang terjadi setelah melihat semua ini. Polisi jujur yang selama ini ada dalam kendaliku mulai menggonggong seperti anjing saat mendapatkan informasi bahwa kau bekerja sama dengan Joe Law. Karena itu aku minta orang-orang kampung Lima yang kau bebaskan itu untuk menghabisi Remon dan aku bersandiwara di kantor polisi bersama mereka untuk mengelabui semua orang yang ada di kantor agar melihatku sebagai seorang polisi yang jujur." Jawab Brigjen pol Tio Nugroho.

"Apa hanya itu alasanmu menghabisi Joe Law melalui Rama ketua?" Kompol Beto bertanya lagi.

"Bukan hanya itu. Namun, karena keuntungan yang kita dapatkan darinya lebih sedikit dibandingkan keuntungan yang sebenarnya akan kita dapatkan dari seseorang yang merupakan rivalnya." Jawab Brigjen pol Tio Nugroho.

"Siapa dia ketua?" Tanya Kompol Beto.

"Mafia keluarga keturunan biksu, Sinto Family." Jawab Brigjen pol Tio Nugroho.

Sinto Family adalah komplotan mafia Tionghoa yang sebenarnya berbisnis di Indonesia karena Sinto selaku ketua dari mafia ini lahir dan dibesarkan di Indonesia. Mereka sudah menjadi organisasi mafia paling sulit di deteksi selama 20 tahun sebelum akhirnya Brigjen pol Tio Nugroho berhasil mendeteksi keberadaan mereka. Sayangnya, yang ia lakukan bukan untuk menghapuskan peredaran narkotika di kota ini, tapi untuk bekerja sama dan meraup sebagian besar keuntungan dari penjualan narkotika milik Sinto.

~~~

Rama sampai ke rumah orang tua Sinta dan menjelaskan maksud dan alasannya untuk mempercepat pernikahannya dengan Sinta. Sinta dengan senang hati menerima jika Rama ingin menghalalkannya lebih cepat karena ia sangat ingin untuk bersatu bersama Rama sejak awal berjumpa. Sepertinya kedua pasangan ini memang sedang benar-benar dimabuk asmara.

Rama langsung pulang setelah mendapatkan persetujuan dari Sinta dan kedua orang tuanya untuk mempercepat pernikahan mereka. Kemudian ia menelepon Aril untuk mengundangnya datang ke pesta pernikahannya yang dimajukan 2 tahun lebih cepat. Namun, Aril tak menjawab panggilan dari Rama meskipun sudah puluhan kali Rama mencoba memanggilnya. Rama merasa curiga bahwa ada sesuatu yang tidak beres telah terjadi pada Aril.

"Apa yang sebenarnya terjadi padanya?" Tanya Rama dalam hatinya.

Tak lama berselang, ponsel Rama bergetar dan terlihat nama Aril sedang memanggilnya melalui panggilan telepon. Rama akhirnya lega karena temannya telah menelepon balik dirinya. Namun, ia terkejut karena suara yang ia dengar dari telepon itu tidak mengenakkan.

"Pemilik ponsel ini sudah diculik dan datanglah ke alamat yang akan ku sms dan bawa uang 1 milyar untuk menyelamatkannya." Ujar orang misterius di ponsel itu.

Bersambung...

Love In CrimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang