Tak lama dari insiden pembantaian massal yang dilakukan oleh Rama terhadap seluruh anggota mafia Utara dan kekasihnya Sinta, pasukan polisi yang dipimpin oleh Kompol Beto datang dengan rencana untuk menangkap Bobby yang telah membunuh Rama seperti apa yang mereka rencanakan sebelumnya. Namun, Kompol Beto terkejut melihat banyak mayat bergeletakan termasuk mayat Bobby. Kakinya mendadak gemetar ketika melihat Rama yang terduduk kaku masih hidup dan tak terluka sedikitpun.
"D-dia tidak terluka sedikitpun?"
Kompol Beto ikut terdiam kaku melihat Rama yang masih hidup. Sementara itu, para pasukannya mengamankan Rama. Rama ditangkap tanpa perlawanan. Ia digiring masuk ke mobil polisi dengan pandangan mata yang kosong seperti hanya jasadnya saja yang tertangkap dan rohnya menghilang entah kemana. Bahkan sampai dimasukkan ke dalam sel pun ia tak berkata apapun selayaknya mayat hidup.
Kompol Beto terkejut melihat keadaan Rama menjadi seperti ini. Ia penasaran apa yang dilakukan Bobby sebenarnya sampai membuat Rama membantai Bobby dan anak buahnya serta Sinta kekasihnya sendiri. Ia ingin menginterogasi Rama sendiri. Namun, ia takut berhadapan dengan Rama yang ternyata sebrutal itu. Ia menyuruh anak buahnya untuk menginterogasi Rama dan tidak mendapatkan hasil apapun karena Rama masih terdiam terkaku.
"Dia masih bungkam pak." Ujar Iptu Anan.
"Sepertinya ada sesuatu yang menyentuh hatinya. Aku ingin mengetahui sesuatu yang membuatnya menjadi seperti itu." Jawab Kompol Beto.
"Tapi untuk apa kau melakukan itu pak? Bukankah bagus jika dia berada dalam penjara dan tak akan mengancam kita?" Tanya Iptu Anan.
"Aku ingin dia mati tanpa aku terlibat di dalamnya. Jadi, aku ingin dia mengakui perbuatannya dan mendapatkan hukuman mati dari saudaraku, Darma." Jawab Kompol Beto.
"Tapi bagaimana kita menginterogasi dia dan mendapatkan bukti jika dia diam saja seperti itu?" Iptu Anan bertanya lagi.
"Gampang sekali. Kita hanya perlu menghubungi keluarganya untuk berbicara dengannya." Jawab Kompol Beto.
Shintya dan bu Mira datang setelah mendapatkan informasi dari kepolisian bahwa Rama ditangkap karena telah melakukan pembantaian yang mengakibatkan 30 nyawa melayang termasuk nyawa Sinta. Berita ini sangat mengejutkan Shintya dan bu Mira yang tidak mengetahui tentang penghianatan Sinta pada Rama.
"Apa yang terjadi sebenarnya Ram?" Tanya Shintya.
Rama tak merespon sedikitpun pertanyaan yang datang dari Shintya. Jiwanya menghilang dari raganya setelah membunuh orang yang paling ia cintai. Tiba-tiba ia tersadar di sebuah tempat yang tak lain dan tak bukan adalah taman asrama tempat Rama dan Sinta pertama kali makan bersama.
"Aku udah masakin kamu nasi goreng nih." Ujar Sinta.
"Wah serius?" Tanya Rama yang tak percaya.
"Iyalah, ini spesial buat kamu yang udah banyak banget bantuin aku selama ini." Jawab Sinta.
"Wah makasih banget ya. Belum pernah sebelumnya aku dimasakin cewe selain orang di rumahku." Ujar Rama.
"Berarti aku jadi yang pertama dong?" Tanya Sinta.
"Iya." Jawab Rama.
"Wihh. Yaudah ayo buruan coba dan kasih tau aku gimana rasanya."
Rama mencoba nasi goreng yang dimasakan untuknya dari Sinta. Rama terkejut bahwa rasa masakan Sinta sangatlah enak dan merupakan kesempurnaan dari rasa makanan yang selalu ia inginkan.
"Ummm enak banget." Puji Rama.
"Benarkah?" Tanya Sinta.
"Iya ini enak banget, suka deh sama orangnya eh masakannya." Jawab Rama sembari sedikit gombal.
Sinta tersenyum menatapi Rama yang lahap memakan masakannya. Rama pun senang melihat senyuman Sinta yang begitu indah baginya. Tak lama berselang, Rama akhirnya mulai mengeluarkan suara dan jiwanya telah kembali ke dalam raganya.
"Kau begitu mencintaiku kan? Kenapa kau melakukan ini? Kenapa kau berkhianat? Ini cuma mimpi kan?"
Rama berbicara sendiri dalam kenyataannya dan sedang berbicara dengan Sinta yang terlihat dalam pandangannya di alam bawah sadarnya. Air matanya jatuh saat melanjutkan kalimatnya yang mengungkapkan alasan mengapa ia menghabisi Sinta.
"Aku sangat mencintaimu. Mengapa kau melakukan ini padaku? Mengapa kau membohongi perasaanku yang sangat tulus padamu? Kenapa Sinta KENAPA?!"
Shintya yang tak tahan melihat Rama berbicara dengan Sinta dalam khayalannya memeluk Rama dan mencoba menenangkannya.
"Sadarlah Rama, dia sudah tiada." Ujar Shintya.
Rama masih berbicara tanpa henti mempertanyakan kenapa Sinta berkhianat. Shintya menggoyang-goyangkan wajah Rama berusaha menyadarkannya.
"Ram sadar ram!"
Dengan berat hati Shintya harus menampar Rama agar ia tersadar kembali.
"Maafkan aku Rama."
"Plakkk!!!"
Rama akhirnya berhasil lepas dari alam bawah sadarnya dan bertanya dimana dia sekarang.
"Dimana aku? Kenapa aku bisa disini? Bagaimana keadaan Sinta? Aku sudah menembaknya. Cepat tolong dia!"
Rama merasa panik setelah menyadari semuanya dan berusaha untuk menolong Sinta yang telah ia habisi.
"Kau di penjara Ram. Dan kau dipenjara karena kau telah menghabisi Sinta dan banyak orang lainnya." Ujar Shintya.
"Apa?"
Rama yang sejenak bertenaga untuk bergegas menolong Sinta mendadak terduduk lemas dan tak kuasa menahan air matanya.
"Kenapa aku bisa melakukan itu? Aku sangat mencintainya? Kenapa aku melakukan itu padanya?"
Rama kembali histeris dan mempertanyakan mengapa dirinya melakukan pembunuhan ini. Tubuhnya semakin lemas dan hampir terjatuh. Shintya dengan sigap menahan tubuh Rama yang jauh lebih besar darinya. Ia menahan agar Rama tak terjatuh meskipun sebenarnya ia tak kuat untuk melakukan itu. Dengan langkah tertatih-tatih ia membawa tubuh Rama ke dinding penjara agar ia bisa bersandar. Shintya pun kepala Rama di bahunya untuk menenangkan Rama yang sedang menangis dan mengeluhkan perbuatannya.
~~~
Berita tentang Rama yang menghabisi 30 orang termasuk Sinta telah tersebar ke seluruh penjuru negeri. Orang-orang yang pernah menyaksikan lamaran yang dilakukan Rama untuk Sinta terkejut bahwa kisah cinta seindah itu harus berakhir tragis seperti ini. Reporter tak sabar untuk meliput Kompol Beto yang berhasil menangkap Rama hanya terduduk kaku setelah melakukan pembunuhan itu.
"Bagaimana kronologi kejadian yang sebenarnya pak? Apakah tersangka sudah mengakui kejahatannya? Apa hukuman yang akan disangkakan kepada pelaku atas apa yang tersangka lakukan?"
Rentetan pertanyaan dari reporter membuat telinga Kompol Beto sakit. Namun, ia memanfaatkan kesempatan ini agar namanya sepenuhnya membaik di kepolisian dan dapat menaikkan pangkatnya setelah sebelumnya dibebaskan dan kembali bertugas sebagai seorang polisi tanpa kenaikan pangkat seumur hidupnya.
"Untuk sekarang kami belum menggali informasi apapun dari tersangka karena sampai saat ini kondisi psikologis tersangka masih terganggu. Sedikit yang kami dapatkan dari apa yang tersangka katakan di alam bawah sadarnya bahwa kejadian ini terjadi karena penghianatan yang dilakukan kekasihnya padanya yang menyebabkan ia lepas kendali dan membantai semua orang disana. Namun, kami dari pihak kepolisian masih menunggu kondisi psikologis tersangka membaik agar kami mendapat keterangan kejadian yang sebenarnya dari tersangka dan menentukan pasal apa yang bisa kami sangkakan kepada tersangka." Ujar Kompol Beto.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Crime
ActionMuhammad Alif Ramadhan alias Rama, bukan Ramayana hanyalah remaja yang hidup diantara dunia romansa dan kriminal. ia terlahir di kampung penuh kriminal dan jatuh cinta bagai pahlawan. Namun, patah hati membuatnya menjadi kriminal sebelum akhirnya ia...