Sekolah Lagi

5.8K 456 29
                                    

Hari ini akhirnya Gava bisa kembali sekolah. Namun bukan sekolah ditempatnya dulu tapi sekolah di tempat baru bersama dengan Gama dan Gavin. Sebenarnya Gava tidak mau sekolah dengan kedua abangnya itu. Tapi bagaimana lagi jika tidak pindah sekolah mana Gava sama sekali tidak boleh sekolah umum lagi.

Ini semua terpaksa!

"Kenapa mukamu murung sekali, ini masih pagi!" tegur Gama pada adik bungsunya yang nampak tidak bersemangat.

Sedangkan Gava malas untuk menanggapi abang ketiganya itu. Seharusnya tanpa bertanya Gama tau penyebab Gava memasang wajah murung seperti ini.

Akhirnya Gava dibawa ke ruang kepala sekolah untuk menanyakan dimana kelas Gava. Tuhan sedang memberkati Gava karena ternyata Gava tidak sekelas dengan Gavin. Gavin berada dikelas 11 A sedangkan Gava berada dikelas 11 B.

"Nanti istirahat, tungguin abang! Jangan kemana-mana ataupun berniat kabur dari kami berdua. Karena sekolah ini milik keluarga Georland!" peringat Gama pada Gava yang masih berdiri didepan kelasnya.

"Ihhh, siapa juga yang mau kabur. Orang cuma mau ngerokok dikit!" ucap Gava yang sudah sangat malas mendengar peringatan dari abangnya.

Gavin menyentil dahi Gava membuat Gava meringis sakit,"Jangan nakal Bayi!"

"Bukan bayi..." rengek Gava yang kesal bukan main saat semua mata menatap kearahnya. Disini banyak yang tertawa juga saat Gavin menyebutnya dengan kata 'Bayi' rasanya Gava ingin menghilang dari bumi sekarang juga.

Gavin hanya tersenyum kecil dengan Gama yang mengacak lembut rambut Gava. Setelah itu keduanya bergantian mencium pipi Gava. Membuat mata bulat Gava melebar sempurna. Demi sempaknya kuntilanak Gava malu! Hancur sudah harga diri Gava dimata para murid yang lain.

Gava segera berlari masuk kedalam dan duduk dibangku pojok, bangku yang sebelumnya sudah diberitahukan salah satu teman kelasnya jika bangku itu kosong.

"Gue gak nyangka, kedua kutup es bakalan selembut dan sesayang itu sama saudaranya," ucap salah satu siswi kelas Gava.

"Selama ini mereka berdua terkenal dengan wajah datar dan sangat sulit untuk didekati. Tapi sekarang gue bisa liat sisi lain mereka yang lembut. Sumpah gue mau banget punya abang kaya Ka Gama sama Gavin," sahut salah satu temannya.

Gava yang mendengar itu hanya bisa pasrah saat dirinya menjadi bahan ghibahan orang lain. Gava lebih memilih untuk tidur diatas meja. Sekarang tidak ada lagi tawa renyah ataupun umpatan kasih sayang dari ketiga sahabatnya.

Gava jadi rindu tiga anak setan.

Akhirnya setelah melalui pembelajaran yang sangat memuakkan. Akhirnya Gava bisa bernafas lega saat bel istirahat berbunyi. Dengan segera Gava keluar dari kelasnya karena ingin kabur dari pada abangnya.

"Ai kon-" umpatan Gava terputus saat Gama yang sendiri tadi menunggu Gava didepan kelasnya kini menatap tajam kearah Gava.

"Kon apa?" tanya Gama pada Gama.

Otak Gava nampak berfikir, "Kon,kon... konci motor," jawabnya.

Padahal bukan konci motor yang ingin Gava ucapan. Melaikan sebuah kata umpatan kelamin miliknya sendiri. Namun Gava urungkan untuk mengumpat karena Gava masih sayang dengan nyawanya.

Gavin yang baru saja keluar dari kelasnya segera menghampiri kedua saudaranya. Menggandeng tangan Gava dengan lembut dan menuntun Gava menuju kearah kantin yang tentunya Gava pasti belum tau.

Akhirnya Gama mengikuti langkah kedua adiknya yang kini sudah duduk di salah satu meja kantin. Disana ada teman Gama Seno dan teman Gavin Lukai dan Gravo. Sengaja mereka datang lebih dulu karena mencari bangku serta memesan makanan agar tidak terlalu mengantri.

"Hallo Gava." Seno melambaikan tangan kearah Gava. Dan Gava hanya membalas melirik nya dengan sinis.

"Au... kenapa kamu menatapku sinis Gava?" tanya Seno yang tak terima dengan respon Gava.

"Soalnya Abang jelek, pendek, item, rambutnya kaya Vadel terus idup lagi!" kulit Gava yang tidak sesuai dengan kenyataan. Padahal Seno itu putih, tinggi, dan tampan. Sangat jauh dengan apa yang dikatakan oleh Gava.

"Ini yupinya..." Lukai yang sudah tau jika adik sahabatnya ini menyukai yupi. Memberikan yupi rasa sapi kepada Gava yang diterima baik oleh Gava.

Sebelumnya Gavin sudah memberitahu kepada Lukai dan Gravo jika adik kembarnya Gava akan bersekolah disini. Alhasil Lukai segera menyetok yupi untuk dibawa sekolah. Berharap Gava menyukainya dan menganggapnya abang hanya dengan disogok dengan yupi.

Kedua bola mata Gava langsung bersinar saat satu bungkus kehidupannya berada didepan matanya. Segera Gava mengambilnya dan tak lupa Gava juga mengucapkan terimakasih kepada Lukai. Membuat Lukai tersenyum simpul.

"Terimakasih..." ucap Gava.

Pandangan itu tak luput dari penglihatan para siswa dan siswi yang memenuhi kantin. Mereka heran dengan kelakuan Lukai serta Seno yang terlihat akrab dengan murid baru yang diketahui adalah saudara kembar dari Gavin.

Akhirnya makanan pesanan mereka datang. Sebelumnya mereka sudah memesan terlebih dulu dan kini sudah diantarkan oleh salah satu pelayan.

"Makan dulu!" Gavin mengelus pelan rambut Gava yang lembut. Sedangkan Gava mengangguk, mengambil semangkuk bakso didepannya dengan jus Alpukat kesukaannya. Bahagianya saat orang lain tau apa yang menjadi kesenangan Gava.

"Mau disuapin," tanya Gama yang juga berada disebelah Gava.

"Gak ah, orang Gava udah gede! Masa mau disuapin," tolak Gava.

"Orang udah gede ko masih main sama ikan dikolam renang," sindir Seno pada Gava. Membuat Gava melotot tak terima.

"Udah gede masih makan yupi mana kalo gak bentuknya sapi sama mangga gak mau lagi. Itu yang dibilang udah gede?" Kini giliran Gravo yang menyahut.

"Heh! Asal anda tau ya. Kelakuan itu bukan tolak ukur seseorang dikatakan dewasa," sungut Gava tak terima dirinya dihina seperti ini.

"Ya kalau udah gede itu mainnya balapan, tawuran atau paling gak ngerokok. Itu baru anak gede," ceplos Gravo yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Lukai, Gavin, Seno dan Gama. Seketika Gravo sadar dengan kesalahannya yang mengajarkan sesuatu tidak benar kepada anak kecil seperti Gava yang polos dan tidak tau apa-apa.

"Gravo!" tekan Lukai. Seketika nyali Gravo menciut dibuatnya.

"Ngerokok itu apa Bang? Terus tawuran itu juga apa?" tanya Gava dengan wajah polos.

"Udah gak usah sok polos atau pura-pura gak tau. Sekarang abisin makanannya!" tegur Gama pada Gava yang menyengir kuda.

"Gravo bodoh! Lo ngeracunin otak Gava yang polos!" maki Seno pada Gravo.

Yang mau beli pdf cet aku langsung WA 083173154703

Untuk tanya harga bisa langsung ke aku lewat cet ya. Nanti juga aku masukin Gc Reigava

Ini bab terakhir yang aku up disini

Reigava (Tersedia Dalam Bentuk Pdf) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang