Bab 10. Bahagia Sesaat

724 52 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Follow akun Instagram:
@author_ilustrasi
@Cicika05

Tiktok: @Ilustrasi

Note:
Boleh minta tolong? Kalau ada typo dalam penulisan jangan sungkan-sungkan menandai ya. Karena saya hanya manusia yang tidak luput dari salah. Ea! Minta tolong banget ya (senyum). Oh iya boleh minta tolong tinggalkan vote dan komennya?

Terima kasih. Semoga Allah membalas kebaikan kalian.

-Happy Reading-

Haruka berulang kali bangun—tidur, bangun—tidur, resah, kepikiran dengan uang yang begitu banyak tadi. Dia sebenarnya juga lagi butuh duit untuk bayar UKT, tapi belum ada pegangan duit sama sekali. Kerja pun selalu keterima—dipecat, selalu begitu tidak ada habisnya.

Sorotan matanya tertuju pada tas hitamnya, di mana ia letakkan di kursi belajarnya. "Apa boleh aku pakai uang itu? Tapi, itu duit siapa banyak banget."

Haruka beranjak dari ranjang—mendekati tas tersebut. Dia teringat dengan surat yang belum sempat ia baca. Sepertinya ada petunjuk dalam surat itu. Tangannya membuka resleting tasnya lalu mengambil suratnya. Perlahan ia membuka surat tersebut. Seketika, ia syok bukan main dengan tulisan di dalam kertasnya.

"Isi serius? Tapi, tapi, siapa yang kirim uang ini? Apa jangan-jangan orang tadi bukannya mau copet tapi memasukkan uang ini?" Haruka melipat suratnya kembali lalu ia letakkan di atas meja belajarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Isi serius? Tapi, tapi, siapa yang kirim uang ini? Apa jangan-jangan orang tadi bukannya mau copet tapi memasukkan uang ini?" Haruka melipat suratnya kembali lalu ia letakkan di atas meja belajarnya. Tangan itu mengambil gepokan uang berwarna merah semua. "Semudah itu? Nggak! Ini bukan hak milikku, pasti orang itu salah memasukkan uang."

Haruka memukul kepalanya sendiri menggunakan telapak tangannya. "Goblok banget sih kamu Haruka. Di kertasnya kan sudah jelas tertera nama kamu. Ah ya udah deh, aku pakai aja buat bayar UKT sama buat nyicil hutangnya Ayah." Kepalanya mendongak ke atas. "Ya Allah ini nggak mimpi kan. Tapi aku pukul berkali-kali kepalaku nggak sakit."

Haruka ingin teriak dan menangis pada saat itu juga. Sungguh ini hadiah yang sangat indah setelah menghadapai berbagai masalah. Dibalik blangsaknya hidup, ternyata ia didatangkan hal indah melalui orang baik.

"Ya Allah terima kasih. Siapa pun orang baik itu, semoga Engkau selalu menjaganya di mana pun berada dan lancarkan segala urusannya. Amiin."

"Haruka!"

Suara teriakan bundanya dari luar kamarnya membuat Haruka segera memasukkan semua uang dan kertasnya kembali di dalam tas. Dengan cepat ia menyembunyikan tas hitamnya ke dalam Almari bagian bawah, terhalang dengan baju-bajunya yang menggantung.

"Iya, Bun. Bentar." Matanya menatap jam dinding di sebelah kalendernya. Sudah menunjukkan pukul 08.00 malam.

"Cepatan Haruka! Bantuin bunda."

Lavandula [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang