Rama terus berolahraga dan membentuk badannya agar jadi jauh lebih bagus dan lebih kuat supaya bisa lolos tes polisi dengan mudah. Sinta yang terkadang menemani Rama memuji peningkatan fisik Rama.
"Badanmu makin atletis aja nih." Puji Sinta.
"Tentu. Calon suamimu harus selalu tampil keren kan?" Goda Rama.
"Ish! ish! ish! calon suami calon suami. Lamar aku dulu baru jadi calon suami!" Tegas Sinta.
"Aku ga akan lupa janjiku sayang." Jawab Rama.
"Kenapa sih kamu harus jadi polisi dulu? Kita jadi ga bisa langsung nikah abis lamaran." Tanya Sinta.
"Hahaha kamu dah ga sabar lagi serumah denganku ya? Sabar ya sayang. Aku tidak akan pernah ingkar janji." Jawab Rama.
"Jawab dulu ih kenapa kamu mau jadi polisi?" Sinta bertanya lagi.
"Aku ingin memberantas peredaran narkoba di daerahku dan di seluruh Indonesia. Aku tak tahan bila melihat teman-teman seusia kita yang seharusnya mempunyai gaya hidup sehat seperti kita malah menjadi pecandu." Jawab Rama.
"Mulia sekali tujuanmu. Aku bangga padamu sayang." Puji Sinta.
Tujuan mulai Rama sangat didukung oleh Sinta sang kekasih. Entah disebut kekasih atau apa karena mereka tidak pernah meresmikan hubungan mereka. Yang pasti mereka berdua saling jatuh cinta meskipun tanpa status hubungan yang jelas.
Waktu berlalu dengan rentetan kejadian yang tak banyak berubah dari masa kini. Rama dan Sinta tetap menjalin kedekatan seperti teman biasa meskipun sudah mulai berani mengumbar kemesraan mereka karena hari wisuda semakin dekat. Meskipun Sinta selalu berada di samping Rama, ia tak pernah mengetahui apa yang Rama rencanakan untuk melamarnya. Bahkan, Shintya yang notabenenya sudah seperti adik Rama sendiri pun tak mengetahui rencana Rama. Hanya satu saksi kunci, Aril yang menghilang entah kemana disaat Sinta dan Shintya sangat penasaran dengan kejutan lamaran yang akan Rama siapkan untuk Sinta.
Di waktu yang bersamaan, Dzaky telah mengumpulkan pasukan yang ia rasa sudah cukup untuk menghabisi Rama. Ia mengajak para mahasiswa senior yang pernah dihajar oleh Rama dan para korban tersakiti Rama lainnya yang tak disangka adalah 7 orang warga kampung Lima yang telah ditugaskan Bobby untuk menghabisi Rama.
"Kita semua adalah orang-orang yang pernah disakiti oleh Rama. Mungkin dia kuat untuk melawan 5 sampai 10 orang. Namun ku rasa melawan kita sebanyak ini dia tak akan sanggup apalagi kita punya senjata tajam. Dia akan habis dalam waktu sekejap." Ujar Dzaky.
Dzaky dan komplotannya bersiap untuk menyergap Rama di pinggir sungai musi. Mereka mengetahui bahwa Rama selalu melewati jalan itu ketika pulang dari nge-gym untuk menikmati udara sungai yang dingin.
Rama tak menyadari sedikitpun tentang bahaya yang mengancamnya karena ia pikir tak akan ada lagi yang perlu menjadi musuhnya setelah ia tak pernah lagi terlibat dalam kasus kriminal apapun. Namun, ternyata dugaannya salah. Dzaky bersama sekitar 20 orang lainnya menunggu untuk merenggut nyawa Rama.
"Ramayana kita datang juga." Sapa Dzaky.
"Apa yang kau mau dariku dengan membawa mereka semua? Dan membawa warga kampungku yang masih berstatus narapidana yang dibebaskan secara tidak jujur?" Tanya Rama.
"Ga usah banyak bacot calon mayat!"
"Friend, habisin dia!"
Dzaky memerintahkan teman-teman yang telah ia kumpulkan untuk menghabisi Rama. Rama tak mengelak meskipun diserang oleh banyak orang dengan membawa senjata tajam. Ia melawan dengan kemampuan bela diri yang ia miliki meskipun ia tahu bahwa konsekuensi dari melakukan perlawanan ini adalah mati. Ia tak peduli dengan hal itu karena dalam hatinya masih terdapat jiwa yang buas. Rama menghajar satu persatu lawannya dengan strategi maju mundur agar tak langsung dikeroyok. Rama terlihat bisa melakukan perlawanan. Namun, ia tetap manusia yang mempunyai batas kemampuan dan akhirnya ia tak mampu untuk melakukan banyak perlawanan.
Satu sabetan senjata tajam akhirnya mendarat di bahu Rama. Rama memutuskan untuk berlari terlebih dahulu setelah merasa ia akan kalah dengan memalukan. Sayangnya, staminanya sudah tidak prima lagi untuk kabur sehingga yang bisa ia lakukan saat ini hanyalah pasrah dan melawan sampai tetes darah penghabisan. Untungnya, Tuhan masih ingin Rama hidup.
"Dorrr!!! Dorrr!!! Dorrr!!! Dorrr!!!"
Tembakan demi tembakan datang dari arah atas jembatan Ampera. Tiga orang misterius dua tahun lalu yang membantu Rama menghabisi Joe Law kini datang lagi menyelamatkan Rama. Mereka menembaki orang-orang yang menyerang Rama sampai semuanya tewas termasuk Dzaky. Satu lagi orang misterius yang merupakan seorang wanita datang dengan mobil van dan membawa Rama pergi. Sedangkan motor Rama dimasukkan oleh warga sekitar ke dalam mobil van itu. Wanita misterius itu berkata kepada warga sekitar yang melihat kejadian ini untuk tutup mulut atau mereka akan mati.
"Tutup mulut kalian atas kejadian yang terjadi malam ini atau kalian akan mati!" Ancam wanita misterius itu.
Wanita misterius itu kemudian pergi bersama Rama dengan mobil van yang ia kemudikan menjauh dari tempat kejadian perkara. Sementara tiga orang misterius lainnya yang ada di atas jembatan Ampera menaiki motor mereka kembali dan pergi ke arah yang berlainan.
~~~
"Telah terjadi penembakan massal di daerah sekitaran sungai musi. Korban meninggal terdiri dari 20 orang yang dimana salah satunya adalah D, mahasiswa kampus terbaik di Sumatera Selatan. Belum jelas motif penembakan massal ini apalagi misteri tentang alasan mengapa 20 orang ini berkumpul di sekitaran sungai musi dengan membawa senjata tajam dan terdapat darah yang diyakini bukan darah dari 20 korban ini di salah satu senjata tajam milik korban. Polisi akan menutup TKP dan melakukan penyelidikan lebih lanjut dengan mengumpulkan saksi-saksi untuk dimintai keterangan."
Berita yang dilihat Shintya saat sedang menonton televisi ini membuatnya mencurigai Rama yang menghilang sejak semalam setelah izin pergi ke gym. Shintya curiga jika Rama adalah sasaran dari 20 orang yang tewas ini karena ia mengenali semua wajah yang sebelumnya adalah orang-orang yang pernah berkonflik dengan Rama. Namun, Shintya memilih untuk bungkam sampai Rama kembali.
Sementara itu, Rama akhirnya kembali ke rumah setelah semalaman menghilang. Shintya ingin mencecarnya dengan ribuan pertanyaan. Namun, luka besar di bahu Rama menjawab semua pertanyaan yang ingin ditanyakan Shintya. Satu hal yang masih jadi pertanyaan, bagaimana 20 orang yang menyerang Rama bisa tewas tertembak sedangkan Rama tak memiliki senjata api dan baru pulang dari gym. Namun, Shintya memilih untuk bungkam dan fokus untuk memeriksa luka Rama yang tampak sudah diperban rapi oleh seorang ahli dalam bidang medis.
Rama seperti menyadari banyak sekali pertanyaan yang tersimpan di hati Shintya setelah melihat keadaan Rama saat ini. Ia pun menjelaskan semua yang terjadi padanya.
"Aku dikeroyok oleh 20 orang yang tewas itu dan luka ini terjadi setelah aku terkena sabetan senjata tajam salah satu dari mereka. Mereka ditembaki di depan mataku oleh 3 orang misterius dari atas jembatan Ampera dan aku ditolong oleh seseorang dengan mobil van dan dibawa untuk diobati di sebuah ruangan misterius." Ujar Rama.
"Kau tau siapa mereka?" Tanya Shintya.
"Aku tidak tau siapa mereka. Yang ku tau mereka adalah seorang agen intelijen dan mereka sudah berkata padaku bahwa mereka mengincar Coki, Egi dan 5 orang warga kita yang menghilang dari penjara." Jawab Rama.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Crime
ActionMuhammad Alif Ramadhan alias Rama, bukan Ramayana hanyalah remaja yang hidup diantara dunia romansa dan kriminal. ia terlahir di kampung penuh kriminal dan jatuh cinta bagai pahlawan. Namun, patah hati membuatnya menjadi kriminal sebelum akhirnya ia...