Bab 12. Bebas Diusir

660 45 1
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Follow akun Instagram:
@author_ilustrasi
@Cicika05

Tiktok: @Ilustrasi

Note:
Boleh minta tolong? Kalau ada typo dalam penulisan jangan sungkan-sungkan menandai ya. Karena saya hanya manusia yang tidak luput dari salah. Ea! Minta tolong banget ya (senyum).

Oh iya boleh minta tolong tinggalkan vote dan komennya?

Terima kasih. Semoga Allah membalas kebaikan kalian.

-Happy Reading-

Cafe dengan nuansa klasik dan terlihat ramai akan pengunjung—terdapat dua orang laki-laki berbeda usia. Memiliki jabatan sama—dosen. Obrolan mereka berdua terlihat sangat serius sekali.

"Saya ada buktinya jika anak itu tidak bersalah. Jadi, saya minta tolong sama Bapak Endri yang terhormat untuk mencabut laporannya." Laki-laki ini setelah mendapatkan kabar dari seseorang tentang perempuan itu, ia langsung mencari tahu.

Laki-laki tersebut meminta bantuan orang untuk mencari tahu semuanya, walaupun belum jelas pelaku sebenarnya. Setidaknya dalam bukti itu bukan Haruka yang melakukannya. Untuk mencari pelaku sebenarnya, bisa ditindak lanjutkan di hari kemudian.

Laki-laki mengenakan kemeja biru, tidak lupa dasi hitam yang terpasang di kerahnya menatap serius pria berusia 35 tahun di depannya. "Anda seorang dosen, tapi tidak memakai otaknya untuk mencari tahu kebenarannya terlebih dahulu mengenai kejadian ini. Anda hanya percaya melalui mulut mahasiswa saja, daripada mencari tahu sendiri. Banyak CCTV di sekitar kampus kenapa tidak cek dahulu? Asal menjebloskan ke dalam penjara aja. Sangat memalukan."

Pria mengenakan kemeja putih itu hanya diam menatap dosen—umurnya masih terbilang muda darinya.

Laki-laki terbilang masih muda itu meletakkan ponsel hitam di atas meja. "Semua buktinya ada di sini. Saya yang mencari tahu sendiri—semua kejadian yang berada di dekat gudang kampus. CCTV di dekat gudang, Bapak tidak mengeceknya, di dalam video itu jelas Haruka tidak salah. Dia hanya membantu temannya, bukan melakukan rencana pembunuhan. Silakan, Bapak bisa cek sendiri."

Pak Endrik diam—menatap laki-laki di depannya. Laki-laki itu memberikan tatapan seolah membiarkannya untuk membuka ponselnya. "Bapak saja yang membukakan, itu ponsel Bapak. Tidak sopan rasanya."

"Baik, saya akan membukanya." Laki-laki ini menyalakan ponselnya, langsung membuka video—kejadian kemarin siang di dekat gudang.

Pak Endri masih menyimpan pertanyaan di otaknya setelah melihat video tersebut. "Benar bukan Haruka yang melakukan. Tapi, siapa yang menjadi dalangnya? Tidak begitu jelas di sini."

"Kalau masalah itu biar urusan saya, Pak. Nanti saya akan membantu mencari pelaku sebenarnya. Yang penting sekarang, saya minta tolong ke Bapak untuk mencabut laporannya. Karena, jelas Haruka tidak salah."

Pak Endri mengambil jas hitam yang berada di sebelahnya. "Maaf, Pak. Di sana Haruka memang tidak bersalah, tetapi saya tidak bisa mencabut laporan itu."

Jawaban pak Endri membuat laki-laki mengenakam kemeja biru sedikit menahan amarahnya, tetapi ia berusaha untuk tetap terlihat tenang. "Apa maksud, Bapak?"

Pak Endri selesai mengenakan jas hitamnya kembali lalu sedikit merapikan kerahnya. "Orang tua Flora yang bisa mencabut laporan itu, Pak. Merekalah yang membuat Haruka masuk penjara, bukan saya."

Pak Endri tiba-tiba mengangkat tangan memanggil waiters. "Mbak!"

Perempuam mengenakan Apron biru dongker berjalan mendekati meja pak Endri lalu memberikan senyuman ramahnya. "Ada yang bisa saya bantu, Pak?"

Lavandula [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang