Bab 24. Kembali ke Rumah

453 36 4
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Follow akun Instagram:
@author_ilustrasi
@Cicika05

Tiktok: @Ilustrasi

-Happy Reading-

Beberapa saat setelah keheningan menemani mereka sesaat. Hafizh menatap mereka lalu menghela napas, sorotan matanya seperti ingin menyampaikan sesuatu. Mendadak jantungnya berdetak lebih cepat, lebih baik minum air putih untuk menetralkan.

"Umi, Ayah. Ada yang ingin Hafizh bicarakan."

Hal itu membuat umi Laila, Arga, Kent, dan Haruka menatap Hafizh secara bersamaan. "Ada apa, Nak?" tanya Arga mengusap mulutnya menggunakan tisu.

Haruka mengangguk dengan kondisi mulut masih dipenuhi cemilan Risol. Hafizh menatap Haruka sekilas, wajahnya terlihat polos sekali saat makan. Seperti anak kecil bau minyak telon.

"Bismillahirrahmanirrahim. Izin saya harus mengakui kejujuran yang selama ini menyiksa hati saya beberapa bulan ini."

Seketika raut wajah Haruka menjadi serius, mata membulat. "Bapak sakit liver?"

Mata Hafizh melirik perempuan di sebelahnya dengan cepat. Rasanya ia ingin laban mulutnya agar tidak terus nyerocos. "Astaghfirullah, amit-amit Haruka. Kebiasaan orang belum selesai bicara dipotong."

Haruka nyengir kuda. "Iya, Pak, maaf. Ya udah lanjutkan, waktu dan tempat dipersilakan." Tangannya memasukkan kentang ke dalam mulut lagi-melanjutkan nyemil.

"Dengerin dulu makanya, Dek." Arga memberikan nasihat kepada putrinya yang banyak bicara ini. Apalagi asal ceplos seperti tadi. Takutnya menyinggung lawan bicaranya.

Haruka menoleh senyum. "Hehe... Iya, Yah. Ini Adek dengerin."

Hafizh menghela napas lagi. Gara-gara Haruka memotong pembicaraan Hafizh, membuatnya jadi gugup lagi untuk menyampaikan sesuatu kepada mereka. Hafizh minum lagi sebagai penangkal rasa gugupnya.

"Izin mengulang penyampaian saya tadi, Yah." Hafizh meminta izin dibalas dengan anggukan Arga dan senyum umi Laila. "Bismillahirrahmanirrahim. Ayah, saya meminta izin untuk mengakui kejujuran yang selama ini terpendam sampai menyiksa hati saya beberapa bulan ini. Ayah, Umi, tujuan saya meminta kalian berkumpul di sini, ingin menyampaikan niat baik saya kepada Ayah Arga. Saya Hafizh Al-Quwattul Mateen, laki-laki berusia 26 tahun. Jika Ayah mengizinkan, saya ingin menjadikan putri Ayah bernama Ashana Haruka Faradila sebagai istri. Saya berjanji akan membahagiakan dan memenuhi kebutuhan lahir dan batinnya. Apakah ayah berkenan menerima lamaran saya?"

Seketika Haruka mematung tak percaya sampai berhenti mengunyah sesaat. Otaknya berusaha mencerna, ia pastikan tidak salah dengar lagi. Dia tersadar langsung meminum jus orange di depannya dengan cepat sampai batuk-batuk.

"Pelan-pelan Haruka minumanya." Hafizh memberikan peringatan dengan lembut. Suaranya terdengar sangat tenang di telinga.

Haruka beberapa kali mencoba mencubit tangannya sendiri sampai menampar pipinya sendiri. "Akh! Asli kerasa sakitnya."

Kent paling ujung duduknya tertawa. "Mau saya bantu pukul sekalian nggak Haruka?"

Haruka melotot mendapatkan pertanyaan seperti itu. Berbeda sekali perilakunya dengan Hafizh. Kent banyak tingkah dan ngeselin, sedangkan Hafizh terlihat tenang, kalem, dan tegas. Ini seperti langit dan bumi.

"Jangan dong, Pak. Saya nggak mau mati konyol di sini, viral nanti restaurannya."

"Lah kamu nyakitin diri sendiri, siapa tahu minta dipukul lebih kuat. Biar sadar kalau kamu nggak mimpi, tapi nyata." Kent terkekeh. Sangat hobi sekali menggoda orang lain, bisa dibilang jail. Apalagi melihat sepupunya terlihat tegang di samping Haruka. Semakin membuat Kent menertawakannya.

Lavandula [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang