Bab 23. Bertemu Cinta Pertama

509 41 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Follow akun Instagram:
@author_ilustrasi
@Cicika05

Tiktok: @Ilustrasi

-Happy Reading-

Tiga bulan lebih Haruka selalu menemani umi Laila kemana pun. Karena, sudah menjadi tugasnya sebagai bodyguard sekaligus teman curhat layaknya ibu kandung sendiri. Cukup lama Haruka tidak bertemu ayah, bunda, dan kakaknya.

Haruka menatap sekeliling butik dan berkeliling sembari menyentuh gaun-gaun cantik. Dia tengah menunggu umi Laila yang tengah mengobrol dengan pemilik butik, entah apa yang diobrolkan mereka. Haruka pun tidak mengerti. Sepertinya membahas gamis yang akan dipesan umi Laila.

Matanya berbinar saat menemukan gaun syari cantik berwarna putih. Senyum terbit dari bibirnya. Tangannya menyentuh kainnya. "Sangat lembut, dingin, indah. Pasti perempuan yang mengenakan gaun ini jadi sangat anggun dan cantik."

"Haruka."

Panggilan seorang wanita dari belakang Haruka membuatnya menoleh cepat. Di sana sudah terdapat umi Laila senyum kepadanya. "Umi. Sudah selesai?"

"Sudah. Ayo ke restaurant Hafizh dulu."

Haruka senyum lalu mengangguk. "Baik, Umi."

Dari arah kasir seorang laki-laki menatap  dua perempuan keluar dari butik. "Mbak, saya pesan gaun seperti yang terpasang di manekin sana." Tangannya menunjuk gaun yang disentuh Haruka tadi. "Modelnya dibuat lebih cantik lagi. Untuk  sketsa gambar gaunnya boleh kirim saya dulu nanti."

"Baik, Pak. Nanti saya sampaikan ke Bu Ina." Karyawan perempuan tersebut tersenyum ramah. Bu Ina adalah pemilik butik ini.

¶¶¶

Haruka bingung menatap makanan di depannya, cukup banyak, dan terlihat mahal-mahal. Ada acara apa ini? Apakah pak Hafizh ada menu baru atau apa? Sehingga umi Laila mengajaknya juga di tempat mahal ini. Apalagi tempat duduknya VIP—khusus. Satu keluarga umi Laila kumpul, ada Hafizh dan Kent.

"Umi, ini ada acara apa ya? Kok ini banyak makanan. Saya makannya nggak sebanyak ini, nanti mubazir lagi. Apalagi ini kelihatannya mahal-mahal, sayang banget."

"Haruka... Emang yang makan kamu aja, di sini juga ada saya, Hafizh, dan Umi. Kmu pikir aku dan mereka makhluk ghaib gitu?" Kent membalas ocehan Haruka tanpa filter.

"Enggak gitu maksudnya."

Umi Laila senyum. "Enggak ada acara apa-apa Haruka. Sudah makan aja nggak apa-apa, kalau kamu nggak abis masih ada Kent dan Hafizh."

"Yap betul sekali. Tenang, saya Kent manusia penyuka makanan. Apapun makanan yang dihidangkan aman di lambungku." Laki-laki mengenakan style pakaian jaket hitam berbicara dengan semangat. Apalagi berhubungan dengan makanan, seketika perutnya menyala. Senyumnya pun semakin mengembang dengan antusias. Apalagi gratis.

"Apapun? Berarti rumput, batu, ranting, pasir juga mau?" Pertanyaan Haruka membuat perut Hafizh bergetar, menahan untuk tidak tertawa. Hanya senyum tipis yang terlihat.

Seketika ekspresi Kent berubah drastis setelah mendengar pertanyaan tidak masuk akal Haruka. "Ya nggak gitu juga Haruka. Saya manusia, sukanya makanan yang masih diterima lambung. Yang kamu sebutkan bukan makanan. Rumput pun makanan kambing, sapi."

"Loh, manusia 'kan juga ada yang makan rumput, Pak."

"Rumput laut?"

"Bukan."

Lavandula [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang