Bab 19. Hinaan Tuduhan

539 40 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Follow akun Instagram:
@author_ilustrasi
@Cicika05

Tiktok: @Ilustrasi

-Happy Reading-

Apa yang dipikirkan Haruka ternyata terjadi. Walaupun begitu, setelah mendapatkan pencerahan dari Hafizh membuatnya lebih tenang. Menjalani dunia kampus seperti biasanya-seperti tidak terjadi apa-apa.

Selama di dalam kelas merasakan teman-temannya sedikit menjaga jarak dengannya dan mendengar bisikan-bisikan tentang dirinya. Setelah jam kelas selesai, Haruka keluar kelas-tidak memedulikan perkataan jelek tentang dirinya.

Tatapan tidak suka para mahasiswa tidak luput dari pandangan Haruka. Bahkan sampai mendapatkan hinaan. Namun, Haruka tetap diam, tidak membalas.

"Masih berani pakai hijab, Mbak? Mending lepas aja. Sudah melayani om, om, masih berani pakai hijab. Najis banget." Hinaan menyakitkan keluar dari mulut seorang perempuan mengenakan gamis sekaligus hijab syar'i berwarna navy.

Haruka terkekeh menatap penampilan perempuan di depannya. "Sebelum mengatakan seperti itu, lebih baik lihat diri sendiri dahulu. Aku tidak marah." Dia melengos pergi melewati perempuan tadi. Haruka pikir tidak perlu mengatakan apa-apa lagi. Perkataannya barusan cukup membuatnya bisa sadar. Lagipula ia tidak ingin menyamakan pakaian syar'i perempuan tadi dengan mulutnya yang jahat.

Seketika wajah perempuan tadi memerah, seperti menahan amarah. "Benar juga apa yang dikatakan Haruka, Ra." Intan menatap kepergian Haruka.

Perkataan temannya membuat Ara berdecak kesal. "Intan, kamu bela dia?"

"Enggak membela sih, tapi emang benar adanya. Perkataan kamu tadi juga seperti menodai pakaianmu sendiri."

"Aku berpakaian syar'i bukan berarti, aku orang baik-baik, bahkan jauh dari kata baik. Pakaianku ini yang bisa menuntunku untuk memantaskan diri jadi orang baik dan menjaga sikap."

"Nah itu, kamu tahu jawabannya sendiri. Haruka juga seperti kamu Ara. Jadi, jangan sekali-kali mengatakan hal itu lagi." Setelah mengatakan hal itu Intan pergi meninggalkan Ara.

¶¶¶

Omongan jelek tentang Haruka tidak lepas dari telinganya. Setiap melewati para mahasiswa yang tengah jalan, berdiri, atau pun duduk, selalu mendapatkan ejekan.

"Paginya soleha, malamnya solehot," ucap perempuan dengan mulut merah meronanya dan make up tebalnya. Tertawa bersama ketiga temannya yang mengenakan pakaian crop top.

"Mau aku bantu lepas hijabnya nggak, Mbak? Nanggung amat. Sekalian gitu di kampus berpenampilan kayak di klub." Tawa keras mereka bertiga semakin keras. Haruka tidak memedulikannya. Ia berusaha tenang, tetap jalan.

Setiap para mahasiswa melewati Haruka tertawa, seperti mengetahui videonya yang sempat viral. Sepertinya, sebelum hilang videonya-satu universitasnya sudah mengetahuinya semua.

"Ani, ani, heh. Andrew kamu nggak mau nyoba pakai dia," kata laki-laki mengenakan kemeja kotak-kotak biru tengah duduk dengan kedua temannya.

"Udah kepakai dia, mending cari yang masih fresh aja," jawab Andrew, si rambut gondrong.

"Anjr, dipikir ikan." Irwan menyahut perkataan Andrew lalu tertawa.

Haruka tersenyum tipis mendengar perkataan mereka, yang cukup menusuk hatinya. Tapi, ia tetap berusaha tenang. Bahkan, ia membantin tentang ketiga laki-laki tadi. Haruka pikir, parasnya tidak ada keindahan sama sekali, ditambah perkataannya tidak ada attitudenya sama sekali. Perpaduan yang sangat menjijikkan untuk diingat.

Lavandula [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang