Happy Reading
Reigava
Setelah menempuh perjalanan beberapa menit, akhirnya Gava beserta ke-tiga sahabatnya sampai di sebuah ruko dengan benner bertuliskan 'TOKO KAJI BOM' tapi ada yang aneh disini. Membuat keempat sahabat itu menoleh dengan wajah penuh tanya.
"Tadi, kita nanya warung kan sama itu bocah?" tanya Gava memastikan jika tadi Gava menayangkan dimana warung berada.
"Ho'oh, kita nanya warung tadi ko. Gue aja masih inget," sahut Kai yang menjawab pertanyaannya dari Gava.
Tama menggaruk dagunya yang gatal,"Lah, kita nanya warung kenapa yang dikasih tau ruko bangunan. Kan asyu emang tu bocil."
"Coba kita tanya aja kali ya, siapa tau bukan warung ini yang dimaksud tuh bocil. Mungkin ada warung Kaji Bom yang lain mungkin," usul Kai yang tidak ingin salah sangka terlebih dahulu.
"Yaudah, Gav coba sono lo yang tanya!" perintah Rayanza pada Gava dengan seenaknya. Dan Gava hanya mendengus, sambil menendang kerikil yang ada didepan nya.
Dengan perasaan kesal Gava menghampiri salah satu pegawai yang tengah mengangkat karung semen. Dan langsung saja Gava menanyakan perihal ruko ini. "Pak, sebelumnya maaf mengganggu Pak! Saya cuma mau nanya. Apa benar ini warung Kaji Bom, Pak. Ko saya gak liat ada yang jualan minum ataupun snack ya disini?"
Bukannya menjawab, justru bapak tadi malah tertawa terbahak-bahak. Hal itu berhasil membuat Gava bingung. Emang ada yang salah dari pertanyaan Gava barusan?
"Maaf Pak, ko Bapak malah ketawa sih, saya gak lagi ngelawak lo. Muka saya aja kaya orang bener, dimana lucunya?" Cukup kesal saat Gava ditertawakan seperti ini. Padahal dirinya bertanya serius malah dikira lagi ngelawak. Kan kurang ajar.
"Maaf, Mas... mukanya sih emang udah bener, yang salah cuma pertanyaannya aja. Disini mah gak ada ceritanya Kaji Bom jualan minuman, orang di mana-mana kalo Kaji Bom ya jualannya material rumah Mas, kalo mau itu ada jualan air didalam," jelas bapak pegawai.
"Air apa Pak?" tanya Gava serius.
"Air aki hehe... " jawab tukang itu seadanya.
Wajah Gava yang serius langsung berubah datar. Sumpah demi upil yang Gava oleskan ditembok. Gava sudah lelah fisik maupun batin sekarang. Kenapa mendapatkan air saja sesulit mendapatkan cintanya dari dia, auuuu.
Dengan kesal Gava pergi tanpa pamit menghampiri ketiga sahabat setannya yang tengah tertawa diatas penderitaan Gava. Kenapa ya, Tuhan begitu menguji mental Gava.
"Ngapain lo ketawa?" sungut Gava pada ke-tiga sahabat setannya.
"Gak papa," jawab Tama cepat. Sedangkan Rayanza dan Kai langsung merubah wajahnya datar dan menggeleng cepat.
"Udah ayok pergi, udah haus, kena tipu, kaki gue pegel, emang danc*k itu bocah." Habis sudah kesabaran Gava saat ini. Jika tau akan terjadi seperti ini. Gava tidak akan kabur dan bermain bersama ketiga sahabatnya tadi. Mending juga dirumah, walaupun jenuh, setidaknya ada yupi yang selalu bisa membuat moodnya menjadi bagus.
Akhirnya mereka berjalan kembali mencari warung terdekat. Sampai akhirnya mereka berempat melihat sebuah bar yang entah kenapa bisa di bangung ditempat yang tidak terlalu ramai .Bar itu tidak terlalu mewah dan tidak cukup ramai. Namun tempatnya lumayan bersih lah.
"Noh ada Bar, apa kita minum tuak aja ya, disana? Kitakan posisinya lagi kepepet, jadi gak papalah minum tuak," cetus Gava sambil memandangi bar didepannya. Alhasil Gava mendapatkan gaplokan sayang dari Kai disebelahnya.
"Mata lo tuak, di bar ko jual tuak, lo kira ini tukang eceran tuak ha? Di bar ya jualnya bir lah, bodoh!" tukas Kai, kesal dia, karena mempunyai teman bodoh seperti Gava.
"Masuk aja yok, siapa tau disini jualan air putih. Haus banget gue." Tama mengelus lehernya yang terasa kering didalam. Berjalan terlalu lama dibawah terik matahari, membuatnya kehausan.
"Anjing lo pada, gue gak mau ah. Udah kapok, dulu main ke Bar, terus ketahuan. Pulangnya langsung dihukum, gak lagi-lagi ah." Rayanza masih sangat ingat sekali. Dulu Rayanza beserta ketiga sahabatnya pernah mencoba masuk bar. Dan berakhir ketahuan oleh para abang dan daddynya. Rayanza mendapatkan hukuman saat itu. Sedangkan ketiga sahabatnya tidak. Sekarang Rayanza tidak sudi mengulangi masa pahit itu.
"Nanti kalo gue masuk bar, cuman perkara mau beli air putih. Abis itu ketahuan sama abang gue, terus dihukum. Konyol banget hidup gue yak?" Pikir Gava yang sudah menerawang sampai jauh.
"Yaa...kasian, gue dong. Gak bakalan ada yang ngehukum," sindir Tama. Dan dihadiahi tendangan di bokongnya.
"Gaya lo Tam, nanti emak lo nikah lagi. Terus lo punya saudara tiri banyak, posesif pula. Gue mampus-manpusin lo Tam," kesal Gava dan berakhir mulutnya asal ngejeplak saja.
"Amin-amit ya Tuhan, jangan sampai. Sudah cukup yatim saja cobaannya. Jangan ditambah," Doa Tama.
"Udahlah mendingan kita ganti baju,sama celana kita. Biar bisa masuk Bar, udah haus banget gue," ucap Kai menengahi.
"Ih anjir! Gue sih pake baju daleman kaos. Tapikan gak bawa celana. Masa iya, gue pake bokser gambar Marsya, mana muka Marsya persis bocil santet lagi." Oke, saat ini Gava baru sadar jika dirinya sama sekali tidak membawa baju ganti. Sedangkan ketiga sahabatnya sudah berganti pakai disebelah gedung tak jauh dari bar.
"Udah gak papa pake bokser aja, daripada lo pake baju sekolah. Nanti gak boleh masuk. Udah cepetan ganti, nanti keburu mati karena haus kita," sahut Rayanza tanpa beban.
Dengan hati tidak ikhlas akhirnya Gava berganti baju. Dengan kaos hitam dalaman baju seragamnya tadi, dan dipadukan dengan celana bokser Marsya seatas lutut.
Akhirnya mereka bisa masuk, dan segera memesan minuman,air putih tentunya dengan beberapa roti cake untuk mengganjal perut mereka.
"Anjir, baru kali ini ya, ada orang ke bar pake bokser," ledek Tama pada Gava yang sudah berwajah suram sejak tadi.
Bagaimana tidak suram. Sejak tadi banyak sekali pengunjung yang melihat kearah celana Gava. Mereka terus saja memandang wajah bocil Gava. Banyak laki-laki yang memandang haus kearah Gava. Membuat Gava kesal, dan ingin sekali mencongkel mata mereka. Dipikir Gava gay apa!
Saat mereka tengah asik menikmati makanan mereka. Tiba-tiba saja Gava menangkap sosok yang Gava kenali. Mata Gava melotot saat matanya bertemu dengan orang itu. Gava yang panik, menyuruh ketiga sahabatnya untuk bersembunyi dibawah meja.
"Kenapa sih Gav?" tanya Rayanza yang masih kebingungan karena disuruh bersembunyi dibawah meja.
"Kalo, abis ini gue mati lagi. Tolong ya, kirimin gue yupi lewat doa," jawab Gava ngawur.
Sampai akhirnya Gava melihat sepasang sepatu pantopel yang sudah berada di depannya. Sumpah Demi apapun jantung Gava sudah berdebar kencang. Rasanya ingin melompat keluar dari tubuhnya sekarang juga.
"Reigava Arzenara Georland!" panggil orang itu penuh penekanan.
Bismillah aku kembali
Jangan lupa vote plus komen ya cantik, ganteng
KAMU SEDANG MEMBACA
Reigava (Tersedia Dalam Bentuk Pdf)
Ficção AdolescenteDIJUAL DALAM BENTUK PDF Transmigrasi dari novel Rayanza. "Lo siapa?" "Adek lupa sama abang?" "Dih, manggil adek, sksd banget lo!" Mahen tidak menyangka jika dirinya terbangun diatas closed dan masih dalam keadaan buang air besar. Dirinya syok saat...