AM-15

719 81 9
                                    

Happy reading semua!!!!









Kesibukan Syaqira semakin bertambah kala usia putrinya juga semakin bertambah. Bocah itu sudah semakin aktif, sudah tahu-tahunya bermain. Kadang pun saat ditidurkan bayi itu merangkak meninggalkan kamar ketika sang ibu atau ayahnya tertidur.

Kali ini, Syaqira membiarkan kedua anaknya bermain di ruang tengah. Sedangkan dirinya sibuk membersihkan rumah.

Kedua anak kecil itu tampak begitu fokus menatap televisi yang menayangkan acara kartun kesukaannya. Hafizh dengan posisi terlentang dan Syaqila yang tiduran menjadikan perut Kakaknya sebagai bantal.

Merasa haus, bocah laki-laki itu bangkit dengan perlahan. Memindahkan adiknya pada sisi kanannya, lantas pergi kerah dapur guna mengambil minum.

Hafizh membuka pintu kulkas, diikuti oleh Syaqila yang merangkak di belakangnya. Bayi itu merambat pada kulkas tanpa disadari oleh Hafizh yang tengah menuangkan air minum kedalam gelasnya.

"Qila, turun!!" ujar Hafizh kaget setengah mati.

Bocah berusia empat tahun itu panik ketika adiknya berada didalam kulkas. Hafizh menyimpan botol minum itu keatas meja lantas kembali menatap adiknya yang terjepit di dalam sana.

"Piss....pis," ujar bayi itu dengan gelak tawa. Tidak tau saja jika kakaknya sudah panik sampai keringat dingin.

"Umaaaaaa!" Panggil Hafizh.

Syaqira yang tengah melipat baju di dalam kamar pun gegas berlari meninggalkan kegiatannya. Wanita itu menghampiri putranya dengan raut khawatir. Takut terjadi apa-apa Padanya.

"Kenapa, Nak?" tanya Syaqira berjalan tergopoh-gopoh kearahnya.

"Qila, Uma!" Tunjuk Hafizh pada adiknya.

"Allahuakbar!" Syaqira gegas menurunkan putrinya dari sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Allahuakbar!" Syaqira gegas menurunkan putrinya dari sana. Tawanya pecah melihat raut cengo anaknya.

"Ngapain naik ke kulkas, Qila?" Tanya Syaqira kala putrinya sudah ia keluarkan.

Alih-alih menangis, Syaqila justru terbahak melihat ibunya yang khawatir dan mengomeli dirinya. Syaqira hanya mampu geleng-geleng melihatnya.

"Qila itu hipersakti uma," ujar Hafizh yang membuat Syaqira mengernyit bingung.

"Hipersakti itu apa, Mas Hapis?" Tanya Umanya.

"Itu loh uma, orang yang ndak bisa diam," ucap Hafizh mencoba menjelaskan.

"Hiperaktif, nak, bukan Hipersakti." Syaqira terbahak saat itu juga. Ia tidak tahu juga anaknya mendapatkan kata itu dari mana, yang jelas siang ini ia terhibur karena ulah kedua anaknya.

"Ayo, balik kedepan lagi. Hapis temani adiknya ya? Uma mau beresin rumah dulu." Hafizh mengangguk lantas mengikuti Umanya yang tengah membawa Qila kedepan.

After MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang