بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Follow akun Instagram:
@author_ilustrasi
@Cicika05Tiktok: @Ilustrasi
Note:
Boleh minta tolong? Kalau ada typo dalam penulisan jangan sungkan-sungkan menandai ya. Karena saya hanya manusia yang tidak luput dari salah. Ea! Minta tolong banget ya (senyum).Terima kasih. Semoga Allah membalas kebaikan kalian.
-Happy Reading-
Suara gebrakan pintu tengah malam membuat pria yang sudah memiliki uban di rambutnya keluar dari kamar. Dia merasakan istrinya sudah tidak berada di sebelahnya saat tidur. Apa mungkin sumber suara itu dari istrinya?
Teringat sesuatu matanya membulat. Perasaannya mulai tidak enak.
"Haruka!" Suara teriakan dari lantai satu terdengar sangat nyaring.
Benar. Firasatnya tidak salah, itu suara istrinya seperti orang hendak mengamuk. Pria dewasa itu segera turun ke bawah untuk menyusul istrinya yang tengah menyusuri setiap ruangan, seperti mencari sesuatu.
"Aliya, sayang kamu di mana." Suara Fara masih terdengar pelan. Setelahnya. "Haruka! Cari Kakak kamu," teriaknya pada anak bungsunya, namun tidak ada sahutan kembali.
"Bunda. Stop." Arga baru turun dari tangga langsung mendekati istrinya, berniat sekadar menenangkan.
Fara menoleh sudah memperlihatkan mata merahnya akibat menahan emosi malam-malam.
"Aliya hilang, Pa. Hilang. Dia nggak ada di kamarnya. Bunda udah cari ke dapur, kamar mandi, gudang, ruang tamu. Semua nggak ada."
"Sekarang malah Haruka ikutan ngilang juga!"
"Argh!" Fara mendorong sofa di ruang tamu dengan kondisi marah. Lalu ia juga menendang sofa tersebut mengunakan kakinya berulang kali.
"Bunda... Bunda... Tenang..." Arga berniat menengkan istrinya, ia berinisiatif hendak memeluknya. Akan tetapi, Fara menepisnya dengan kasar.
"Tenang katamu, Mas? Tenang? Aku nggak bisa tenang melihat anakku hilang tengah malam!" Amarah Fara sangat menggebu-gebu.
Seorang ibu akan khawatir ketika anaknya menghilang tiba-tiba, apalagi dengan kondisi putrinya yang sekarang. Bagaimana kalau terjadi apa-apa dengan putrinya di luar sana dengan suasana malam yang mencekam.
Berbeda dengan seorang ayah sebagai kepala rumah tangga. Mulut menenangkan tetapi hati seolah berbicara 'di mana kamu, Nak'. Begitulah yang dirasakan seorang ayah sebagai cinta pertama bagi anak perempuan. Dituntut harus tegar dalam setiap kondisi apapun di hadapan keluarganya.
Kedua tangan Arga mencekal kedua bahu wanita di depannya yang tengah menunduk menahan isak tangis. Wajahnya ia dekatkan dengan wajah istrinya, kedua matanya menatap kedua mata cokelat istrinya.
"Bunda... Bunda... Dengarkan aku, kamu berteriak-teriak kayak gini nggak akan membuat Aliya kembali. Lebih baik kita cari Aliya saja di luar sana." Pria ini berbicara secara hati-hati agar tidak menyinggung perasaan istrinya.
Kedua bahu Fara bergetar, masih terdengar suara isakan tangis. "Ini semua gara-gara Haruka. Kemana anak itu malam-malam nggak ada di rumah. Bukannya menjaga kakaknya malah sibuk menghilang tengah malam."
Tangan Arga perlahan menarik punggung belakang istrinya ke dalam pelukannya sembari menepuk-nepuk agar lebih tenang. "Sayang... Haruka kan mempunyai kehidupannya sendiri. Enggak mungkin terus-terusan berada didekat Aliya. Kehilangan Aliya bukan kesalahan Haruka, dia tidak tahu apa-apa mengenai ini." Pria ini terdiam sejenak lalu mengecup puncak kepala istrinya. "Jangan salahkan Haruka terus-terusan. Jangan rusak batinnya dengan kata-kata kamu saat marah. Itu bisa memengaruhi mentalnya dan menganggu masa belajarnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lavandula [SELESAI]
RomanceAshana Haruka Faradila adalah gadis tomboi dan pemberani. Salah satu gadis penyuka bunga Lavender berasal dari keluarga kurang mampu dan berbagai masalah yang ia hadapi. Selain itu, ia memiliki kakak perempuan yang jiwanya sedikit terganggu akibat...