Pagi tadi, Gus Ibra pulang dari pasar sembari menenteng plastik yang berisi ayam warna-warni. Sore kemarin putranya itu terus meminta es padanya. Padahal sudah diberitahu untuk tidak meminum es.
Pada akhirnya, Gus Ibra menjanjikan akan membelikan ayam warna-warni sebagai gantinya es. Untungnya bocah itu menurut. Dan paginya Gus Ibra langsung memberikan ayam warna-warni enam ekor.
Hafizh tampak begitu senang mendapatkan nya. Sedari pagi hingga siang, bocah itu tidak bosan-bosannya bermain dengan ayam-ayam barunya.
"Mm....Mba Biyaaaa! Hapis punya ayam walna walni lohhh!" ucap Hafizh pada Sabira yang tengah piket di ndalem.
"Wahh, iyaaa. Ada banyak ya Gus, beli dimana?" ucap Sabira meladeni Gus kecilnya.
"Beli di Aba," jawab bocah itu asal. Sabira dan teman-temannya terkekeh pelan mendengarnya.
Syaqira keluar dari rumahnya. Perempuan itu berjalan menuju teras ndalem sembari membawa piring berisi nasi dan lauk untuk putranya.
"Beli di pasar, Mba." Jawab Syaqira.
"Ayo, Hapis makan dulu!" ujar Syaqira sembari memberikan satu gelas air mineral untuk Hafizh.
"Uma, ayamna Hapis dibeli maem juga!" ujar Hafizh menunjuk ayam-ayamnya.
"Kan tadi udah dikasih makan toh sama Aba?" ucap Syaqira.
"Tapi belum maem baleng Hapis, Uma," rengek Hafizh terus menunjuk ayam-ayamnya agar diberi makan oleh Syaqira.
"Ayamnya udah kenyang, Hapis yang harus makan. Coba, aaaaa!" Hafizh menerima suapan dari sang Uma. Lantas memutahkan sedikit makanannya untuk ayam warna-warni miliknya.
"Masih lapal Uma, itu dimakan sama ayamna," ujar Hafizh yang membuat Syaqira menepuk keningnya.
Sudah tau Hafizh ini duplikat dirinya, ya susah. Syaqira kadang hanya bisa menghela nafasnya panjang melihat tingkah anaknya yang sulit untuk ditebak.
"Nanti biar diberi makan sama Aba, ini nasinya buat Hapis," ujar Syaqira.
"Kacihan Uma, ayamna Hapis kelapalan," ujar Hafizh sembari mengusap bulu ayam warna warni tersebut satu persatu.
"Hapis, dengerin Uma ya, nak. Ayam nya dikasih makanan khusus biar cepet gede. Nasi ini buat Hapis, okey? Tadi Aba beli makanan buat ayamnya kan? Nanti dikasih makan itu, jangan nasi. Paham, Le?" Hafizh mengangguk lucu lantas kembali membuka mulutnya.
"Enak," ujar Hafizh yang diangguki oleh Syaqira.
"Siapa dulu yang masak?" Pancing Syaqira.
"Umaaa, gitu lohhhhh!" balas Hafizh nyaring. Syaqira terkekeh pelan melihatnya lantas kembali menyuapi putranya makan siang.
"Hapisssss!" Teriak bocah berumur lima tahun. Lelaki dengan rambut gondrongnya itu berlari menghampiri keduanya.
Manaf lantas mencium punggung tangan Syaqira sebelum bergabung dengan Hapis diikuti oleh kedua orang tuanya.
"Mba," ucap Syaqira menyalami Hilya.
"Loh, tumben anteng banget Mba, Husain-nya," ujar Syaqira sembari menatap balita berusia dua tahun didalam gendongan Hilya.
"Baru ngga enak badan ini, Qir. Rewel terus dari kemarin," ucap Hilya sembari melepas helm nya.
"Oalah, kecapean mungkin ya?" ujar Syaqira menatap ponakannya yang tampak lesu, padahal biasanya Husain sangat aktif bila disini.
"Ibra ada?" tanya Yusuf pada Syaqira.
"Oh, ada Pakde. Mas Ibra dirumah, habis ini tak panggilin ya?" ujar Syaqira. Mereka memang saling memanggil dengan panggilan yang sudah seharusnya. Kata Umi sih untuk membiasakan anaknya. Jika Yusuf dan Hilya memanggil Syaqira dan Ibra, om dan tante, maka anaknya pun akan memanggil seperti itu. Begitupun sebalikanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Married
General FictionSequel IBRA Tentang kehidupan Syaqira dan Ibrahim setelah menikah, memiliki anak dan tentang kehidupan yang sesungguhnya. Manis pahit nya kehidupan akan dilalui oleh keduanya. Ikuti terus cerita mereka disini❗