Rama dan Boy berhasil melarikan diri dari kejaran polisi berkat kecepatan motor milik Boy yang mampu dimanfaatkan dengan baik oleh Rama. Untuk sementara, mereka bersembunyi di rumah singgah milik Aril di kabupaten Banyuasin. Rama meminta Boy untuk terus bersembunyi agar mengurangi korban jiwa yang tak bersalah berjatuhan karena mereka.
"Kenapa kau mendadak jadi seperti ini? Dimana dirimu yang brutal kemarin?" Tanya Boy.
"Aku sudah berjanji untuk tidak melakukan kejahatan lagi pada Shintya. Aku mengingkari itu ketika dimanfaatkan oleh polisi untuk menjadi umpan dan membunuh Joe Law. Lalu aku mengingkarinya lagi setelah menghabisi banyak orang termasuk Sinta. Sekarang aku tak ingin mengingkari janjiku pada Shintya lagi. Kita fokus melarikan diri atau kita kembali saja ke penjara." Jawab Rama.
"Tapi sampai kapan kita terus melarikan diri?" Boy bertanya lagi.
"Sampai aku bertemu kembali 4 agen intelijen yang telah menolongku menghabisi Dzaky dan orang-orang yang mengeroyokku waktu itu." Jawab Rama.
"Dimana kita mencari mereka?" Tanya Boy.
"Kita tidak perlu mencari mereka, mereka yang akan menemukan kita." Jawab Rama.
Sementara Rama dan Boy bersembunyi, Shintya memberanikan diri untuk bertemu Kapolda Sumatera Selatan Irjen Pol Djoko. Shintya meyakini bahwa ialah satu-satunya orang yang bisa membantu untuk menyelamatkan Rama. Shintya menjelaskan semua kronologi yang Rama ceritakan padanya dari awal hingga ia membantai semua anggota mafia Utara.
"Saya sudah tau semua yang kau katakan itu. Tapi maaf, saya tidak bisa berbuat apapun karena Kapolri memerintahkanku untuk diam agar penghianat dalam departemenku merasa aku tidak bisa melakukan apapun dan mereka akan muncul dengan sendirinya. Namun, Kapolri telah mengatakan akan memberikan bantuan padamu melalui drive bukti kejahatan Kompol Beto dan hakim Darma yang akan segera dikirim oleh agen kami. Dan sekarang adalah saatnya saya memberikan izin untuk kau membuka kedok kejahatan mereka." Ujar Irjen Pol Djoko.
Atas izin Irjen Pol Djoko dan Drive yang sudah masuk ke perangkat Shintya, ia mendatangi kantor stasiun televisi dengan membawa drive bukti dan surat izin pengungkapan bukti yang telah diberikan Irjen Pol Djoko. Stasiun televisi itu langsung menayangkan drive itu dalam breaking news dengan menghentikan acara yang sedang berlangsung saat ini.
Disaat yang bersamaan, polisi sudah mengendus keberadaan Rama dan Boy. Mereka mengepung rumah singgah milik Aril.
"Kalian sudah terkepung! Keluarlah dengan damai atau mati!" Ancam Kompol Beto.
Rama mengajak Boy untuk kabur dan tidak melawan. Namun, Boy menolak ajakan Rama dan mengatakan bahwa mereka harus melawan saat terdesak seperti ini. Aril yang saat itu juga ada disana mengingatkan Rama tentang apa yang pernah ia sampaikan dulu.
"Kau sendiri berkata padaku jika hidup itu keras. Kenapa kau sekarang menjadi lembut dan tidak mau melakukan perlawanan terhadap orang-orang jahat itu?" Tanya Aril.
"Aku hanya tidak ingin membunuh orang lagi." Jawab Rama.
Ditengah keributan antara mereka bertiga, televisi yang dihidupkan oleh Aril menyampaikan berita terkini tentang pengungkapan kejahatan Kompol Beto dan hakim Darma. Terlihat Shintya sedang diwawancarai mengenai bukti yang ia sampaikan.
"Apakah bukti ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya?" Tanya Reporter.
"Iya. Ini adalah bukti yang diberikan oleh agen rahasia kita untuk dipublikasikan." Jawab Shintya.
"Kenapa mereka memberikan bukti ini padamu?" Reporter bertanya lagi.
"Karena aku dan mereka sama-sama berjuang untuk kebenaran. Aku memperjuangkan kebebasan untuk Rama dan mereka memperjuangkan kebebasan pemuda di Negara ini dari polisi dan hakim korup yang membuat peredaran narkoba di Negara ini terlihat sulit dikendalikan." Jawab Shintya.
"Tapi masyarakat meragukan bukti yang anda berikan untuk menyelamatkan sahabat baik anda karena dia telah melarikan diri." Ujar Reporter.
"Dia tidak melarikan diri. Tapi dilarikan agar para polisi tetap hidup sampai sekarang." Jawab Shintya.
"Hah? Maksudnya? Bisa dijelaskan kepada para pemirsa?" Tanya Reporter.
"Jika kalian ingin melihat dia yang berani berjuang, kalian tak akan melihat lagi koruptor berseragam polisi. Apakah aku perlu meminta dia melakukan itu? Kalau begitu, Rama akan menegakkan keadilannya." Jawab Shintya.
Rama yang mendengar berita di televisi menyadari kalau Shintya memberinya kode yang mengizinkannya untuk melawan.
"Baiklah, mari kita bantai mereka." Ujar Rama.
Boy dan Aril akhirnya senang melihat Rama kembali ke setelan semula.
"Apa rencana kita untuk mengalahkan mereka yang ramai?" Tanya Boy.
"Kita bakar mereka!" Jawab Rama.
Rama mengambil botol beling bekas sirup dari kulkas dan memasukan minyak tanah ke dalamnya. Ia pun mengoyak sebuah kain untuk menjadi sumbu untuk membuat bom molotov. Ia menghidupkan korek untuk menghidupkan bom molotov dan memberikannya kepada Boy.
"Kau sering tawuran kak. Ku harap lemparan bom molotovmu tidak meleset." Ujar Rama.
Rama keluar dari persembunyian seolah-olah menyerahkan diri. Hal itu dilakukan agar ia dapat memancing Kompol Beto untuk maju paling depan dalam barikade polisi yang menunggunya dan menjadi yang paling hangus terbakar. Dan benar dugaannya, Kompol Beto langsung muncul setelah Rama muncul.
"Akhirnya kau keluar dari persembunyianmu tikus pengecut!" Ujar Kompol Beto.
"Siapa yang kau bilang tikus pengecut, tikus berseragam polisi?" Tanya Rama.
"Dimana rekanmu satunya?" Kompol Beto bertanya balik.
"Itu di belakang." Jawab Rama.
Boy yang muncul langsung melemparkan bom molotov ke arah Kompol Beto dan tepat mengenai wajah Kompol Beto.
"AAAARRRGHHHH!!!!!"
Kompol Beto terbakar oleh api bom molotov. Para polisi lain mencoba menyelamatkannya. Namun, mereka bubar setelah Boy melemparkan bom molotov kedua.
"Sejak kapan kita punya dua bom molotov?" Tanya Rama.
"Pentingkah kau bertanya itu sekarang? Ayo kita bantai mereka!"
Rama mengambil senjata dari sabuk celana Kompol Beto yang belum terbakar. Ia menembak perut Kompol Beto untuk memastikan bahwa Kompol Beto tidak akan selamat dari pembalasannya. Rama kemudian menembaki polisi yang sedang kocar-kacir karena api bom molotov yang menjalar kemana-mana. Setelah membuat mereka semua tumbang, Rama mengambil semua senjata mereka sebelum terbakar dan menyelamatkan mereka agar tidak tewas.
"Kenapa kau melakukan itu?" Tanya Boy.
"Bisa saja mereka bukanlah polisi korup dan hanya tunduk pada tugas mereka. Jadi, kita harus menyelamatkan mereka yang mungkin tidak bersalah." Jawab Rama.
Boy membantu Rama untuk mengevakuasi para polisi yang terluka parah agar tidak terbakar. Polisi yang hanya terluka ringan terkejut melihat bahwa ternyata Rama adalah orang yang baik dan mereka membantu Rama untuk mengevakuasi rekan mereka yang terluka parah. Setelah semua berhasil di evakuasi, Rama dan Boy akan pergi menuju rumah hakim Darma karena ia juga perlu dihabisi atas apa yang ia perbuat. Aril datang dengan mobil sportnya untuk mengantar Rama dan Boy.
"Hey kawan, mari ku antar kalian ke tujuan kalian." Ujar Aril.
Dengan kecepatan yang luar biasa, Aril mengendarai mobilnya dengan handal dengan menyalip kendaraan-kendaraan yang ada di jalan. Mereka pergi ke rumah hakim Darma tidak dengan santai karena ternyata masih banyak sekali polisi yang melakukan pengejaran terhadap mereka. Disitu Rama menyadari bahwa ada polisi lain yang memiliki jabatan besar dan mendukung kejahatan Kompol Beto.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Crime
ActionMuhammad Alif Ramadhan alias Rama, bukan Ramayana hanyalah remaja yang hidup diantara dunia romansa dan kriminal. ia terlahir di kampung penuh kriminal dan jatuh cinta bagai pahlawan. Namun, patah hati membuatnya menjadi kriminal sebelum akhirnya ia...