Bab 13. Klub Malam

635 45 1
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Follow akun Instagram:
@author_ilustrasi
@Cicika05

Tiktok: @Ilustrasi

Note:
Boleh minta tolong? Kalau ada typo dalam penulisan jangan sungkan-sungkan menandai ya. Karena saya hanya manusia yang tidak luput dari salah. Ea! Minta tolong banget ya (senyum).

Oh iya boleh minta tolong tinggalkan vote dan komennya?

Terima kasih. Semoga Allah membalas kebaikan kalian.

-Happy Reading-

Cahaya sangat terang menyorot perempuan yang tengah memeluk kedua lututnya di depan kios. Perempuan itu sadar—memperlihatkan wajah—netranya langsung bertabrakan dengan cahaya terang itu. Tangan kanannya refleks menutup wajahnya.

"Mobil siapa itu?" Haruka membatin bertanya ke dirinya sendiri.

Suara sepatu high heels semakin mendekat ke arahnya. Saat menunduk melihat sepatu high heels hitam di depan matanya. Haruka menyingkirkan tangannya yang berada di depan wajahnya.

Bola mata hitam pekatnya membulat. Perempuan di depannya ini membuat Haruka sangat syok. "Jijah."

Matanya menyusuri dari atas kepala sampai ke mata kaki. Dia terlihat sangat beda sekali, tidak seperti biasanya. Polesan make upnya sangat tebal, apalagi bibirnya sangat merah menggoda. Rambutnya bergelombang cantik—terurai sampai bawah bahu.

Bahkan dari segi pakaiannya memperlihatkan lekuk tubuhnya sangat jelas. Dress berwarna merah hanya sampai di atas lutut dan memperlihatkan buah dadanya. Benar-benar terlihat semua bentuk tubuhnya.

Haruka mengedipkan mata berulang kali. Ini serius, Jijah yang ia kenali selama ini. "Kamu, Jijah 'kan?"

"Iya. Lo ngapain di sini?" tanya Jijah dengan wajah tanpa ekspresi. Cara bicaranya pun berbeda.

"Aku diusir sama bunda dari rumah." Haruka terdiam sejenak teringat sesuatu. "Loh Jijah, bukannya kamu kemarin terluka ya? Kenapa sekarang terlihat biasa saja, seperti nggak terjadi apa-apa. Masih normal tubuhmu."

Jijah terkekeh mendengar pertanyaan Haruka. "Iya gue memang sempat sampai masuk rumah sakit gara-gara kejadian kemarin. Tapi, sekarang sudah mendingan. Sudah bisa beraktivitas normalnya."

Secepat itu?

Haruka sedikit curiga tapi ia tetap terlihat biasa. "Flora bagaimana?"

Jijah mengedikkan bahu tidak mengerti. "Lo mending ikut gue, daripada luntang-luntung nggak jelas di sini. Awannya juga udah mendung itu."

Haruka mendongak ke atas lalu menatap mobil kuning di depannya. "Itu mobil kamu, Jah?"

"Minjem. Ayo mau nggak? Keburu hujan." Jijah membalikkan badan lalu berjalan menuju mobilnya.

"Tapi, mau ke mana?" Haruka sedikit berteriak karena jaraknya dengan Jijah tidak begitu dekat lagi.

Jijah hendak membuka pintu terjeda sejenak. "Nanti gue kasih tahu, sekarang masuk aja. Cepat. Lama, gue tinggal."

Tidak lama kemudian hujan turun dengan deras membasahi bumi. Haruka pun langsung berdiri—lari menuju mobil sembari menenteng tasnya. "Iya, iya. Aku ikut, Jah."

Senyum miring terbit dari bibir Jijah. Dia pun langsung masuk ke dalam mobil kuningnya dan menjalankan mobilnya meninggalkan area kios.

¶¶¶

Lavandula [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang