Pengakuan Gava

12.8K 1K 120
                                    

Happy Reading





Reigava



"Lo percaya gak, sama yang namanya transmigrasi?" tanya Gava pada ketiga manusia didepannya.

"Tergantung!" ucap Rayanza.

"Tergantung mati, bego!" sahut Tama.

"Gak gitu konsepnya, tolol!" sahut Kai menimpali.

Sedangkan Gava hanya mendesah pelan. Tidak heran dengan kelakuan ketiga sahabatnya yang tidak pernah berubah.

"Ais... dari dulu sampe sekarang, masih aja suka debat!" keluh Gava.

"Sorry,kalo gitu lanjut!" ucap Rayanza.

"Jadi , sebenarnya gue adalah Mahen. Sahabat kalian yang mati karena kecelakaan saat balapan motor ilegal dua bulan yang lalu. Entah percaya atau enggak, itu terserah kalian. Tapi kalo gak percaya juga, gu sunat lagi lo pada!" jelasnya sambil mengancam. Membuat mereka bertiga mendengus.

"Buktinya apa?" tanya Kai.

Bukan Kai tidak percaya tentang adanya sebuah transmigrasi didunia ini. Hanya saja, Kai ingin membuktikan ucapan Gava benar atau tidak, jika dulunya dia adalah jiwa Mahen yang tersesat di tubuh Gava.

"Kai, pernah mati suri. Udah mati, hidup lagi. Berasa kucing yang punya nyawa sembilan." Gava tersenyum sambil menaik turunkan sebelah alisnya.

"Tama, titisan setan. Yang sangat bangga jadi anak yatim!"

Reflek Tama menggeplak kepala Gava kencang. "Kata siapa gue bangga su!"

"Lah, kata lo. Waktu itu lo sama Rayanza, ngomong kalau kalian bangga jadi anak setan!" sulutnya kesal karena kepalanya terasa berdenyut.

"Ya gue waktu itu bilangnya,bangga jadi anak setan! bukan bangga bapak gue mati bego!" sulutnya tak kalah kesal.

"Sama aja, apa bedanya!" ucap Gava dengan wajah tengil. Membuat Tama ingin sekali menguleknya di leyeh.

"Taulah ngeselin lo ya! persis Mahen," kesal Tama. Tanpa sadar dirinya mulai melihat perilaku yang sama antara Gava dan Mahen.

"Emang gue Mahen!" ucap Gava cepat.

"Lo beneran Mahen?" tanya Rayanza tiba-tiba.

Gava mengangguk dan tanpa aba-aba ketiga sahabatnya langsung memeluknya erat. Sambil menumpahkan rasa kerinduan mereka yang selama ini mereka pendam. Keempatnya menangis sampai mereka benar-benar puas.

"Maafin gue, gue udah buat kalian sedih!" ucap Gava.

Kai menghapus jejak air matanya dan tersenyum sendu."Gak papa, intinya sekarang lo udah balik lagi. Selama ini Rayanza selalu nyalahin dirinya sendiri, tentang kematian lo."

Gava sedikit kaget, "Kenapa, gue kan mati karena kesalahan gue sendiri!"

"Lo gak lupa kan, waktu itu lo gantiin Rayanza balapan sama Gama. Supaya Rayanza fokus sama latihannya, karena sebentar lagi tandingan nasional. Dan akibatnya lo malah mati karena kecurangan dari Gama!"

"Gue inget! dan asal kalian tau. Sebenarnya waktu itu gue mimpi Rayanza mati karena kecelakaan, setelah brantem hebat sama keluarganya. Tapi gak taunya gue yang mati beneran!"

"Karena amal kebaikan lo kecil, makanya mati duluan!" cetus Rayanza.

"Emang udah takdir bego!" sungut Gava jengkel.

Emang dikira orang mati duluan karena banyak dosanya. Enggak ege! noh rata-rata orang yang mati duluan kebanyakan malah orang baik.

"Btw, mulai sekarang panggil gue Gava aja ya!" lanjut Gava.

"Kenapa?" tanya Rayanza yang sejak tadi masih terus menangis.

Gava mendesah berat."Karena raga yang gue tempat ini sekarang, namanya Gava. Dan berhubungan namanya bagus, jadi gue mau kalian panggil Gava aja. Gak sudi lagi gue dipanggil Mahen, berasa jadi temennya duba-duba!"

"Kenapa lo bisa nempatin tubuh bocil ini!" tanya Tama penasaran.

"Gue juga gak tau, intinya ini Gava itu mati pas lagi berak. Karena ambienya kumat. Terus dia gak mau ngisi raganya lagi karena ingin hidup bebas. Dan gak dikekang sama keluarganya lagi! alhasil gue yang disuruh ngisi. Berhubung gue mau bales dendam sama orang yang udah buat gue meninggal. Dan gue juga mau wujutin cita-cita gila gue. Akhirnya gue setuju deh!" jelas Gava.

"Sekalian bebas langsung gentayangan anying!" sahut Kai.

"Gak elite banget matinya. Berarti sekarang lo punya penyakit ambien Gav?" tanya Rayanza yang langsung mendapatkan anggukan dari Gava.

"Mampus! syukurin, siapa suruh dulu lo ijinin gue ambien. Pas gue kabur balapan. Sekarang kena karma kan lo hahaha..." Rayanza tertawa puas diatas penderitaan Gava. Begitupun dengan Kai dan Tama yang ikut tertawa. Membuat Gava merasa terzholimi sekarang.

"Dahlan pundung gue," ngambeknya dan membuang muka dari arah ketiga sahabat laknatnya.

"Dih ngambekan kaya gue," ucap Rayanza.

"Dih, najis!" celetuk Gava.

Diam-diam Rayanza tersenyum bahagia. Sangat bahagia. Karena selama dua bulan ini Rayanza selalu mengurung dirinya sendiri. Karena merasa bersalah akan kematian Mahen. Bahkan Rayanza sempat depresi karena terlalu stres. Alhasil seluruh keluarganya berusa keras untuk mengobati Rayanza sampai keluar negri. Dan belum lama ini Rayanza kembali. Dan mau berkumpul dengan kedua sahabat. Tidak, sekarang ketiga sahabatnya sudah berkumpul. Rayanza berjanji akan membantu Mahen aka Gava untuk mencari siapa dalang dari kematian Mahen.

"Ada satu hal yang gak bakal kalian sangka. Kalo ternyata Gama itu-"

Belum sempat Gava menyelesaikan ucapannya. Tiba-tiba tubuhnya sudah melayang dan menempel dalam gendongan koala Gavin kembaran Gava. Membuat Gava kaget dan reflek mengalungkan tangannya pada leher Gavin.

"Sudah puaskan? sekarang pulang," perintah Alex.

"Turunin ih! turunin." Gava memberontak dalam gendongan Gavin.

Sumpah demi Rayanza anak yatim. Gava sangat malu sekarang. Mau ditaruh dimana mukanya sekarang. Seorang wakil ketua Grenvos digendong. Gava menyesal karena pernah meledeki Rayanza habis-habisan karena dianggap bocil oleh keluarganya.

Sekarang hukum karma sedang berlaku padanya bajing!

"Maaf Bang, kalian siapanya Mah-eh maksudnya. Kalian siapanya Gava?" Kai sedikit merutuki mulutnya yang hampir saja keceplosan.

"Kami abangnya!" Setelah mengatakan hal itu. Gavin langsung membawa Gava pergi dengan Alex dibelakangnya.

Sedangkan ketiga anak setan tengah tertawa puas melihat Gava yang terlihat menahan malu."Dih, mampus lo kena karma. Siapa suruh dia ngejekin gue dulu."

"Do'ain aja Ray, semoga dia betah tinggal sama keluarga barunya yang posesif!" timpal Kai.

"Kayaknya bukan dia yang gak betah, tapi keluarganya yang gak betah ama sifat jailnya!" ujar Tama menimpali.

Disepanjang perjalanan Gava terus memberontak ingin kabur dari Gavin dan Alex yang terlihat menakutkan. Apalagi Gavin yang terlihat ingin mengulitinya hidup-hidup. Membuat Gava akhirnya menangis terus, sampai tiba dimansion Georland.

"Hiks-hiks...hugk..." tangisnya terus menerus.

Hingga tiba diruang tamu. Disana sudah berkumpul Ayahnya serta abang ketiganya Gama.

Saat melihat ayahnya. Entah dorongan dari mana. Tangan Gava terentang menghadap ayahnya. Langsung saja ayahnya menerimanya dan menggendongnya sambil menepuk pantannya yang berisi.

"Kenapa bungsu ayah, menangis? cup-cup cup cup..." tanyanya sambil menimang tubuh Gava yang terlihat sangat kecil dibandingkan dengan tubuhnya yang besar.

"Abang Gavin... abangnya malu-maluin, huaaaa... hiks-hiks..." adunya pada sang ayah.

Sedangkan Gavin hanya menggeleng kecil. "Dasar bayi!"

Vota and komen gk lo
Kalo gk gue bantai lo

Disini mati lampu trs, jadi susah mau up
Huaaaa





Reigava (Tersedia Dalam Bentuk Pdf) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang