6 bulan berlalu di sel sempit yang hanya berisikan Rama dan Boy. Karena Rama tak melakukan pembelaan apapun, hari ini akan menjadi hari terakhirnya di dunia. Meskipun 6 bulan terakhir Shintya dengan bantuan Aril menyewa dan membayar banyak pengacara mahal untuk melakukan banding, Rama tetap tak bersuara dan tetap pasrah dengan hukumannya. Bahkan, Boy yang menjadi teman satu selnya selalu mengajak Rama untuk menyusun rencana melarikan diri dari penjara dan menghabisi Kompol Beto serta hakim Darma mencoba meyakinkan Rama agar ia tak menerima hukumannya begitu saja dengan alibi itu tidak adil. Namun, Rama tetap bungkam dan akhirnya semua upaya orang terdekat untuk menyelamatkannya berakhir hari ini. Sebentar lagi Rama akan di eksekusi mati.
Di sisi lain, Shintya hanya bisa menangis karena gagal menyelamatkan orang yang ia cintai. Aril datang untuk menghibur Shintya dan menyarankannya agar ia menemani Rama di sisa-sisa waktunya.
"Kau adalah orang terdekat Rama dan kau juga orang yang sangat mencintai Rama. Temani dia dan jika perlu ungkapkan perasaanmu padanya. Ku rasa selama ini usaha kita tidak pernah berhasil karena kita hanya membantunya untuk lepas dari penjara, bukan lepas dari trauma masa lalu yang membuat hatinya merasa bahwa dia sendiri dan hidupnya tidak berguna lagi. Ku rasa inilah saat yang tepat untuk membuat hidupnya kembali seperti semula. Meskipun tidak ada yang bisa dirubah lagi sekarang, setidaknya kau mengungkapkan perasaanmu pada Rama dengan harapan Rama akan menemukan kembali jiwanya yang hilang dan melakukan hal-hal yang tak pernah kita duga sebelumnya." Ujar Aril.
"Membantu Rama menemukan kembali jiwanya yang hilang dan membuat aku kehilangan jiwaku?" Tanya Shintya.
"Kenapa kau berkata seperti itu?" Aril bertanya baik.
"Aku kesel sama Rama Ril. Kita udah susah payah buat bantu dia tapi dia sama sekali ga mau dibantu." Jawab Shintya.
"Kau yang lebih mengenal dia kan? Kau yang sudah bersama dia sejak kau lahir. Kau pasti tau semua tentangnya. Kau yang paling dekat dengannya. Kau yang paling tau isi hatinya. Seharusnya kau mengerti mengapa dia begini." Ujar Aril.
"Tapi tetep aja aku kesel Ril dia kaya ga ngehargain usaha kita." Jawab Shintya.
"Usaha kita tidak menyentuh hatinya. Coba sekarang kau sentuh hatinya dengan mengungkapkan perasaanmu padanya." Ujar Aril.
"Aku ga mau melakukan itu Ril. Aku ga akan sanggup berpisah dengan orang yang aku cintai setelah aku mengungkapkan perasaanku padanya." Jawab Shintya.
"Aku pernah dengan Rama bercerita bahwa kau tak mau kehilangannya karena kau sudah pernah kehilangan ayahmu sebagai orang yang kau cintai. Ayo, ungkapkan perasaanmu padanya. Mungkin saja ini cara Tuhan untuk mempersatukan kalian. Bukankah dulu kau selalu berdoa agar kau menjadi jodohnya? Dan kau menyerah ketika Sinta hadir dalam kehidupan Rama? Tuhan sudah singkirkan Sinta dan ku rasa Tuhan punya rencana besar dalam kisah ini." Ujar Aril.
Shintya hanya terdiam dan tak membalas perkataan Aril. Namun, ia berpikir ada benarnya juga jika sekarang ia mengungkapkan perasaannya kepada Rama dengan harapan semuanya akan berubah. Meskipun hanya dalam hitungan jam kemungkinan Rama akan meninggalkan dunia ini.
Shintya berlari menuju sel Rama untuk mengungkapkan perasaannya. Di waktu yang bersamaan, Rama sedang menunggu di pinggir jeruji besi untuk mengatakan sesuatu pada Shintya. Saat Shintya sampai ke sel Rama, keduanya sama-sama berkata sesuatu.
"Aku mencintaimu." Ujar Shintya.
"Maafkan aku." Ujar Rama.
"Apa?" Tanya Rama dan Shintya.
"Kau duluan saja." Ujar Rama.
"Tidak, kau saja yang duluan." Jawab Shintya.
"Maafkan aku Shintya. Aku baru menyadari perasaanmu sekarang." Ujar Rama.
Shintya terkejut bahwa Rama telah menyadari perasaan yang dipendam Shintya selama ini. Ia melihat ke arah Boy yang duduk di sisi lain sel. Boy memalingkan pandangannya ketika Shintya melihatnya. Ia berpura-pura tidak tahu apapun yang dibicarakan Rama dan Shintya sembari bersiul dan menatap langit-langit penjara.
"Tidak masalah Ram. Aku akan tetap mencintaimu seumur hidupku dan setelah matiku." Ujar Shintya.
"Kenapa kau begitu mencintaiku sedangkan ku rasa aku telah banyak menyakiti hatimu dengan selalu bergonta-ganti pacar dan hampir menikah dengan wanita yang salah?" Tanya Rama.
"Karena itulah cinta. Baik buruknya dirimu akan selalu dicintai oleh orang yang mencintaimu." Jawab Shintya.
"Tapi sebentar lagi aku akan mati dan meninggalkanmu. Apakah kau akan memaafkanku atas luka yang akan ku berikan lagi setelah ini?" Rama bertanya lagi.
"Bapak sudah tiada dan ibu sangat menyayangimu. Aku juga menyayangimu dan satu-satunya alasan kami tetap hidup adalah dirimu. Jika kau tak ada, maka kami juga tak ada. Tolong sekali saja katakan bahwa kau tidak akan pasrah menerima hukumanmu dan aku akan membuat hukumanmu ditunda." Jawab Shintya.
"Maafkan aku, aku tak akan bisa mengatakan itu. Tolong sampaikan pada ibumu, aku mungkin mati setelah ini, tapi aku akan selalu hidup di hati kalian." Ujar Rama.
Polisi meminta Shintya pergi dan membuka sel Rama dan membawanya untuk di eksekusi. Tiba-tiba Boy bangkit dari duduknya dan menusuk polisi yang ingin mengeksekusi Rama dengan besi yang ada di penjara. Boy mengajak Rama untuk kabur dari penjara agar bisa menegakkan keadilan.
"Ayo kita kabur Rama." Ajak Boy.
"Tidak kak, kau saja." Jawab Rama.
Shintya memotong percakapan mereka dan memaksa Rama untuk ikut Boy kabur.
"Jika kau ingin aku memaafkan kesalahanmu, pergilah dari sini dengan kak Boy sekarang juga!" Pinta Shintya.
Akhirnya Rama kabur dari penjara bersama Boy. Namun, Rama teringat pesan yang disampaikan Shintya agar tidak membunuh siapapun lagi. Jadi, hanya Boy yang melakukan perlawanan kepada polisi yang mencegah mereka.
"Shintya tidak melarangmu untuk melawan kan? Ayo bantu aku lawan mereka biar kita bisa kabur."
Boy mengambil senjata api yang ia dapatkan setelah menembak salah seorang polisi lain dan memberikannya pada Rama.
"Tembak saja di bagian mereka bisa dilumpuhkan jika kau tak ingin membunuh mereka." Ujar Boy.
Rama mempunyai akurasi tembakan yang sangat baik. Ia berhasil melumpuhkan banyak polisi dengan sekali tembakan saja. Hal yang berbeda dialami oleh Boy yang harus menembak berkali-kali agar bisa mengenai sasaran.
"Pantas saja kau bisa membunuh orang sebanyak itu sendirian. Ternyata akurasi tembakanmu seperti ini." Puji Boy.
Boy mengajak Rama ke ruang penyitaan untuk mengambil kunci motornya yang disita sejak ia dipenjara. Kemudian mereka menuju ke parkiran untuk kabur menggunakan motor Boy.
"Semoga motorku punya banyak bensin." Ujar Boy.
Boy menyuruh Rama mengendarai motornya karena ia menghargai Shintya yang tak ingin Rama menghabisi seseorang lagi.
"Kau yang mengendara, aku yang menembak. Andai saja kau diizinkan membunuh, ku rasa kita akan lebih cepat melarikan diri. Namun, sekarang aku harus mengandalkanmu dalam kecepatanmu dalam berkendara." Ujar Boy.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Crime
ActionMuhammad Alif Ramadhan alias Rama, bukan Ramayana hanyalah remaja yang hidup diantara dunia romansa dan kriminal. ia terlahir di kampung penuh kriminal dan jatuh cinta bagai pahlawan. Namun, patah hati membuatnya menjadi kriminal sebelum akhirnya ia...