Bab 8. Disalahkan lagi

743 54 3
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Follow akun Instagram:
@author_ilustrasi
@Cicika05

Tiktok: @Ilustrasi

-Happy Reading-

Seorang pria memiliki uban di rambutnya, memasuki ruang IGD dengan wajah panik. Dia melihat putrinya terbaring di atas bed, di mana kepalanya dibaluti perban. Mata itu masih terpejam. Tangan yang memperlihatkan urat begitu jelas itu menyentuh kedua pipi putrinya.

"Adek ..." Suaranya terdengar serak. "Bangun, ini Ayah sayang. Kamu jagoan Ayah."

Pemandangan itu membuat air mata ummi Laila sedikit berair. Bisa merasakan kekhawatiran sosok ayah kepada putrinya. Terlihat sangat tulus sekali, jelas menunjukkan rasa sayangnya kepada putrinya. Cinta pertama bagi anak perempuannya.

Hafizh menoleh, mendapatkan wajah umminya sedih. Tangan kirinya merangkul bahu umminya dari belakang lalu mengusap dengan lembut.

"So Sweet banget ... Ummi jadi keingat kakek kamu."

Hafizh terus mengusap-usap bahu kanan umminya. "Bagaimana dengan, abi?"

"Abi kamu 'kan sudah di dalam tanah sama kakek kamu, Hafizh."

Mata membulat lalu menoleh mendapatkan respons umminya seperti itu. "Umi..."

Ummi Laila pun menoleh. "Kan benar, Hafizh. Emang ada yang salah dengan perkataan, Ummi?"

"Ya enggak salah. Maksud Hafizh 'kan enggak begitu, U.mi?"

"Terus apa maksudnya?" Kedua alis ummi Laila saling menaut bingung. Apakah dia salah dalam menyampaikan?

Hafizh tersenyum tipis lalu merangkul umminya semakin erat. "Maksud Hafizh. Bagaimana dengan abi? Ummi jadi keinget juga apa enggak?"

"Oh..." Ummi Laila terkekek mulai pahan maksud putranya. "Astaghfirullah. Iya, Ummi selalu ingat abi kamu. Sampai kapan pun. Sampai kita semua dipertemukan kembali di syurga-Nya Allah."

Tangan Arga yang menggenggam tangan putrinya, tiba-tiba merasakan pergerakan dari jari-jemari itu. Senyum terbit dari bibir pria ini. Senang rasanya setelah menunggu putrinya yang tak kunjung segera sadar dari pingsannya cukup lama, sekarang merasakan tanda-tanda putrinya siuman.

Tonjolan bola matanya terlihat bergerak dari luar kelopak matanya. Perlahan mata itu mulai membuka.

"Haruka ..."

Suara samar-samar itu bisa Haruka rasakan. Ia seperti mendengar suara pria yang paling baik dihidupnya. Matanya berusaha mengondisikan pengelihatannya yang masih terlihat buram, tapi masih terlihat di sebelahnya ada sosok pria.

"Ayah ... Ayah ... Ayah di sini 'kan?"

"Iya sayang ini Ayah di sini." Tangannya mengusap pipi mulus Haruka.

"Ummi jadi ikutan sedih, Hafizh." Ummi Laila menyadarkan kepalanya di bahu putranya, di mana masih berdiri di sampingnya. Wanita ini benar-benar ikutan terbawa suasana sampai terisak.

"Ummi ... Hafizh kayak pernah lihat perempuan itu ya?"

Apa maksudnya? Ummi Laila pun ikutan penasaran sampai menghentikan suara isak tangisnya lalu menoleh memberikan penuh tanda tanya.

"Iya toh? Di mana Hafizh? Malah bagus ini. Kalian bisa Ummi nikahkan."

"Ummi. Ini bukan jajan yang sekali ambil enak. Kadang, mau ambil jajan saja butuh pilih-pilih dulu, biar dapat yang enak. Begitu pun sosok wanita yang akan menyempurnakan separuh agama Hafizh."

Lavandula [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang