Ketahuan!

10.1K 856 100
                                    

Happy Reading







Reigava


Saat sampai di mansion Gava langsung digendong oleh Gavin. Lantaran Gava terus merengek ingin main. Membuat Gavin yang sedikit kesal langsung saja membawanya kedalam.

Saat sampai diruang keluarga. Disana sudah ada Lexsy dan juga ayah mereka. Kedua manusia yang tadinya sibuk dengan benda canggih mereka. Sekarang menatap bingung pada Gava yang berada dalam gendongan Gavin.

"Kenapa?" tanya sang ayah.

"Ingin main," jawab Gavin.

Setelah melihat sang ayah. Gava segera turun dari gendongan Gavin dan berlari kearah sang ayah dan duduk disamping ayahnya. "Ayah, Gav-eh maksudnya.Adek mau main. Boleh ya."

"Main?" tanya Lexsy penasaran.

"Iya, Adek mau main bareng temen baru adek, boleh ya Bang," pinta Gava yang tanpa memasang wajah  yang sangat menggemaskan dimata mereka.

"Main apa?" Kini giliran sang ayah yang bertanya.

"Tawuran, balapan, ngerokok gitu," jawab Gava yang malah keblabasan. Dasar mulut lemes memang.

"Apa!" sentak sang ayah dan Lexsy bersamaan.

Gava yang menyadari jika dirinya salah berucap. Langsung saja menutup mulutnya dengan tangannya, tak lupa mata Gava ikut melotot lucu.

"Anjay demi sempak kuntilanak, gue keceplosan. Aduh bisa mati lagi gue!" batin Gava.

"Eh, Adek tadi salah ngomong Yah. Sumpah gak boong. Adek aja gak tau apa itu tawuran sama ngerokok. Tadi asal nyeplos aja." Gava merasa gugup saat tatapan ayah dan abang sulungnya yang metap Gava tajam. Dan yang paling membuat gugup Gava adalah tatapan datar Gavin. Terlihat tanpa ekspresi namun tersirat hal lain didalamnya.

"Kamu tidak sedang berbohong pada ayah kan, Gava?" tanya sang ayah.

Ayah Gava berusaha mencari kebohongan dengan menatap mata Gava. Gava yang menyadarinya segera menutup matanya dengan kedua tangan mungil miliknya.

"Jangan tatap mata, Adek. Adek gak bohong ko, sumpah, susu Ayah setampah, eh..." Menyadari jika kesalahan yang diperbuat Gava semakin banyak. Dengan cepat Gava berlari meninggalkan mereka. Sebelum Gava mulut Gava menambah masalah.

"Jangan berlari ditangga Gava!" teriak Lexsy saat melihat Gava yang berlari cepat menaiki anak tangga.

Gava tidak menghiraukan teguran Lexsy dan malah semakin mempercepat langkah kaki kecilnya, hingga masuk kekamar.

Gava mrngunci pintu kamar. Berjalan kearah Ranjang, melempar tas sembarang arah, lalu duduk dipinggiran ranjang dengan nafas yang memburu.

"Anjirlah, mulut gue lemes bener dah. Tapi kalo boleh jujur, gue udah kangen banget tawuran. Apalagi balapan motor," beo Gava.

Lalu merogoh saku celananya, mencari sesuatu yang  sangat berharga bagi lidahnya. "Ngerokok dulu lah, biar gak stres. Gak maen gak masalah, yang penting bisa ngerokok.

Dengan lihai Gava menyesap satu puntung rokok ditanganya. Memejamkan mata sambil menikmati setiap hisapan asap dan mengeluarkannya dengan penuh kenikmatan.

" Sorry Gav, tubuh lo gue buat rokok. Tapi salah lo sendiri, ngasih tubuh mungil macam tak kucing ini ke gue. Jadi gue gak salah , yang salah Gava asli," gumam Gava lalu tersenyum.

"Kalo lima pengabdi setan tau, gue ngerokok. Kira-kira gue diapain ya?" tanya Gava pada dirinya sendiri.

Gava alias Mahen, tidak bisa membayangkan bagaimana mana jadinya Gava jika ketahuan merokok oleh keluarga Gava. Mungkin Mahen akan kehilangan nyawa untuk kedua kalinya.

Setelah selesai merokok, tidak sengaja Gava ketiduran masih dengan baju seragam sekolahnya. Tak lama suara pintu diketuk. Namun karena Gava yang tertidur pulas. Membuat Gava tidak mendengarnya.

Sedangkan Gama yang berada didepan pintu kamar Gava. Merasa cemas, karena sendiri tadi Gava tidak kunjung membuka pintu kamarnya. Gama takut terjadi sesuatu pada adik bungsunya Gava.

Karena tak sabar akhirnya Gama mengambil kunci cadangan . Setelahnya Gama membuka pintu kamar Gava. Saat baru pertama masuk, Gama disuguhkan dengan keadaan Gava yang tertidur dengan kedua kaki yang menjuntai kebawah.

"Kenapa tidak ganti baju dulu," ujar Gama sambil membenarkan posisi Gava tidur.

Namun Gama menyadari jika ada yang salah disini. Gama melihat bekas serpihan abu rokok. Membuat Gama curiga.

"Jangan-jangan Gava merokok?" Dengan cepat Gama mendekatkan hidungnya pada mulut sang adik. Dan benar saja, mulut Gava adiknya sangat bau dengan nikotin.

"Sialan, beraninya kamu merokok, Gava!" marah Gama.

Tanpa berperasaan Gama menyeret tubuh Gava. Membuat Gava bangun, dan meringis saat tubuh kecilnya menghantam lantai yang dingin.

"Argh..." rintih Gava.

Gama tidak peduli dan langsung menyeret tubuh Gava keluar kamar sampai masuk kedalam lift. Sedangkan Gava merasakan sakit di sekujur tubuh, terutama bagian punggung dan kepalanya yang terbentur lantai yang tidak rata.

"Gama,lo gila! badan gue sakit," keluh Gava. Dan Gava yang hendak berdiri dari tidurnya ditahan oleh Gama dengan menginjak dada Gava. Tidak terlalu kuat tapi berhasil membuat Gava sedikit merintih.

Saat lift terbuka Gama kembali menyeret Gava sampai diruang tamu. Tindakan gila Gama membuat semua anggota keluarga yang berkumpul menjadi kaget.

"Apa yang kamu lakukan Gama!" teriak Alex dan ingin membantu Gava yang terlihat meringis menahan sakit dikepalanya. Namun dengan cepat Gama melarangnya.

"Jangan membantunya, kali ini kesabaran ku sudah habis. Tidak masalah jika kamu terus menjauhiku Gava. Tapi akan menjadi masalah jika kamu berani merokok!" tekan Gama dengan menatap tajam Gava dibawahnya.

Mulut Gava terasa tercekat dengan perkataan Gama abang ketiganya. Gava tidak menyangka bisa ketahuan oleh Gama. Dan Gava juga tidak menyangka jika Gama sekejam ini pada adiknya sendiri.

Melihat Gama sekarang, Gava merasa takut.

"Apakah benar yang dikatakan oleh abangmu, Gava?" tanya sang ayah.

Gava bingung harus menjawab apa sekarang. Rasanya mulut Gava terasa kelu, dan tanpa sadar deru nafas Gava tidak beraturan dengan tubuhnya yang bergetar hebat.

"A-ad ad-adek," gugup Gava.

"APA!" teriak Lexsy kencang.

"Adek, adek..." lirih Gava sambil menunduk. Gava merasa terintimidasi dengan tatapan tajam keluarganya.

Gavin maju mengangkat dagu Gava dengan lembut,"Katakan!" perintahnya dengan penuh penekanan.

"Ad-adek eng-engga ngerokok. Adek aja gak tau apa itu rokok," bohong Gava.

Dan Gavin malah menanggapinya dengan tersenyum tipis yang justru malah membuat Gava semakin ketakutan.

"Berbohong, heh?" ucap Gavin pelan.

Dengan cepat Gava menggeleng, "Engga!"

"Jika kamu masih saja berbohong. Maka hukumannya akan lebih berat,Gava!" ancam Lexsy.

Gama yang tidak sabar langsung saja merogoh saku celana adik bungsunya, sampai akhirnya Gama menemukan satu batang rokok dan juga satu buah korek api. Dan langsung Gama lemparkan pada wajah Gava.

"Masih ingin berbohong?" tanya Gama yang menyudutkan Gava.

Karena rasa takut Gava yang besar tanpa sadar Gava ingin memeluk Gavin didepannya. Namun dengan cepat Gavin mundur membuat Gava semakin ketakutan karena tidak ada satupun yang membelanya.

"Iya-ad-adek ngerokok," jujur Gava.

Jangan lupa bantu vote plus komen
Sebanyak-banyaknya ya...
Love you readers setiaku...




Pliss bngt ya, kalo baca karyaku jangan diplagiat
Aku buatnya penuh effort lo.
Ampe mimisan. Masa tega sih
Plagiat!






Reigava (Tersedia Dalam Bentuk Pdf) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang