Bab 17. Apes di Pasar

579 44 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Follow akun Instagram:
@author_ilustrasi
@Cicika05

Tiktok: @Ilustrasi

Note:
Boleh minta tolong? Kalau ada typo dalam penulisan jangan sungkan-sungkan menandai ya. Karena saya hanya manusia yang tidak luput dari salah. Ea! Minta tolong banget ya (senyum).

Oh iya boleh minta tolong tinggalkan vote dan komennya?

Terima kasih. Semoga Allah membalas kebaikan kalian.

-Happy Reading-

Suara teriakan seorang perempuan sangat melengking, membuat semua orang yang berada di pasar terkejut. Hijab pashmina yang semula terbuka hanya menutupi kepala. Kini berada di leher-hanya dikalungkan.

Sepatu pantofel-nya sekejap bernoda karena menginjak genangan air. Pasar sangat terlihat lembab akibat hujan deras tadi subuh. Berlari sembari mengikat gamis cokelatnya ke samping agar lebih leluasa bergerak.

"Berhenti woiy! Sialan! Jangan lari!" Haruka berteriak kencang. Senyum smirk terbit dari bibirnya. "Semoga anda tidak menyesal berhadapan dengan Ashana Haruka Faradila. Gadis tangguh yang tidak takut dengan apa pun. Sejauh mana pun Anda lari, tidak akan lepas dari tangan nerakaku."

Haruka semakin menambah kecepatan larinya untuk mengejar pria mengenakan jaket kulit berwarna hitam tengah membawa tas selempang berwarna cokelat lari di depannya.

Haruka melepas sepatu mautnya. "Siap-siap kepala anda. Aku hantam dengan sepatu nerakaku. Hiak!"

"Aduh!"

Mampus! Salah sasaran-melempar sepatunya. Matanya membulat, semakin mempercepat larinya, tidak memedulikan suara kesakitan laki-laki mengenakan kemeja biru kotak-kotak itu.

Laki-laki mengenakan kemeja biru kotak-kotak itu mengambil sepatu pantofel yang sudah dipenuhi noda lumpur-tergeletak di tanah. Matanya berkeliling mencari pemilik sepatu ini yang telah melukai kepalanya.

"Siapa pemiliki sepatu ini." Tangannya masih mengusap-usap kepalanya yang masih terasa nyut-nyutan. "Berani-beraninya melempar sepatu ini ke arahku. Sakit no tipu-tipu, ngilu bener kepalaku. Sial, sial, baru ke pasar udah apes aja."

Seorang wanita paruh baya membuat laki-laki muda itu terkejut, pasalnya tiba-tiba saja sudah berdiri di hadapannya. "Nak, lihat perempuan yang lewat sini apa tidak? Dia mengenakan hijab pashmina cokelat mocca, gamis cokelat tua."

"Ada apa, Bu? Dengan perempuan itu?" tanyanya dengan ekspresi wajah bingung.

"Ibu tadi kecopetan, Nak."

"Kecopetan?!" Sedikit terkejut, refleks kepalanya menoleh ke arah kanan. Di mana matanya melihat sosok perempuan tengah lari-larian. Pakaian perempuan itu persis apa yang disebut wanita di depannya. Tetapi, tidak mengenakan hijab pashmina melainkan hanya dikalungkan sehingga memperlihatkan rambut hitamnya. Warna hijabnya sama seperti yang dikatakan perempuan paruh baya itu.

Sepatu itu? Perempuan itu juga tidak memakai sepatu-sebelah kaki kanannya. Laki-laki tersebut memastikan kembali dengan mengecek sepatu yang ia tenteng.

"Sepatu ini punya dia. Dasar cewek nakal. Awas kamu sampai ketangkap. Aku jadikan perkedel. Mampus!"

Tangan berkerut wanita paruh baya di depan laki-laki tersebut menyentuh bahu kanannya. "Ada apa, Nak? Kamu baik-baik saja?"

Laki-laki tersebut menatap wajah berkerut wanita paruh baya tersebut lalu tersenyum. "Perempuan itu di sana, Bu," beritahunya sembari menunjuk ke arah kanan. "Tunggu, Bu. Saya akan mengejarnya."

Lavandula [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang