Bab 25. Menepati Janji

458 39 4
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Follow akun Instagram:
@author_ilustrasi
@Cicika05

Tiktok: @Ilustrasi

-Happy Reading-

Dapur dipenuhi para bidadari Arga, terlihat mereka tengah sibuk dengan masakannya. Melihat pemandangan ini mengundang senyuman tipis dari bibir Arga. Satu minggu ini, suasana rumah mulai tenang tidak seperti dahulu, selalu ada pertengkaran yang menyelimuti rumahnya.

Ketiga bidadari Arga tidak ada yang sadar dengan kedatangannya. Tangannya membuka kulkas untuk mengambil air mineral dingin. Dia berjalan mendekati Fara lalu mengecup pipinya sekilas.

"Mas Arga nggak ke toko?" tanya Fara sembari memotong tomat membentuk lingkaran tipis.

"Iya, ini mau ke toko," jawabnya sembari menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, menunjukkan pukul 6.00 pagi.

"Bentar, Mas. Aku siapkan bekal buat kamu dulu. Jangan jajan sembarangan di luar, kita nggak ada yang tahu makanan itu higienis atau nggak pembuatannya."

Arga senyum lalu mencium pipi Fara lagi. "Siap sayang." Matanya melirik tangan Fara yang tengah memotong sayuran. "Sini aku bantu." Fara membalas dengan senyuman.

Haruka tengah membersihkan daging ayam di wastafel beberapa kali. "Ayah ke toko jam berapa?" tanyanya sedikit menyerongkan tubuhnya.

"Jam 08.00 pagi. Kenapa, Dek?"

"Adek boleh ikut, Yah? Daripada di rumah nggak ngapain-ngapain."

"Kamu nggak kuliah?"

"Dia kan lagi libur semester, Mas." Fara menyahut pertanyaan suaminya.

Arga menatap istrinya sejenak lalu mengarahkan pandangannya ke putrinya lagi. "Ya udah nggak apa-apa kalau libur. Ikut Ayah ke toko aja."

Haruka senyum. "Ok, Yah. Terima kasih."

Aliya meletakkan telenan di sebelah baskom hijau berisikan daging ayam yang masih menjadi potongan besar-besar. "Dek, ini telenan buat potong dagingnya jadi kecil-kecil. Aku siapkan bumbunya, kamu potong dagingnya."

"Oh, iya, Kak." Haruka mulai mengambil dagingnya lalu memotong dadu-dadu kecil. Dia berniat memasak dagingnya menjadi ayam kecap.

¶¶¶

Haruka mengecek setiap rak penyimpanan roti. Apakah stoknya habis atau masih, sekaligus memisahkan produk yang sudah kadaluwarsa. Sebenarnya, ini bukan kerjaan Haruka melainkan karyawannya. Ingin rasanya membantu ayahnya mengurus berkas-berkas tapi ia belum paham sama sekali. Pada akhirnya, ia memutuskan untuk membantu karyawannya saja, daripada hanya diam di ruang kerja ayahnya.

Toko rotinya berbeda dengan awal berdirinya, sekarang lebih luas dan ada ruang kerja khusus ayahnya di lantai dua.

"Terima kasih sudah dibantu, Mbak Haruka. Harusnya Embak di atas sama bapak malah ikut bantu-bantu di sini ngecek produk sebanyak ini."

Haruka senyum melihat karyawan di sebelahnya, yang sedari tadi bersamanya. Entah kenapa Haruka ikutan bahagia melihat senyuman karyawannya. Mungkin, karena dia tidak tega melihat karyawannya ngerjain ini semua sendirian.

"Sama-sama. Kalau cape istirahat dulu aja nggak apa-apa, Mbak. Tapi, jangan malas-malasan, sewajarnya aja kerja. Waktunya istirahat ya istirahat, waktunya kerja ya kerja. Jangan waktunya istirahat malah dipaksa kerja terus."

Lavandula [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang