Gama?

12.9K 927 117
                                    


Happy Reading


Reigava



Saat ini Gava sudah berada dirumah. Dirinya tengah asik memakan yupi rasa mangga dengan bentuk mangga kecil-kecil berwarna kuning. Matanya sibuk menatap pada benda persegi empat didepannya yang menampilkan film Marsya and the Bear.

Yang ditontong kelakuannya kaya bocil santet. Yang nonton persis tukang nyantet, klop!

Saat sedang asik menonton tiba-tiba dari arah belakang ada seseorang yang menutup mata Gava dengan jari-jari tangan yang cukup lumayan besar.

"Hayo tebak, siapa?" ucap orang itu.

Gava sedikit merasa tidak asing dengan suara itu. Namun Gava lupa, dimana dirinya pernah mendengarnya.

"Siapa?" tanyanya.

"Coba tebak dulu, siapa?" ujar orang itu kembali. Membuat Gava kesal bukan main.

"Dukun cabul apa dukun bayi?" tebaknya ngawur. Yang malah langsung mendapatkan sentilan keras dijidatnya.

"Aish... kenapa sih, semua orang seneng banget nyentilin gue!" sungut nya sambil mengusap jidatnya yang terasa sakit.

"Abisnya, Adek mulutnya gitu banget sama abang. Dan lagi darimana Adek tau kata-kata seperti itu." Perlahan pemuda itu berjalan dan duduk disamping Gava.

Gava yang belum tau siapa orang itu, segera menoleh. Dan betapa terkejutnya Gava saat melihat siapa orang yang berada disampingnya.

"Lo! lo Gama kan." Mata bulat Gava menatap tajam pada sosok seseorang yang ia yakini bernama Gama.

"Iya ini abang Gama. Abang, Adek yang nomor tiga!" jawabnya sambil tersenyum manis.

Bugh...

Tanpa diduga Gava meninju keras rahang Gama. Membuat Gama yang tak siap langsung terkena bogeman Gava yang tak main-main keras dan sakitnya.

"Anjing lo!" teriak Gava dengan kedua tangannya yang mengepal kuat. Wajahnya memerah, dengan nafasnya yang memburu.

"Adek!" tekan Gama.

Gava tidak mungkin lupa dengan Gama, manusia yang paling Gava benci didunia ini. Gama adalah musuh bebuyutan dari Rayanza. Sejak dulu Gama sering kali mencari masalah dengan Rayanza. Bahkan karena Gama, Gava pun harus mati akibat kecelakaan saat balapan motor dengan Gama.

"BAJINGAN LO, GARA-GARA LO GUE MATI ANJING. GARA-GARA LO GUE KEPISAH SAMA KETIGA SAHABAT GUE. GARA-GARA LO GUE HARUS NGEJALANIN KEHIDUPAN GAVA YANG MEMUAKKAN INI. SEMUA INI GARA-GARA LO,ANJING!" teriaknya kencang.

Sedangkan Gama hanya menatap bingung pada setiap ucapan yang Gava teriakkan padanya. Apa salahnya sehingga adiknya sampai seperti ini. Apa hanya karena dirinya pergi dan tak bisa menemani adiknya yang sedang sakit dirumah sakit. Sampai membuat adik bungsunya ini marah padanya.

Saat Gava ingin melayangkan pukulannya kembali. Tiba-tiba dari arah samping datanglah Gavin yang langsung mendekap nya dan mengelus rambut serta punggungnya dengan lembut.

"Tenang ok, kendalikan emosi Adek!" ucapnya.

Nafas Gava tetap memburu. Kemarahannya sudah sampai puncak sekarang. Ingin sekali Gava melenyapkan Gama dari muka bumi ini sekarang juga.

Ada satu fakta yang sangat sial bagi Gava. Fakta bahwa Gama musuh bebuyutanya ternyata adalah abang kandungnya sekarang. Sangat memuakkan. Dasar nasip sial, selalu saja menimpa padanya.

Alex datang dan langsung membantu Gama untuk duduk, saat melihat adiknya terluka di bagian sudut bibirnya.

"Kenapa?" tanyanya pada Gama yang terus meringis kesakitan akibat pukulan Gava.

"Aku juga tidak tau Bang Alex. Tiba-tiba saja Gava memukulku dan memaki serta mengumpatiku. Biasanya Gava akan sangat senang jika aku pulang. Tapi entah kenapa, sekarang raut wajahnya memancarkan kebencian padaku!" jelasnya memberi tau.

Gama sangat bingung sekali sekarang. Adik bungsunya itu adalah adik kesayangannya dan kesayangan seluruh keluarga. Selama ini Gama selalu menyayangi dan memanjakan Gava adiknya. Bahkan Gama selalu memprioritaskan Gava dibandingkan dirinya sendiri. Membuat Gava sangat dekat dengan Gama.

Tapi entah apa yang terjadi sekarang. Adiknya yang tidak pernah berbuat kasar tiba-tiba memukulnya hingga seperti ini. Bahkan adiknya yang tidak pernah sedikitpun mengumpat. Sekarang sudah berani mengumpatinya.

Sebenarnya apa yang sudah terjadi, selama Gama tidak berada dirumah!

Saat emosi Gava sudah mulai mereda. Gavin langsung menggendongnya ala koala. Meletakkan kepala adik kembarnya pada ceruk lehernya. Lalu pergi membawa Gava ke kamarnya yang berada dilantai dua.

Saat tiba dikamar. Gavin meletakkan tubuh Gava yang sudah tertidur keatas kasurnya sendiri. Membenahi bantal Gava, lalu menyelimuti Gava hingga dada.

Gavin menatap lamat Gava yang tertidur pulas. Sedikit heran dengan Gava yang sekarang, karena cepat sekali tertidur. Tidak seperti Gava yang dulu yang sangat sulit tidur.

"Kenapa sifatmu berubah sekali, aku seperti tidak mengenali kembaranku sendiri," ucapnya pelan.

Setelah mengatakan itu, Gavin pergi meninggalkan Gava. Saat terdengar pintu yang tertutup. Gava membuka matanya, menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih bersih.

"Sorry Vin, gue emang bukan kembaran lo...Jadi wajar aja kalo Gava yang spek malaikat berubah jadi titisan setan!"

Setelah mengatakan itu Gava bangkit dari tidurnya. Berjalan cepat keruang ganti. Mengganti baju santainya dengan hoddy berwarna hitam dan celana hitam. Membuka jendela kamarnya dan memulai aksinya untuk kabur.

Akhirnya Gava berhasil kabur. Sekarang dirinya sudah berdiri di depan sebuah perumahan yang cukup bagus dengan berlantai dua. Yang sekarang sudah diubah menjadi markas.

"Seperti dugaan gue, gue harus ketemu mereka. Entah mereka percaya atau enggak nantinya. Gue gak peduli! awas aja kalo gak percaya. Gue kutuk jadi tompel mereka."

Kaki Gava melangkah masuk sampai kedalam ruangan khusus berkumpul. Terlihat disana ada ketiga anak setan yang tengah tertidur.

"BANJIR, BANJIR... SUNAMI, ANGIN TOPAN. LONGSOR. GEMPA BUMI!" teriak Gava kencang. Membuat Rayanza, Kai dan Tama langsung berjingkat kaget dan naik keatas sofa yang mereka tiduri tadi.

"Mana Airnya, mana?" panik Rayanza sambil celingukan mencari air di lantai.

"Mana anginya, angin sampaikan rinduku padanya!" terima Tama dramatis.

"Tanahnya mana, ini longsor,tanahnya ko gak ada?" bingung Kai.

Sedangkan Gava tertawa sampai terduduk dilantai sambil memukul lantai. Karena sangking kocaknya dengan tingkah ketiga sahabatnya yang paling Gava atau lebih tepatnya Mahen rindukan.

Saat menyadari jika mereka bertiga sedang dikerjai. Mereka bertiga mengumpat keras.

"Kambing!" teriak Rayanza, Tama dan Kai secara bersamaan.

"Kampang, babi, anjing!" seru Gava menjawab singkatan kata kambing.

"Siapa lo?" tanya Rayanza saat menyadari ada orang asing yang berani masuk markasnya tanpa izin. Bahkan berani mengerjai dirinya dan kedua sahabatnya.

"Lo Rayanza kan? gue ramal sahabat lo yang namanya Mahen udah pensiun dari bumi kan."

"Bajingan lo! siapa lo berani ngomong gitu, Hah." Kai maju sambil mencekram kuat kerah leher Gava. Sedangkan Gava hanya tersenyum kecil.

"Sello aja kenapa sih Kai." Gava melepaskan paksa cengkraman tangan Kai dari kerah bajunya.

"Tenang dulu, gue mau ngejelasin sesuatu sama kalian," ucap Gava.

Akhirnya mereka berempat berkumpul dan duduk tenang. Siap mendengarkan penjelasan dari Gava.

"Sebenarnya gue-"


Jangan lupa vote plus komen
Sorry gak jelas wkwkw...







Reigava (Tersedia Dalam Bentuk Pdf) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang