Demam

7.3K 662 63
                                    

Happy Reading








Reigava




Pagi ini suhu tubuh Gava sudah menurun, namun tetap saja badan Gava masih hangat. Membuat Rasen tak tega dan dengan telaten membantu Gava untuk mandi. Setelah selesai mandi, Gava digendong Rasen dan dibawa ke ruang makan, karena sarapan pagi akan segera dimulai.

Saat sampai diruang makan, ternyata disana sudah ada sang bunda yang tengah membantu Rano dan papanya, Gilga untuk menyiapkan sarapan mereka.

"Adek masih demam ya?" tanya sang bunda. Gava mengangguk pelan dengan wajah lesu.

Sebenarnya hanya demam seperti ini, Gava sudah biasa. Bahkan jika demam dulu Gava atau lebih tepatnya Mahen selalu menganggap sepele, dan akan sembuh jika Mahen bawa bermain. Toh dulu jika Mahen sakit, tidak ada yang peduli karena kedua orang tuanya sibuk dengan urusan perusahaan.

Tapi sekarang berbeda, saat sakit banyak yang peduli padanya, dan selalu memanjakannya. Membuat Mahen senang, dan berakhir bersikap manja seperti ini. Kapan lagi kan bisa mendapatkan keluarga cemara seperti ini.

Dengan pelan Rasen duduk dikursi makannya, Dengan Gava yang duduk di pangkuannya. Perlakuan lembut anak tirinya pada anak bungsunya,membuat Sania merasa senang.

"Abang, adeknya biar bunda aja yang suapin. Biar Abang makanya gak kesusahan, taro aja adeknya di samping bunda," tutur Sania lembut.

"Biarkan saja, aku sama sekali tidak merasa kesusahan," ucap Rasen.

"Bang, Abang kan sama adeknya udah lama, dari tadi malem. Sekarang gantian Rano yang nyuapin adek ya Bang, gantian!" Rano merasa iri saat abangnya Rasen terus saja bersama dengan Gava. Ranokan juga mau menjaga adik bungsunya itu.

"Jangan mimpi!" tukas Rasen. Memandang tajam Rano yang duduk disampingnya.

Saat Rano ingin protes Gilga sang papa segera melerai, "Jika kalian berdebat terus menerus. Kapan kita akan memulai makan. Kasian adik kalian, nanti jika terlambat makan, bisa membuatnya demam tinggi kembali," ucapnya.

Akhirnya mereka makan dengan tenang. Dengan telaten Rasen menyuapi Gava dengan sup hangat, tak lupa Rasen juga menyuapi dirinya sendiri dengan makanan yang berbeda. Setelah selesai menyuapi Gava, Rasen juga memberikan Gava obat penurun panas.

"Jangan demam lagi, nanti abang belikan yupi yang banyak,ok!" Rasen membersihkan sudut bibir Gava yang terdapat bekas air,saat Gava minum tadi,dengan ibu jarinya tanpa merasa jijik sedikitpun.

"Janji ya, rasa mangga sama yang bentuknya sapi. Kalo salah, gak mau makan, terus ngambek dedeknya," ucap Gava dengan bernada manja. Dan dibalas senyuman kecil oleh Rasen.

"Papa dan abangmu pergi bekerja dulu, cepat sembuh sayang..." Gilga mengelus pelan rambut Gava dan Gava hanya memandang Gilga dengan wajah polosnya tanpa mengucapkan apapun selain mengangguk pelan.

Setelah itu Gilga dan Rasen pergi.Untuk Rano, sudah pergi terlebih dahulu,karena ada urusan di kampusnya.

Kepergian mereka meninggalkan sang bunda dengan Gava yang tengah terdiam sambil menonton Marsya And The Bear. Kartun penyesat kaum bocil.

Kalau Gava tidak akan pernah tersesat hanya karena menonton Marsya. Karena kesesatan Marsya masih jauh dibawah kesesatan Gava.

Reigava (Tersedia Dalam Bentuk Pdf) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang