Happy Reading
Reigava
"Jadi, bisa jelaskan sama ayah, dan para abangmu. Kenapa Adek bisa manggil wanita LC kesekolah?" tanya sang ayah pada Gava yang berdiri diantara keempat abang dan ayahnya yang duduk disofa.
Tangan Gava menggaruk pipi tembamnya yang tidak gatal. Bingung juga, Gava harus menjawab apa sekarang. Karena pada saat memanggil wanita kurang belain itu, Gava tidak banyak berfikir. Tiba-tiba tercetus ide gila itu di otaknya.
"Kan, adek dipanggil guru BK kan Yah... terus disuruh manggil orang tuanya buat kesekolah. Nah, kalo nanti adek manggil Ayah atau abang. Pasti nanti dimarahin, jadi adek manggil LC, Yah. Lumayan loh Yah, tadi nyewa LC nya lagi diskon," jawab Gava yang sedikit ngaco.
"Diskon?" tanya Alex,abang kedua Gava. Yang menatap tak percaya kearah Gava yang kini tanpak girang dengan pertanyaan yang Alex berikan.
"Iya diskon tau Bang, biasanya seratus ribu per jam. Tadi cuman lima puluh rebu doang. Murahan banget ya Bang," jawab Gava.
"Lupakan LC gila itu. Sekarang, Abang tanya. Kenapa kamu bisa masuk ke ruang BK?" Kini giliran Gama abang ketiga Gava yang bertanya.
"OSIS nya lebay banget tau Bang, masa cuman gara-gara adek manjat pohon mangga belakang sekolah. Adek langsung dilaporin guru BK, kan cepu banget. Udah kaya, Adek abis melakukan kejahatan besar aja," gerutu Gava yang menjawab pertanyaannya dari Gama. Jangan lupakan wajah Gava yang sekarang sudah berubah masam.
"Orang kamu yang salah!" sahut Lexsy cepat.
"Ih, ngarang! sok tau," ucap Gava tak terima.
"Ayah sudah tau yang sebenarnya Adek! Adek itu bolos kan pas pelajaran, makanya dipanggil. Orang tuanya. Udah sekarang kemasin barang-barang Adek!" perintah sang ayah membuat Gava bingung.
Kemasin barang adek? Ini ceritanya Gava mau diusir begitu!
"Ayah mau ngusir Adek?" tanya Gava dengan wajah sedih, dan ayahnya menjawab dengan anggukan.
"Hore...akhirnya gue bebas, bebas yesss...bisa tawuran lagi, bisa ngerokok, bisa balapan, bisa ngapain aja. Bebas hore.. makasih Ayah sama Abang. Selama ini udah nampung Gava, maaf ya kalo gue banyak salah. Semoga amal ibadah Ayah dan Abang diterima disisinya." Gava berjingkrak riang dengan kata-kata gila yang keluar dari mulutnya.
"Adek do'ain abang sama ayah mati?" tanya Alex dramatis.
"Iya-eh enggak." Gava segera menggeleng cepat.
"Jangankan merokok ataupun sekedar melakukan kenakalan kecil. Abang rasa, kamu masih bisa tidur dengan nyenyak itu sudah suatu hal yang sangat membahagiakan untuk mu nanti," ucap Lexsy. Tak lama datang seorang pelayan dengan sebuah tas ransel dan diberikan pada Gava yang ternngah tersenyum tidak jelas.
"Yaudah ya...gava berangkat dulu." Gava memakai tasnya dipunggung. Tersenyum cerah lalu membungkuk hormat kepada seluruh anggota keluarganya. Membalikkan badan dan bersiap pergi.
Namun baru selangkah kakinya melangkah. Gava berhenti karena adanya tarikan kuat. Yang ternyata tas Gava ditarik oleh Gavin.
Sebelum mendapatkan protes dari Gava. Gavin lebih dulu mrnggendong tubuh mungil adiknya ala koala. Diikuti oleh Gama di sampingnya.
"Loh, lepasin Bang. Adek mau pergi, adek kan udah diusir." Gava terus memberontak tapi semua usahanya sia-sia karena tenaga Gavin lebih kuat.
"Siapa yang akan mengusirmu. Kami hanya akan mengirimkan kesuatu tempat yang paling kamu benci. Agar kamu berubah, setelah itu akan kami abil kembali. Karena tidak akan mungkin keluarga Georland membuang permata nya yang sangat berharga." Gama tersenyum mengejek kearah Gava yang menatap tak percaya dengan ucapan Gama barusan.
Bukanya Gava sudah diusir ya...aiss,sudahlah, Gava harus segera mengubur dalam-dalam,impian Gava untuk menjadi mas-mas Jawa banyak tingkah.
Tapikan sekarang muka Gava tidak ada unsur Jawa-Jawanya. Malah menyermpet ke muka bocil kematian meresahkan.
Lexsy menatap kepergian ketiga adiknya. Ada rasa tak rela saat adik bungsunya harus pergi meninggalkan mansion. Tapi mau bagaimana lagi, Gava harus tetap pergi.
"Ayah, aku takut jika adikku diperlakukan buruk disana," keluh Lexsy.
Seburuk dan senakal apapun adik bungsunya sekarang. Gava tetaplah adik bungsu kesayangan Lexsy. Dan Lexsy akan terus menghawatirkan Gava. Karena Gava adalah bagian dari hidupnya.
"Kamu tidak perlu takut, karena ayah yakin. Gava yang sekarang pasti bisa mengatasi bundamu dan keluarga bundamu." Sang ayah pergi meninggalkan Lexsy dan Alex yang masih terdiam.
Tidak hanya Lexsy yang khawatir dengan Gava. Tapi Alex, ayahnya, Gama dan Gavin sama khawatirnya. Namun mereka bisa apa. Karena kepergian Gava sekarang bukanlah sepenuhnya keinginan mereka.
___***
Kini Gava, Gavin dan Gama sudah berdiri didepan mansion yang besarnya tak jauh dari mansion milik ayah mereka.
Gava menatap sejenak mansion itu, lalu menatap penuh tanya pada Gavin didepannya. Dengan posisi saling berhadapan karena Gava yang digendong depan ala koala oleh Gavin.
"Rumah siapa?" tanya Gava pada Gavin.
"Bunda," jawab Gavin dengan menatap lamar wajah Gava. Lalu tanpa aba-aba Gavin mencium kembarannya yang lucu dengan wajah bingungnya.
"Ko dicium?" kesal Gava, tangan Gava hendak mengelap bekas ciuman Gavin dipipi tembamnya. Namun segera dicegah oleh Gama. Karena kini giliran Gama yang menciumnya.
"Ihhh..." kesal Gava.
Gavin tidak menghiraukan Gava dan langsung melangkah untuk masuk kedalam mansion. Menuju ruang tengah. Untuk tata letak mansion Gavin dan Gama tau betul. Karena mereka berdua pernah ke sini, tapi tidak sering. Hanya beberapa kali saja, itupun saat menjemput Gava.
"Bunda..." panggil Gama pada wanita paruh baya yang tengah duduk santai sambil menikmati cemilan. Tidak sadar jika ada tamu yang datang.
"Gama, Gavin, Gava!" panggil wanita yang tak lain adalah bunda dari si kembar dan Gama.
"Siapa?" cicit Gava yang masih bisa di dengar oleh Gavin.
"Itu, bunda." Gavin menurunkan Gava dari gendongan ya. Lalu menggandeng tangan lembut kan kecil milik Gava dengan erat. Seakan-akan Gavin takut kehilangan Gava.
"Kalian mau mampir dulu?" tanya sang bunda yang menatap lembut pada Gama dan Gavin.
"Tidak!Kami akan langsung pergi. Kami titip Gava, tolong jaga Gava dengan baik." Gama berucap sopan. Dan dibalas senyuman lembut oleh sang bunda.
Setelah mengatakan itu Gama dan Gavin pamit undur diri. Sedangkan Gava ditemani oleh wanita yang mengaku bundanya itu menuju sebuah kamar. Gava di suruh untuk cuci kaki dan tangan,mengganti baju seragam sekolahnya dengan baju santai, lalu disuruh tidur. Kata bundanya, nanti saat makan malam Gava akan dipanggil.
Gava bukannya tidur, malah sibuk video call dengan ketiga sahabat titisan setannya. Untuk ponsel, Gava dapat dari saku sekolah nya. Yang kebetulan tidak ketahuan oleh ayah dan para abangnya.
Gava menelpon mereka untuk ber ghibah soal Gava yang dimarahi oleh ayah dan para abangnya. Gava juga menceritakan tentang orang tua Gava yang bercerai.
"Yah si Gava. Ganteng-ganteng anak brokenhome. Bapaknya dua, emaknya minggat, yaa hahaha..." ledek Tama tanpa beban.
"Ketimbang lo Tam, udah jelek, item anak yatim pula!" balas Rayanza yang membela Gava.
"Lah ketimbang lo Ray, ganteng-ganteng anak piatu, emaknya udah jadi ubi. Udah jadi pupuk tanah kuburan buat kembang kamboja," sahut Gava tak tau diri.
"Anak sialan lo Gav, dibelain malah ngehina. Gak tau diri lo!" kesal Rayanza bukan main.
Memang ya, manusia seperti Gava tidak patut untuk di bela, lebih baik ditindas!
"Gue yang cemara, diem aja!" ucap Kai santai.
"Ya.. songong! Besok yatim piatu lo!" ucap Tama, Gava dan Rayanza bersamaan.
Jangan lupa vote plus komen!
Plis butuh di vote gue!
KAMU SEDANG MEMBACA
Reigava (Tersedia Dalam Bentuk Pdf)
Fiksi RemajaDIJUAL DALAM BENTUK PDF Transmigrasi dari novel Rayanza. "Lo siapa?" "Adek lupa sama abang?" "Dih, manggil adek, sksd banget lo!" Mahen tidak menyangka jika dirinya terbangun diatas closed dan masih dalam keadaan buang air besar. Dirinya syok saat...