Bab 11. Sel Penjara

610 46 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Follow akun Instagram:
@author_ilustrasi
@Cicika05

Tiktok: @Ilustrasi

Note:
Boleh minta tolong? Kalau ada typo dalam penulisan jangan sungkan-sungkan menandai ya. Karena saya hanya manusia yang tidak luput dari salah. Ea! Minta tolong banget ya (senyum).

Oh iya boleh minta tolong tinggalkan vote dan komennya?

Terima kasih. Semoga Allah membalas kebaikan kalian.

-Happy Reading-

Perempuan dengan rambut sengaja diacak-acak lalu memundurkan langkahnya sampai punggung belakangnya menubruk dinding. "Jangan Flo jangan. Aku mohon." Air mata terus mengalir mengenai pipinya. Tangannya berganti mengusap warna merah di bibirnya.

Flora berjalan mendekati Jijah sembari menenteng pisau tajam di sebelah tangan kanannya. Mata Jijah tak sengaja melirik dari arah jauh terdapat perempuan berjalan sembari mengunyah permen karet.

"Flo! Hentikan aku mohon. Akrg!" Jijah berteriak sembari menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya.

Flora mengerutkan dahinya. Kenapa tiba-tiba berteriak temannya ini. "Kenapa dah bocah nih? Kenapa lu? Gila ya?"

Sedangkan teriakan Jijah membuat perempuan mengenakan jaket kulit hitam menoleh kaget. Matanya langsung tertuju pada—dekat gudang belakang kampusnya. Di sana terdapat Jijah dengan kondisinya yang sangat miris, rambut berantakan, baju lusuh, noda merah hampir memenuhi kain baju putihnya. Lebih terkejut lagi, melihat Flora menggenggam pisau tajam menghadap Jijah. Jangan-jangan terjadi sesuatu. Dia pun lari mendekati kumpulan perempuan itu.

"Flo... Flo... Ampun. Jangan sakiti aku. Maaf kalau aku ada salah, tapi jangan lukai aku." Suara isakan tangis semakin kencang.

Flora semakin dibuat bingung dengan tangisan temannya ini. "Woiy kenapa sih, lo!? Nggak jelas banget nangis-nangis kayak orang kesurupan."

"Nggak ada kapok-kapoknya ya kalian."

Suara itu, Flora mengenalinya. Dia pun membalik tubuhnya menjadi menghadap belakang, di mana terdapat Haruka yang tengah berdiri-menatap tajam ke arahnya.

"Haruka. Ngapain lo ke sini?"

"Yang ngapain itu kamu. Ngapain kamu ganggu dia lagi? Kamu benar-benar bukan manusia ya, Flo. Penjahat!"

Apa maksud Haruka? Flora benar-benar tidak mengerti. Siapa penjahatnya? Dia? Bagaimana bisa Haruka dengan mudahnya mengatakan itu. "Lo mengatakan gue penjahat?"

"Belum sadar juga kamu, Flo? Sampai kapan kamu terus begini. Sepertinya kamu sudah tidak bisa ditoleransi lagi, harus segera dilaporkan polisi."

"Kocak! Penjahat dari mana bangs4t. Gue bukan penjahat. Mana buktinya kalau gue penjahat?"

Haruka tertawa mendengar ucapan bodoh yang keluar dari mulut Flora. Sangat munafik sekali. Benar-benar penjahat yang bersembunyi dibalik wajah cantiknya. Harus pakai cara apalagi untuk menyadarkan perempuan di depannya ini.

"Kamu pegang pisau tajam, sedangkan baju Jijah sudah dipenuhi lumuran darah. Apa kalau bukan penjahat."

Flora menatap pisau yang berada di tangannya, refleks ia melepaskan pisau tersebut. "Enggak! Gue nggak ngapain-ngapain dia. Ini pisau Jijah bukan punya gue."

Haruka tersenyum miring. "Bohong banget, ya, kamu. Sudah jelas-jelas pisau di tanganmu masih bisa mengatakan itu."

Tiba-tiba tubuh Jijah ambruk ke kiri, tidak sadarkan diri. Haruka langung lari mendekati Jijah. Ada apa dengan gadis ini. Tangannya memukul pelan kedua pipi temannya ini. Namun, tidak kunjung bangun juga. Jari telunjuk Haruka berganti ia letakkan di bawah lubang hidung Jijah—memastikan napasnya. Masih terasa hembusan angin yang keluar dari hidungnya. Selamat masih hidup.

Lavandula [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang