Happy Reading
Reigava
"Jadi ngapain lo malem-malem kesini?" tanya Kai pada Gava yang terduduk lesu disamping Tama.
"Gue mau nyerah aja lah, gue mau ngaku aja. Kalo sebenarnya gue bukan Gava." Gava menatap Tama dengan wajah lesu.
"Kenapa?" tanya Kai penasaran.
"Cape gue jadi Gava. Enakan jadi Mahen, bisa bebas. Bisa ngelakuin apa aja yang gue mau. Jadi Gava tertekan banget, sumpah," jawab Gava mengeluh.
"Jalanin dulu sampe lo bosen Gav, jangan gampang menyerah. Kalo semisal,sekarang lo ngungkapin identitas lo yang sebenarnya, gimana caranya nanti lo bongkar kebusukan Gama yang udah buat lo mati," saran Rayanza.
Gava nampak berfikir sejenak. Ada benarnya dengan ucapan Rayanza. Jika Gava menyerah sekarang, maka rencana Gava untuk membongkar kebusukan Gama pasti akan sulit.
Dan lagi, jika Gava mengakui jika sebenarnya yang menempati tubuh Gava sekarang adalah Mahen. Memangnya mereka percaya?
Sudah pasti tidak? bukan.
"Yaudahlah, gak jadi. Tapi nanti kalo gue bener-bener udah muak. Gue bakalan minggat (pergi) dari itu rumah," final Gava. Dan ketiga sahabat Gava hanya bisa mendukung keputusan Gava. Dan terus memberikan semangat.
"Yoklah, mending kita balapan aja gimana? Biar lo bisa lupa sama masalah lo." Kai memberikan saran yang langsung merubah wajah murung Gava menjadi tersenyum lebar.
Sangking lebarnya, sudut bibir Gava hampir menyatu di kedua telinga.
"Tapi gue laper," keluh Gava. Gava ingat jika terakhir Gava makan adalah saat pagi. Dan sampai malam ini, perut Gava sama sekali belum diisi oleh apapun, termasuk air putih.
"Gue punya roti." Kai langsung berlari kearah belakang. Dan kembali dengan membawa satu bungkus roti, lalu diberikan pada Gava.
"Kita liat dulu, tanggal kadaluarsanya." Gava mencari tanggal yang tertulis dibungkus plastik.
"Anjir, inimah expired hari ini coy. Ini jam berapa?" tanya Gava pada ketiga anak setan.
Dengan cepat Rayanza melihat layar ponsel, "Lima menit lagi, jam dua belas malam Gav."
"Bajigur,berarti lima menit lagi rotinya kadaluwarsa njing." Dengan cepat Gava memakan roti itu dengan satu suapan. Hingga pipi gembul nya semakin bertambah gembul.
"Cepetan telen Gav, satu menit lagi ini ,rotinya kadaluwarsa loh," ujar Tama sambil menutup mulut Gava yang kesulitan mengunyah, agar makanan Gava tidak keluar dari mulut.
Sedangkan Gava, rasanya ingin menangis saat mulut penuhnya kesulitan mengunyah dan menelan. Berbeda dengan Rayanza dan Kai yang tampak girang dengan penderitaan yang Gava alami.
"Moga keselek, amin!" Doa Kai yang malah dihadiahi lemparan bantal dari Gava yang baru selesai mengunyah.
"Untung lo udah selesai ngunyah Gav, sekarang udah jam dua belas malam pas, telat satu menit aja. Roti yang lo makan itu udah kadaluwarsa Gav, Gav," ucap Tama memberitahu.
"Gue ngerasa kaya ada yang salah lo," ujar Gava.
"Disini gak ada yang salah, otak lo aja yang salah," sahut Rayanza.
"Udahlah... kita langsung karena balapan aja, disini mulu bosen," ucap Kai. Dan langsung saja mereka berangkat menuju arena balap.
Saat sudah sampai di arena balapan liar atau balapan motor ilegal yang biasa diikuti Gava saat menjadi Mahen dulu. Mereka berempat segera mendaftarkan Gava, untuk bertanding. Dengan taruhan uang sepuluh juta rupiah.
Jangan bertanya darimana Gava punya uang itu. Jelas pasti dari rekening Rayanza lah. Kan Rayanza kaya, jadi sabilah kalau diplorotin.
Gava saat menjadi Mahen dulu juga kaya, tapi sekarang kismin. Soalnya keluarga Gava pelit, minta uang malah dikasi nya kapal pesiar.
Dikira kapal pesiar bisa buat beli yupi kali?
Kai menepuk pundak Gava pelan," Lo gak kapok apa Gav? dulukan lo mati gara-gara balapan motor."
Gava menggeleng dengan bibir bawah maju kedepan. "Dih, mati doang ko kapok."
"Mati lagi, terus gak balik lagi kedunia. Gue mampus-mampusin lo!" sahut Rayanza dengan mulut pedas.
"Sumpah Ray, jangan ngomong sama gue! Lo tau gak. Setiap ucapan yang keluar dari mulut lo itu adalah maut buat gue. Jadi lo mending diem," ujar Gava dan mau tidak mau Rayanza memilih diam.
Kata orang lain, ipar adalah maut. Tapi menurut Gava, mulut Rayanza adalah maut yang sesungguhnya!
Akhirnya pertandingan dimulai, pada awal putaran Gava masih aman dan masih santai seperti balapan biasa. Namun di putaran kedua Gava sedikit merasa hilang kendali saat berada ditikungan dengan posisi Gava yang diapit dari kedua sisi oleh lawan.
Posisi Gava saat ini menginginkan Gava saat kejadian kematian Gava dulu.Karena sedikit mirip dengan yang Gava alami sekarang.
"Bajingan! gue gak boleh hilang kendali. Wahai para anggota setan, tolong bantulah Gava sang alumni setan gak jadi ini. Tolong berikan dorongan kemenangan, janji nanti gue kasih kembang kantil deh," gumam Gava dari balik helm.
Saat kedua pembalap lain ingin menendang motor Gava. Dengan lihai Gava melajukan motor dengan kecepatan penuh. Membuat kedua pembalap itu saling menendang dan terjatuh dengan tragis.
Akhirnya pertandingan dimenangkan oleh Gava. Dan Gava mendapatkan taruhan yang cukup lumayan untuk menyetok yupi satu bulan. Ingatkan, jika keluarga Gava menghukum Gava untuk tidak makan yupi selama satu bulan. Oleh karena itu, lebih baik Gava membeli sendiri.
"Cie...menang," goda Tama sambil menyenggol pundak Gava.
Gava balas merespon dengan tersenyum, sambil tebar pesona kearah para wanita disana. "Gue tau, kalau gue ganteng."
Dengan kesal Tama menonyor kepala Gava,"Gaya lo Gav!"
"Kalau menurut gue, lebih keimut sih," ucap Rayanza memberikan pendapat.
"Nah, bener tuh," setuju Kai. Yang langsung membuat Gava bad mood seketika.
"Emang manusia bangsat lo pada!" kesal Gava. Yang sebenarnya setuju dengan ucapan Rayanza. Karena wajah Gava memang imut, persis pantat babi.
Bugh...
Seperkian detik kemudian wajah Gava langsung tertoleh kesamping. Saat mendapatkan pukulan keras dipipi. Rasa perih sekaligus panas menjalar kearea pipi Gava.
"Bajingan! Maksud lo apa nonjok gue hah," sulut Gava yang emosi. Ketiga sahabat Gava tak kalah emosi dengan suasana yang semakin memanas.
"Lo mainnya curang!" ucap seorang pemuda yang Gava ingat, jika pemuda itu salah satu orang yang ingin bermain licik di arena balap tadi.
"Mikir anjing! Lo sendiri yang curang. Otak lo udah bermasalah apa gimana, sampe lupa sama apa yang lo perbuatan sendiri. Harusnya disini, gue yang marah ya, njing," sungut Gava dengan amarah yang tidak lagi bisa ditahan.
"Lo curang karena menang, harusnya lo itu kalah!" ucap pemuda itu.
Gava meludah kesamping saat merasakan rasa anyir yang berasal dari sudut bibir Gava yang terluka.
"GILA!" maki Gava.
"Bukan gila lagi, mereka emang gak waras!" sahut Rayanza.
Gava menyenggol lengan Rayanza, hingga Rayanza menoleh."Gila sama gak waras, sama aja Bego!"
"Oh," ucap Rayanza.
Akhirnya perkelahian tidak dapat terelakkan. Mereka terus memukul satu sama lain, hingga suara seseorang menghentikan aksi perkelahian mereka.
"BERHENTI!"
"Bayi kecil nakal!" ujar seseorang dengan nada dingin.
Gava yang paham dengan suara itu, segera menoleh kebelakang, "Plis... gue gak mau mati dua kali!"
"Lontong...eh,tolong!"
Bantu vote plus komen ya..
Semoga yg bantu, rezekinya dilancarkan
Amin...
KAMU SEDANG MEMBACA
Reigava (Tersedia Dalam Bentuk Pdf)
Teen FictionDIJUAL DALAM BENTUK PDF Transmigrasi dari novel Rayanza. "Lo siapa?" "Adek lupa sama abang?" "Dih, manggil adek, sksd banget lo!" Mahen tidak menyangka jika dirinya terbangun diatas closed dan masih dalam keadaan buang air besar. Dirinya syok saat...