Happy Reading
Reigava
Dengan wajah ceria seorang pemuda masuk pada salah satu ruangan yang dulunya merupakan tempat yang setiap saat dituju nya.
"Hallo para anak setan yang durjanam..." sapa Gava dengan senyuman secerah matahari pagi.
Saat suara khas itu masuk ke telinga ketiga pemuda yang sedang asik mengobrol. Seketika mereka terdiam dan langsung menghadap kearah suara.
Mata ketiga pemuda yang tak lain adalah Kai, Tama dan Rayanza seketika membola saat melihat Gava didepan mereka.
"Anjir, Gav! ko lo bisa disini," tanya Rayanza yang masih bingung dengan keberadaan Gava dikelasnya.
Gava tersenyum sambil menepuk dadanya kuat, dengan gaya angkuh."Bisalah, Gava gitu loh."
"Najis!" maki Kai sambil melirik Gava sinis.
Gava tidak memeperdulikan Kai dan langsung duduk di bangkunya dulu saat dirinya menjadi Mahen. Bangku yang berada tepat disamping Rayanza.
"Gimana ceritanya lo bisa sekolah disini, bukanya lo gak boleh sekolah ya? kan keluarga lo semuanya pada posesif gila," tanya Tama yang sendari tadi hanya diam.
"Dih, punya keluarga ko prosesif amat, gak level a, a, au..." ejek Rayanza yang malah langsung mendapatkan jitakan kuat dari Gava di sampingnya.
"Nyadar setan! keluarga lo posesif juga ya su," sulut Gava kesal.
Kenapa sahabat satunya ini selalu tidak pernah sadar diri. Apakah Gava perlu membelikan Rayanza kaca yang sebesar dunia. Agar Rayanza bisa berkaca sebelum mencaci orang lain.
"Ya gak njitak kepala gue juga bego! gue aduin Ganta mampus lo," ancam Rayanza pada Gava.
"Ini kalo berantem terus, bakalan lanjut sampe taun depan, depannya lagi," lerai Kai yang diangguki setuju oleh Tama.
"Mending lo cerita aja sekarang, gimana caranya lo bisa diijinin sekolah?" lanjut Tama.
"Gue bisa sekolah karena usah lah, gak tau aja lo. Gimana susahnya gue bujuk keluarga gue buat sekolah," ucap Gava menceritakan usahanya agar bisa sekolah.
Setelah mendengar semua cerita dari Gava. Tama dan Kai serta Rayanza sedikit merasa kasihan dengan Mahen atau sekarang dipanggil Gava. Dilihat dari cerita Gava. Keluarga Gava jauh lebih posesif daripada keluarga Rayanza. Padahal menurut mereka keluarga Rayanza sudah terbilang sangat posesif terhadap Rayanza. Eh, malah keluarga Gava lebih posesif lagi.
Kasian sekali anak setan satu ini! pikir mereka bertiga.
"Syarat biar lo bisa sekolah apa, Gav?" tanya Tama penasaran. Pasalnya Gava hanya mengatakan jika Gava bisa sekolah karena harus memenuhi syarat dari saudara kembara Gava, yaitu Gavin. Tapi Gava tidak mengatakan kepada mereka bertiga, syarat apa yang telah dibuat oleh Gava dan abang kembarnya Gavin.
"Kepo lo, kaya anak onta," sewot Gava yang membuat Tama berdecak sebal.
"Mata lo soek, anak onta!" sinis Tama.
"Dahlah, yok bolos! rooftop," ajak Gava yang malah langsung disetujui oleh ketiga sahabatnya.
Masa bodo dengan Gava yang baru pertama kali sekolah. Tidak ada ceritanya Gava akan menjaga citranya sebagai murid baru. Karena yang terpenting sekarang adalah. Gava harus memenuhi kebutuhan mulutnya yang sudah terasa asam karena tidak pernah lagi mendapatkan asupan.
Setelah sampai di rooftop. Keempat manusia itu sedang menyesap benda nikotin ditangan mereka sambil mengobrol ringan.
"Gimana hubungan lo sama Gama, Gav?" tanya Kai penasaran.
"Ya gitulah, kaya kucing sama tikus. Gue gak pernah mau akur ama dia. Soalnya setiap liat muka Gama, bawaannya pengen nonjok mulu gue. Dendam banget gue sama dia. Kalau aja, Gama bukan saudara kandung Gava. Mungkin gue udah bales dendam saat pertama kali ketemu Gama," jawab Gava dengan ekspresi yang terlihat kesal.
"Lo mau bales dendam sama Gama?" tanya Rayanza.
"Iyalah setan! Gara-gara dia, gue jadi ubi dan pindah ke raga ini. Ya kali gue gak bales dendam. Gimanapun caranya gue bakal masukin dia ke penjara nantinya, buat tanggung jawab atas apa yang dia perbuat sama gue," jawab Gava.
"Kalo lo mau bales dendam, seharusnya lo deketin dia Gav. Karena dengan cara lo deketin Gama, lo bisa nyari bukti-bukti dengan mudah nantinya," ucap Rayanza memberikan saran.
Tama mengangguk setuju," Ada benernya sama apa yang Rayanza ucapin, Gav!"
Gava nampak berpikir sejenak. Ada benarnya juga apa yang dikatakan Rayanza. Jika Gava bisa dekat dengan Gama, maka mudah bagi Gava untuk mencari bukti nantinya. Sepertinya Gava harus menggunakan cara dari Rayanza.
Harus!
"Oke, gue bakalan ekting jadi adik yang baik buat Gama. Demi itil nyamuk, gue ikhlas!" seru Gava mantap.
Plak..
"Mata lo! itil nyamuk," maki Rayanza keras.
Akhirnya dipelajaran terakhir Gava masuk kedalam kelas. Gava sempat ditegur oleh guru yang sedang mengajar. Namun dengan pintarnya Rayanza, mengatakan jika penyakit ambien Gava sedang kambuh. Dan harus ditemani oleh Rayanza, Kai dan Tama dengan alasan Gava murid baru dan tidak kenal siapapun selain mereka bertiga.
Setelah bell berbunyi. Baru saja Gava keluar dari kelas, didepan kelas sudah berdiri Gavin dengan memakai seragam dari sekolah lain.
Yah, Gava dan Gavin memang berbeda sekolah.
"Ab, abang..." panggil Gava saat melihat Gavin. Dan Gavin hanya berdehem pelan.
Saat Gavin akan menarik tangan Gava. Dengan cepat Gava melepaskan tangan Gavin dari pergelangan tangan kecilnya.
"Kenapa?" tanya Gavin heran.
"Boleh gak, adek pulangnya nanti. Adek mau main dulu, boleh ya Bang," pinta Gava dengan hati-hati.
Sedangkan Rayanza sudah tertawa terbahak-bahak dibelakang Gava. "Adek, gak tuh. Masih anak Tk ya? udah gede masih manggil dirinya adek," sindir Rayanza.
Demi kolornya kunti, Gava sangat malu sekarang. Gava ingat betul, jika dulu Gava pernah meledek Rayanza habis-habisan karena Rayanza yang dipanggil dengan sebutan adek.
Dan sialnya sekarang itu semua berbalik pada Gava. Jujur saja, Gava merasa geli karena memanggil dirinya sendiri adik. Tapi bagaimana lagi. Itu adalah salah satu syarat dari Gavin. Jika Gava ingin sekolah. Gava harus memanggil dirinya sendiri dengan sebutan adik.
Bangsat sekali bukan?
"Diem lo!" sinis Gava pada Rayanza yang masih setia berdiri menonton dibelakang Gava.
"Ututututu... anak bayi lagi ngambek nich..." ledek Kai dan Tama serta Rayanza langsung tertawa lagi.
"Pulang!" perintah Gavin, dengan singkat, padat dan jelas.
"Gak mau! adek mau main bentar. Boleh ya," pinta Gava sekali lagi. Membuat Gavin yang tak sabar langsung menggendong Gava ala koala.
Gava yang diperlakukan seperti itu langsung memberontak dan berteriak histeris. Layaknya anak kecil yang akan dimaling. Dan dibawa pergi oleh sang penculik.
"Gak mau, gak mau digendong, malu..." rancau Gava sambil memberontak didalam gendongan Gavin.
Gava malu sekali sekarang. Jatuh sudah harga diri Gava didepan ketiga sahabatnya. Dan jatuh sudah harga diri Gava didepan anak-anak sekolahnya. Gava yakin, setelah ini Gava pasti akan dicap sebagai anak manja.
Dasar Gavin bajingan!
"Gue kasian, tapi gue suka, penderitaan Gava hahaha..." tawa psikopat dari seorang Rayanza.
Jangan lupa Vote and komen...
Yang sudah vote and komen semoga dilancarkan rejekinya aminTembus 300vote baru up.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reigava (Tersedia Dalam Bentuk Pdf)
Novela JuvenilDIJUAL DALAM BENTUK PDF Transmigrasi dari novel Rayanza. "Lo siapa?" "Adek lupa sama abang?" "Dih, manggil adek, sksd banget lo!" Mahen tidak menyangka jika dirinya terbangun diatas closed dan masih dalam keadaan buang air besar. Dirinya syok saat...