Bab 17

17 5 0
                                    

Waktu berlalu begitu cepat. Rama yang tak menyadari dirinya dalam bahaya hanya fokus menyiapkan tugas akhir dan sidang skripsinya bersama Sinta yang memang berada satu prodi dengannya. Selain mereka, hampir seluruh mahasiswa seangkatan mereka menyiapkan untuk sidang skripsi, kecuali Dzaky yang kuliahnya kacau karena selalu merencanakan untuk balas dendam pada Rama. Sementara itu, Bobby yang ingin menghabisi Rama sudah menyiapkan rencana lain yang hanya akan menguntungkannya dan tak akan menguntungkan Kompol Beto ataupun 7 orang warga kampung Lima yang bekerja sama dengannya. Rencana itu ia siapkan karena ia tak mau ada satu pun warga kampung Lima yang hidup dan ia juga ingin menghabisi polisi keparat seperti Kompol Beto yang akan menggangu bisnisnya seperti 17 tahun lalu. Tampaknya dua takdir manusia akan saling berbenturan tahun depan. Entahlah, siapa yang tahu.

Rama yang merupakan mahasiswa terbaik di kampus menjadi mahasiswa pertama yang mampu menyelesaikan ujian akhir dan sidang skripsi. Kini, ia jadi satu-satunya mahasiswa yang sudah siap untuk wisuda. Ia menyemangati teman-temannya yang akan melaksanakan sidang skripsi, khususnya Sinta.

"Aku takut salah pas sidang Ram." Eluh Sinta.

Rama memegang tangan Sinta dan meyakinkan Sinta untuk menyelesaikan sidang skripsinya dengan baik.

"Sudah hampir 4 tahun kita bersama. Aku melihat kau hampir tak pernah gagal ketika kau berusaha lebih keras. Aku yakin kali ini kau juga akan berhasil Sinta. Semangat, aku selalu ada bersamamu." Jawab Rama.

"Aaaaaaa makasih ya Ramaaa." Ujar Sinta.

"Dengan senang hati untuk selalu membantu dan mencintaimu." Jawab Rama.

"Ish gombal mulu nih."

Sinta sedikit salah tingkah dengan apa yang Rama katakan.

"Udah sana masuk dan selesaikan sidang skripsimu." Ujar Rama.

"Iya sayang." Jawab Sinta.

Setelah hampir 2 jam Rama menunggu Sinta di depan ruang sidang skripsi bersama kedua orang tua Sinta, akhirnya Sinta keluar dengan wajah penuh senyuman yang menandakan bahwa ia lulus skripsi. Sinta memeluk kedua orang tuanya dan menangis dalam pelukan mereka karena akhirnya ia menyelesaikan kuliahnya setelah panjang perjalanan. Tak lupa ia berterima kasih pada Rama yang telah menjadi teman baiknya selama 4 tahun ini dan ia mengatakan...

"Kita masuk kuliah bersama, lulus bersama, wisuda nanti bersama dan semoga kita selalu bersama."

Kebahagiaan yang sama terjadi di fakultas keguruan dan ilmu pendidikan karena Shintya juga lulus sidang skripsi. Demikian pula di fakultas ilmu komputer dimana Aril yang merupakan teman sekamar Rama juga berhasil menyelesaikan sidang skripsi. Kebahagiaan ini juga terasa di 9 dari 10 mahasiswa mahasiswi seangkatan Rama yang lulus sidang skripsi dan akan wisuda pada bulan Agustus nanti.

Rama masih ingat bahwa ia akan melamar Sinta saat wisuda. Karena hal itu, ia berkonsultasi dengan Aril yang merupakan ahli komputer untuk membantunya menyiapkan lamaran yang istimewa dan tak akan pernah terlupakan oleh semua orang. Ia pun mengundang secara terbuka seluruh mahasiswa dan mahasiswi seangkatannya untuk datang ke kantin asrama setelah melaksanakan wisuda di aula. Tak disebutkan maksud dan tujuan dari undangan itu. Namun, makan gratis membuat semua orang tertarik untuk hadir dalam acara itu. Apalagi wisuda adalah acara paling memorable dan sangat indah bila selesai wisuda semua mahasiswa dan mahasiswi berkumpul di satu tempat untuk makan bersama dalam sebuah acara.

~~~

Irjen Pol Djoko berkonsultasi dengan wakilnya, Brigjen pol Tio Nugroho mengenai Kapolrestabes yang baru. Irjen Pol Djoko merasa bahwa Kapolrestabes yang baru ini tak jauh berbeda dengan Kompol Beto yang sama-sama melindungi bisnis gelap di kota Palembang demi keuntungan pribadi.

"Selamat siang." Sapa Irjen Pol Djoko.

"Selamat siang pak." Jawab Brigjen pol Tio Nugroho.

"Saya memanggil kamu kemari karena saya ingin meminta pendapatmu mengenai AKBP Agus Salim yang menjadi Kapolrestabes baru setelah menggantikan Kompol Beto yang dipenjara karena kasus suap dan pengedaran narkoba. Menurutmu, apakah AKBP Agus mempunyai watak yang sama seperti Kompol Beto?" Tanya Irjen Pol Djoko.

"Aku sudah melakukan pengawasan secara langsung kepadanya pak. Tak ada indikasi bahwa dia adalah polisi yang korup. Namun, aku juga tak mengetahui kenapa kasus narkotika di kota Palembang masih saja banyak dan ada beberapa tahanan pengedar narkoba yang bebas begitu saja. Ku rasa memang ada seorang pejabat polisi yang menjadi pelindung mereka dan ku rasa orang itu adalah orang yang bekerja di Polda." Jawab Brigjen pol Tio Nugroho.

"Apakah ada nama yang kau curigai?" Tanya Irjen Pol Djoko.

"Aku tidak dapat memastikan mereka yang menjadi dalang dibalik masih maraknya kasus narkotika di kota Palembang ini. Namun, aku mencurigai 3 nama yang mempunyai jabatan tinggi dan sebelumnya juga punya hubungan dengan Kompol Beto. Bisa jadi salah satu diantara mereka bertiga adalah dalang dibalik semua kasus ini." Jawab Brigjen pol Tio Nugroho.

"Siapa saja orang itu?" Irjen Pol Djoko bertanya lagi.

"Mereka adalah kasat Reskrim Polda Sumatera Selatan, Irjen Pol Bara Satria, Kepala Divisi Humas Polda Sumatera Selatan, Kombes pol Syarifuddin dan Kepala Divisi Intelijen, Kombes pol Firdaus." Jawab Brigjen pol Tio Nugroho.

"Salah satu dari orang yang kau curigai adalah seorang Kadiv Intelijen, itu berarti kita perlu agen khusus untuk melakukan penyelidikan pada mereka." Ujar Irjen Pol Djoko.

"Tenang pak, aku punya agen khusus. Mereka adalah agen terbaik yang telah membantu kita menangani El Diablo dan Joe Law." Jawab Brigjen pol Tio Nugroho.

"Siapa mereka?" Tanya Irjen Pol Djoko.

"Agen Jay dan timnya." Jawab Brigjen pol Tio Nugroho.

"Panggil mereka dan segera selesaikan permasalahan ini." Ujar Irjen Pol Djoko memerintah.

"Siap laksanakan pak." Jawab Brigjen pol Tio Nugroho.

Brigjen pol Tio Nugroho meninggalkan ruang Kapolda dan menghubungi agen Jay dan menugaskannya untuk melakukan penyelidikan kepada 3 orang petinggi polisi seperti apa yang ditugaskan oleh Irjen Pol Djoko.

~~~

Rama yang hanya tinggal menunggu waktu wisuda memutuskan untuk bekerja sepanjang hari dan mengasah fisiknya di malam hari untuk menyiapkan diri mendaftar di kepolisian. Ia bersyukur mempunyai seorang teman seperti Aril yang memberikan pekerjaan yang mendapat gaji dua kali UMR di kantornya. Aril sendiri sekarang sudah mewarisi perusahaan milik sang ayah dan menjadikan Rama sebagai pegawai tetap dengan gaji yang sangat besar.

"Aku tak tau bagaimana aku berterima kasih padamu kawan. Kau memberiku gaji UMR untuk pekerjaan paruh waktu dan dua kali UMR untuk pekerjaan waktu penuh seperti sekarang. Kau benar-benar sangat membantuku." Ujar Rama

"Tidak perlu berterima kasih terlalu banyak kawan. Kau juga telah membantuku dengan pekerjaanmu untukku yang begitu cepat dan efektif. Berkat bantuanmu, perusahaanku kini untung 100 milyar per bulannya. Kau juga telah banyak mengajariku cara membuat makalah, proposal dan sebagainya. Kita simbiosis mutualisme saja." Jawab Aril.

"Kau memang teman yang luar biasa." Puji Rama.

"Kau juga luar biasa Rama." Aril memuji balik.

"Aku mohon doamu, semoga lamaranku lancar dan aku juga berhasil jadi polisi." Pinta Rama.

"Aamiin. Doaku selalu menyertaimu kawan. Aku bangga bisa punya teman pemberani dan patriotik sepertimu." Jawab Aril.

Malam harinya, Rama mengajak Aril nge-gym dan melatih fisik Aril agar jadi lebih kuat. Rama mengatakan pada Aril...

"Sebagai pengusaha besar, kau pasti akan punya musuh yang ingin menghancurkanmu. Sebisa mungkin aku akan selalu melindungimu sebagai balas budi atas jasa-jasamu padaku. Namun, kau juga perlu melatih fisikmu untuk menjadi lebih kuat demi keselamatanmu ketika tak ada aku. Dengan melatih fisikmu juga, badanmu akan lebih bagus dan tubuhmu jadi lebih sehat. Biar bisa jadi bos bos idaman cewe-cewe hahaha." Ujar Rama.

Bersambung...

Love In CrimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang