BAB-17

1.4K 117 19
                                    

Happy Reading!!























Janlupsss vote dulu sebelum baca bab ini!
































Udah vote kan? Cuzzz kita baca kelanjutannya!


































Hari berganti hari, bulan beganti bulan dan tahun berganti tahun. Tidak terasa bayi kecil yang hobi menggigit itu kini sudah tumbuh menjadi balita yang semakin menggemaskan. Bocah itu sama tingkahnya dengan Hafizh. Bedanya, Hafizh kini lebih kalem, tidak berulah seperti dahulu.

Syaqira salah. Ia kira dengan mendapat anak perempuan sikapnya akan kalem dan lemah lembut. Justru sifat putrinya malah jauh lebih parah dibandingkan dengan Hafizh. Jika dahulu Hafizh sering kabur-kaburan maka sama dengan Syaqila. Jika dahulu Hafizh senang bermain dengan santri lain, Syaqila malah genit dengan santri disini.

"Umi, Hapis main dulu yahhh!" Pamit Hafizh.

"Ikutt!"

"Ndak usah, kamu tuh dirumah aja!" seru Hafizh merasa sebal ketika adiknya terus mengekori dirinya.

"Mau ikut!" seru si kecil keukeh.

"Ndak seru kalau ada kamu, nanti nangis," ucap Hafizh mengingat setiap ada adiknya, ujungnya juga bakal nangis.

"Qila ndak nangis Mas Hapis, Qila mau main juga," ujar Syaqila sembari bergelendot pada kakaknya.

"Anak perempuan itu sama Uma main barbie-barbiean," ujar Hafizh sembari melepaskam cekalan adiknya.

"Ikut Mas Hapis," rengek bocah itu dengan mata yang berkaca-kaca.

"Hihhhh! Yodah-yodah, ayo!" Pasrah Gus kecil sembari menggandeng tangan sang adik.

"Yeyeee~ ikut Mas Apis main bola," seru Syaqila begitu antusias.

Kedua bocah itu berjalan menuju lapangan pondok, bermain sepak bola bersama dengan teman-teman Hafizh disana. Berhubung anggotanya ganjil, Husain mengajak Syaqila bermain untuk menggantikan Shidiq yang belum sampai di pesantren.

Mereka asyik bermain bola. Gadis kecil itu bahkan sampai terjatuh-jatuh saking antusiasnya.

"Ucennn! Jangan di ambil bolanya!" teriak Syaqila ketika kakak sepupunya itu hendak menendang bola miliknya.

"Ih! Ternyata ngga seru kalau main sama kamu, Ini kan main bola. Harusnya direbut-rebuttan," Ujar Husain sembari berkacak pinggang.

Syaqila berlari menghampiri Husain, lalu mendekap bola itu dengan kedua tangan mungilnya.

"Tapi kan gililan aku yang tendang! Ucen ndak usah malah-malah, Mas Hapis aja ndak malah kok," ujar Syaqila.

"Ihh! Tapi cara mainnya ngga begitu, Ilaaaa!!" Ujar Husain geregetan.

"Qila, taruh bolanya!" ujar Hafizh.

"Iya Qila, harusnya kan direbut bukan gantian begitu, apa lagi dipeluk gitu bolanya," ujar Kazam si bocah komplek.

Mata bulat Syaqila berkaca-kaca. Merasa dirinya dihakimi oleh ketiga lelaki didepannya, gadis itu lantas berlari dengan berderai air mata. Gadis kecil itu tidak terima diperlakukan seperti ini oleh Kakak-kakaknya. Duh, dramatis banget si dek.

"Eh! Ilaaaa, bolanya jangan dibawa!" seru Husain dengan keras.

Syaqila bodo amat. Bocah itu terus berlari sembari mendekap bola milik Kakak-kakaknya.

After MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang