Bab 5. Bullying-Kekerasan

812 56 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Follow akun Instagram:
@author_ilustrasi
@Cicika05

Tiktok: @Ilustrasi

Note:
Boleh minta tolong? Kalau ada typo dalam penulisan jangan sungkan-sungkan menandai ya. Karena saya hanya manusia yang tidak luput dari salah. Ea! Minta tolong banget ya (senyum).

Terima kasih. Semoga Allah membalas kebaikan kalian.

-Happy Reading-

Tidak ada yang membuat bahagia di dunia kecuali melihat senyuman gadis berkulit putih, memiliki rambut tergerai panjang, dan lurus. Tawanya terdengar sangat indah, ini yang ditunggu-tunggu Haruka saat bersama kakak perempuannya.

Bibir Haruka membentuk senyuman tipis—menghampiri kakaknya yang tengah memainkan bunga ungu di ayunan belakang rumahnya. Terlihat sangat asri suasana belakang rumahnya, di mana sekelilingnya ditumbuhi bunga-bunga cantik.

Haruka duduk bersebelahan dengan Aliya lalu menyodorkan segelas air susu. "Diminum, Kak."

Aliya terdiam sejenak menatap gelas di depannya lalu menerimanya, begitu pun ia juga memberikan bunga dalam genggamannya kepada Haruka.

"Ini buat kamu juga, biar nggak stres." Haruka terkekeh mendengar kakak perempuannya berbicara seperti itu. Ia pun menerima bunga tersebut.

Haruka menatap awan cerah bergeser menjadi awan gelap. "Sepertinya mau hujan. Kak, ayo masuk ke dalam rumah."

Baru saja Haruka mengatakan hal itu, terdengar suara gemuruh yang menandakan hujan akan turun. Tidak lama kemudian rintikan hujan perlahan membasahi bumi.

Haruka pun membawa kakak perempuannya ke dalam rumah. Untung saja Aliya tidak memberontak—tetap mengikuti adiknya.

¶¶¶

Tangan putihnya beberapa kali menggeser-geser mouse lalu mengetikkan tombol keyboard. Wajahnya terlihat sangat serius menatap layar laptopnya. Kepalanya mulai pusing menghadapi ini.

"Hampir semua, carinya yang lulusan sarjana. Bagaimana aku bisa mendapatkan pekerjaan kalau gini. Apalagi aku sangat membutuhkan untuk tambahan biaya UKT."

Mata Haruka menatap kalender—tertuju pada angka yang sengaja ia lingkari dengan spidol merah. "Sudah hampir akhir bulan. Nunggak lagi ini pasti aku."

Lebih baik Haruka menenangkan otak terlebih dahulu, tangannya menutup laptopnya. Berganti ia mengambil benda gepeng yang tergeletak di samping laptopnya.

"Coba aku tanya ke teman lain. Siapa tahu mereka ada informasi."

Setelah Haruka mengirimkan pesan, ia meletakkan ponselnya kembali—bersanding dengan laptopnya. Suara gemericik hujan yang masih membasahi bumi membuat Haruka ingin segera membaringkan tubuhnya di atas kasur.

Suara kaki kursi bergeser terdengar sangat jelas di ruang, yang hanya terdengar gemericik hujan. Seolah, suara itu mencoba untuk memadamkan panasnya otak, supaya menjadi dingin.

Haruka sudah terbaring di atas kasur, namun matanya sulit untuk dipejamkan. Beberapa kali matanya menatap setiap gerakan jarum jam dinding.

Suara ketukan pintu dari luar kamarnya membuat Haruka sedikit terkejut. "Adek..."

"Kakak... Buka aja, Kak, nggak apa-apa. Adek belum tidur, pintunya nggak dikunci juga." Gadis ini mempersilakan kakaknya masuk tanpa beranjak dari ranjangnya.

Lavandula [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang