Bab 3

31 5 0
                                    

"Inalillahi wainailaihi roji'un. Telah berpulang ke rahmatullah, nama Rusmono alias pak Mono. Umur 56 tahun. Akan dikebumikan hari ini setelah sholat Dzuhur."

Suara dari masjid terdengar menyampaikan berita duka atas kematian pak Mono. Rama yang mendengar hal itu merasa sedih dan sesak di hati karena tak dapat menyelamatkan sosok yang sudah ia anggap seperti ayahnya sendiri. Rasa dendam tersimpan di hatinya yang sudah dikotori dengan pikirannya yang telah membuatnya menjadi seorang pembunuh kejam.

"Aku harus membalaskan kematian pak Mono." Ujar Rama.

Apa yang dikatakan Rama barusan didengar oleh Shintya dan membuat Shintya menahan Rama yang ingin membalaskan dendamnya.

"Jangan lakukan itu." Ujar Shintya.

"Kenapa? Apa kau tidak ingin membalaskan kematian ayahmu?" Tanya Rama.

"Aku sangat ingin, tapi untuk apa? Bapak tidak akan pernah kembali lagi." Tegas Shintya.

Rama terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Shintya. Namun, amarah Rama masih menggebu-gebu dan tetap ingin membalas dendam.

"Aku akan tetap membalaskan dendam itu!" Bantah Rama.

"Baiklah. Jika kau ingin balas dendam, hubungan persahabatan kita berakhir sekarang juga." Ancam Shintya.

Emosi Rama yang menggebu-gebu sedikitnya tertahan karena ancaman dari Shintya. Rama tak ingin kehilangan lagi. Baginya, sudah cukup ia kehilangan Felicia yang berkhianat dan kehilangan sosok ayah untuk kedua kalinya karena pak Mono tiada.

"Baik, aku tidak akan melakukannya. Namun, aku tak akan berjanji aku akan diam jika mereka menyerang lagi." Ujar Rama.

"Aku juga tidak akan melarangmu untuk melakukan perlawanan. Namun, aku harap kau tidak melakukan tindak kriminal lagi. Aku bersyukur kau tidak ditangkap polisi karena telah menghabisi seseorang yang mengakibatkan mereka membalaskan dendamnya dan mengorbankan bapak. Lain kali, bisa saja kau sendiri yang menjadi korban dan aku tak ingin itu terjadi. Aku sudah kehilangan bapak, aku tak ingin kehilanganmu juga." Jawab Shintya.

~~~

Jonathan menghubungi Joe Law dan mengatakan bahwa misi mereka telah berhasil. Joe Law sangat puas dan memberikan bonus yang banyak kepada Jonathan dan para anak buahnya karena telah menyelesaikan misi mereka.

"Aku telah mentransfer bonus kalian. Sekarang, bersembunyilah untuk sementara agar kalian tetap bisa berbisnis di Indonesia." Ujar Joe Law.

"Siap bos." Jawab Jonathan.

Namun, keberadaan Jonathan berhasil ditemukan oleh tim intelijen dari kepolisian. Terjadi baku tembak antara Jonathan dan anak buahnya melawan para polisi yang telah menyerbu mereka. Jumlah anggota kepolisian yang menyerbu mereka 2 kali lebih banyak daripada jumlah anggota geng Jonathan. Alhasil, Jonathan dan anak buahnya berhasil dilumpuhkan dan mereka semua dibawa ke penjara untuk dimintai keterangan atas apa yang mereka lakukan serta diminta untuk memberitahukan lokasi Joe Law yang telah menjadi buronan sejak lama.

"Dimana Joe Law?" Tanya AKP Remon.

"Apa urusanmu hah?" Jonathan bertanya balik.

"Plakkk!!!!"

AKP Remon menampar wajah Jonathan yang tak mau memberikan informasi dan bekerja sama dengan kepolisian.

"Ku harap kau bisa bekerja sama dengan kami agar aku tidak berbuat lebih kasar lagi." Tegas AKP Remon.

"Hahahahahahaha." Jonathan tertawa terbahak-bahak.

"Kau tidak salah? Bukankah polisi yang selalu meminta bekerja sama kepada kami untuk mendapatkan uang?" Ejek Jonathan.

AKP Remon menendang Jonathan dan membuatnya terpental. Jonathan hanya tertawa dan mengejek AKP Remon karena menganggap AKP Remon hanya berani menyerang saat menggunakan seragam polisi. Mendengar hal itu, AKP Remon langsung melepas seragamnya dan berjanji akan memakai kembali seragamnya setelah ia menemukan dan memenjarakan Joe Law.

"Aku akan kembali lagi dan ku harap kau akan memberikan informasi padaku setelah aku kembali lagi. Atau kau akan tiada tanpa bisa meminta bantuan pada bosmu." Ancam AKP Remon.

"Drtttt!!!!"

Ponsel AKP Remon bergetar. Ada panggilan suara masuk yang bertuliskan nama Kompol Beto — Polisi korup yang menangkap Boy dan teman-temannya.

"Halo juniorku." Sapa Kompol Beto.

"Kau bukan lagi seniorku pak." Jawab AKP Remon.

"Kenapa kau berkata begitu polisi yang terlalu jujur?" Tanya Kompol Beto.

"Aku tidak akan mengkhianati Negara hanya demi sedikit uang seperti yang kau lakukan." Jawab AKP Remon.

"Kau jangan sombong. Tak ada yang kau dapatkan dari menjadi polisi jujur. Apalagi sampai berani mengejar mafia besar seperti Joe Law. Pinta saja uang kepada mereka dan hiduplah dengan damai daripada keluargamu berada dalam bahaya." Ujar Kompol Beto.

"Aku tidak akan mengorbankan Negaraku demi uang pak." Jawab AKP Remon.

"Kalau begitu, kau akan menjadikan keluargamu sebagai korban." Ancam Kompol Beto.

AKP Remon mematikan panggilan suara yang dilakukan dan memutuskan untuk mengunjungi keluarganya untuk memastikan mereka dalam keadaan yang aman. Ia khawatir bahwa apa yang dikatakan Kompol Beto akan menjadi kenyataan. Namun, Luna — istri AKP Remon memberikan sebuah kalimat yang membuat keyakinan AKP Remon menjadi semakin kuat.

"Kau sudah menjaga Negaramu atas dasar pengabdian dan Tuhan akan menjaga keluargamu atas dasar pengorbanan." Ujar Luna.

~~~

Rama dan Shintya menghadiri acara perpisahan sekolah sekaligus pemberian penghargaan kepada mereka berdua yang menjadi perwakilan siswa siswi di sekolahnya yang lolos di perguruan tinggi negeri terbaik di Sumatera Selatan. Rama adalah siswa yang paling berprestasi sedangkan Shintya menjadi yang nomor dua. Rama memanglah sangat cerdas. Namun, emosi yang sulit terkendali terkadang membuatnya terlihat seperti orang bodoh. Dan itulah mengapa, Shintya selalu ada di sampingnya seperti yang diamanahkan pak Mono secara pribadi kepada Shintya.

"Rama itu cerdas. Bapak bisa saja ajak dia jadi pengusaha narkoba dan dia bisa membawa bisnis narkoba kampung kita jauh lebih besar. Namun, bapak beralibi bahwa Rama harus dididik agar dapat menjadi polisi dan membantu bisnis kita dari luar karena bapak tidak ingin lagi ada perdagangan narkoba di kampung ini. Narkoba telah merusak anak muda seusiamu dan Rama dan bapak tidak bisa melakukan apapun. Tapi bapak yakin, Rama akan bisa melakukan itu jika dia berada di jalan kebenaran. Satu pesan bapak ke kamu, emosi Rama tak terkendali karena kedua orang tuanya memanglah orang yang kejam semasa hidup mereka. Jadi, bapak pengen kamu ada di samping Rama untuk menjadi pereda emosinya. Bapak melihat, ada sebuah hubungan yang emosional antara kalian yang akan membuat Rama akan selalu menuruti perkataanmu." Ujar pak Mono.

"Baik pak, Shintya akan melakukan itu." Jawab Shintya.

Dan seperti sudah di restui oleh takdir, Shintya selalu mendapatkan sekolah yang sama seperti Rama dan kini mereka pun tetap bersama di kampus yang sama.

"Ga nyangka ya, kebersamaan kita dari bayi sampe sekarang masih berlanjut di universitas." Ujar Shintya.

"Hahaha iya. Tapi kita harus meninggalkan kampung ini untuk berkuliah di tempat yang jauh dari kampung kita." Jawab Rama.

"Kalau kita pergi untuk kebaikan, kenapa tidak?" Ujar Shintya.

"Aku akan meninggalkan kampung ini, tapi aku tidak akan melupakan harapan warga kampung terhadapku dan aku akan memenuhi harapan mereka." Jawab Rama.

"Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Fokus saja pada pendidikan kita." Saran Shintya.

Setelah acara perpisahan sekolah, Rama dan Shintya langsung diantar warga kampung Lima menuju ke asrama yang sudah disediakan kampus untuk mereka karena sebelumnya mereka telah mengajukan asrama selama masa perkuliahan mereka. Dan dari sinilah, Rama menemukan Sintanya.

Bersambung...

Love In CrimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang