Hukuman

10.6K 789 114
                                    

Happy Reading




Reigava

"Iya, iya gue ngerokok," ucap Gava lalu menunduk karena takut mendapatkan tatapan tajam dari anggota keluarga nya.

"Sialan!" umpat Lexsy. Kedua tangan Lexsy mengepal kuat dan tanpa aba-aba Lexsy meninju tembok kuat. Hingga tangannya yang berurat mengeluarkan cairan merah.

"Beraninya kamu, Gava!" sarkah Alex dengan kedua matanya yang menatap tajam Gava yang ketakutan.

"Stupid you!" lirih Gavin namun masih bisa didengar oleh Gava dan yang lain.

"Siapa yang mengajarimu?" tanya sang ayah.

Ayah Gava nampak heran dengan perubahan bungsunya yang sangat drastis ini. Bermula dari perubahan sikap, lalu prilaku dan sekarang Gava memiliki kebiasaan buruk seperti ini. Dikemudian hari akana ada kejutan apa lagi dari bungsunya ini.

Gava nampak termenung saat sang ayah bertanya. Gava bingung harus menjawab apa. Tidak mungkin kan Gava mengatakan jika kebiasaan merokok dan yang mengajarinya merokok adalah karena pergaulan bebasnya dulu.

Gava menggeleng pelan," Gak ada yang ngajarin adek, Yah."

"Lalu tau darimana kamu? apa sekolah satu hari saja sudah ada yang mengajarimu melakukan hal bodoh seperti ini. Apa kamu tau akibat dari merokok hah," sentak Alex pada Gava membuat Gava berjengkit kaget.

"Adek gak ada yang ngajarin, cuma gak sengaja liat orang aja. Beneran, gak bohong," ucap Gava yang tentunya bohong,

Lexsy mendekat dan mencekram kuat lengan Gava sampai Gava meringis kesakitan. "Ingat ini baik-baik Gava. Tidak masalah jika kamu menginginkan kebebasan ataupun bertingkah semaumu. Tapi kamu harus tau batasan dan mematuhi setiap aturan yang kami buat untukmu. Jangan pernah mengulangi hal fatal itu lagi. Atau ucapkan selamat tinggal dengan dunia luar yang kamu inginkan!"

Setelah mengatakan itu Lexsy pergi begitu saja. Sedangkan Gavin kembali duduk sambil menikmati pemandangan didepannya. Layaknya film bagus yang layak untuk ditonton.

"Sekarang tidak akan ada yupi untukmu selama satu bulan, dan kamu akan mendapatkan hukuman lainya nanti. Kamu tidak lupa kan, setiap abangmu wajib memberikan satu hukuman untuk setiap kesalahan yang kamu perbuat," ucap Gama dan berlalu pergi.

"Ayah kecewa sama kamu!" tekan sang ayah dan berlalu pergi. Begitupun Gama. Dan akhirnya hanya tersisa Gavin dan Gava disana.

Gava meremat kuat celana sekolah berwarna abu-abu. Tak terasa air mata Gava turun dengan disertai isakan pelan. Kenapa malang sekali nasipnya sekarang.

Hidup dalam sangkar emas yang penuh kekangan dan aturan. Membuat Gava muak dan tidak tahan dengan kehidupan baru sekarang.

Saat Gava tengah meratapi nasip sialnya. Tiba-tiba tubuhnya terangkat dan ada dalam gendongan koala Gavin. Yang kini telah berjalan membawa Gava entah kemana.

Gava tidak peduli dan malah menyembunyikan wajah sembabnya di perpotongan leher Gavin. Meremat kuat pundak Gavin dan menangis, berusaha menumpahkan rasa takut sekaligus marah yang sudah menyatu sekarang.

Gavin hanya diam dan membawa Gava masuk ke kamarnya yang bernuansa black. Tubuh Gava, Gavin letakkan diatas kasur.

"Hugk... Ini dimana?" tanya Gava dengan masih sesenggukan. Gavin tidak menjawab dan malah melepaskan setiap kancing seragam sekolah Gava.

"Ken-kenapa di lepas, mau apa?" tanya Gava yang ketakutan. Takut sekali jika Gavin memberikan hukuman yang tak semono seperti difikiran Gava sekarang.

"Gak mungkin kan, gue di anu-anu," batin Gava yang berfikir sembarangan.

Gavin yang mengerti langsung menyentil kepala Gava pelan,"Mengganti bajumu," jawab Gavin singkat.

Akhirnya Gava pasrah dan Gavin melepaskan baju Gava kemudian memakaikan Gava dengan baju miliknya yang terbilang cukup besar.

Walaupun Gava dan Gavin kembar. Namun mereka memiliki postur tubuh yang sangat berbeda. Gava dengan postur tubuh yang kecil sedangkan Gavin memiliki postur tubuh yang besar.

Wajah mereka mirip, akan tetapi wajah Gava lebih seperti anak polos sedangkan Gavin terlihat lebih dewasa dan cool. Membuat Gava iri dan ingin memilikinya juga. Tapi sayang, itu hanya bisa Gava miliki dimimpi Gava saja.

Setelah digantikan baju, Gava nampak memandang sekeliling ruangan yang nampak seram karena nuansanya yang serba hitam.

"Ini pasti banyak setanya, Bang. Setan kan suka tempat yang serem kaya gini," ujar Gava yang sok tau.

"Tapi kamarnya bagus, jadi pengen deh. Tukeran kamar ya Bang," pinta Gava pada Gavin.

Namun perkataan Gava hanya dianggap angin lalu oleh Gavin, membuat Gava kesal sendiri. Kenapa Gavin irit bicara sekali sih. Gava kan jadi sebal.

"Mending bisu aja sekalian, daripada punya mulut, tapi pelit ngomong. Mending kalo pelit ngomong bisa kaya, lah ini kesannya malah kaya orang bisu!" gerutu Gava pelan.

Masa bodo jika Gavin mendengar atau tidak. Gava tidak peduli!

Gavin menuntun Gava untuk berbaring diranjang, lalu Gavin juga ikut berbaring disamping Gava. Menarik tubuh Gava yang ingin menjauh, lalu mendekap nya erat.

"Hukumanmu,tiga hari dikurung!" ucap Gavin yang sama sekali tidak Gava mengerti.

"Jangan disingkat, Adek gak ngerti maksudnya!" ucap Gava yang kebingungan.

Gavin tidak menjawab dan malah menepuk pantat Gava yang berisi sambil mengusap mata Gava dengan ibu jarinya.Berharap agar Gava tertidur.

Sedangkan Gava yang terus memaki dan mengumpat didalam hati. Lama kelamaan mulai tertidur, karena rasa nyaman yang Gavin berikan.

" Bayi kecil nakal," ucap Gavin lalu mengubah posisi menjadi duduk. Membenahi posisi Gava tidur, menyelimuti Gava hingga dada. Lalu pergi entah kemana.

Setelah tidur kurang lebih tiga puluh menit. Akhirnya Gava terbangun. Menguap lebar lalu mengeliat sambil merentangkan kedua tangannya yang menyatu keatas.

"Enak banget abis nangis tidur," ucap Gava lalu menatap kamar Gavin yang napak sepi tak ada orang selain Gava sendiri.

"Kesempatan buat kabur, nih!"

Dengan cepat Gava kabur melalu balkon lalu mengendap-endap dan pergi meninggalkan mansion Georland.

Tujuan Gava saat ini hanya satu. Yaitu markas Grenvos. Berharap disana ada para anggota Grenvos dan ketiga sahabat nya.

Setelah sampai Gava langsung masuk, dan ternyata Rayanza, Kai dan Tama sedang berkumpul di sana. Membuat Gava segera menghampiri mereka.

"Woy anak setan," sapa Rayanza, saat melihat Gava datang.

"Woy juga anak setan. Eh tapi gue masih punya orang tua lengkap ya maap, lo sama Tama lah, baru anak setan," songong Gava membuat Rayanza kesal.

"Banyak tingkah! Dasar alumni setan, gak tau diri," sahut Tama.

"Bodo amat! Gue buta jadi gak denger.Oh iya, gue punya lagu buat lo Tam," ucap Gava sambil tersenyum devil.

"Lagu apaan?" kepo Kai.

Sari roti
Roti campur es krim
Telolet...
Tama anak yatim...

"Bajingan lo Gav!" umpat Tama yang malah dihadiahi cengiran oleh Gava.

"Gue juga punya buat lo," kini giliran Rayanza.

"Mana?" tantang Gava.

Sari roti
Roti campur kalkun
Telolet...
Gava anake dukon...

"Monyet lo Ray, gue bales ya...Tak ade ibu, tak ade surga, botak lah..." ejek Gava yang langsung dikejar-kejar oleh Rayanza mengelilingi ruangan itu.

Kai dan Tama melihatnya malah tertawa bahagia saat Gava berhasil ditangkap dan diketeki oleh Rayanza.

"Bajingan lo Ray, ketek lo bau kolo..."





Jangan lupa vote dan komen yaa!
Sorry kalo part ini gak jelas. Harap dimaklumi
Karena gue ngantuk hehe...

Reigava (Tersedia Dalam Bentuk Pdf) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang