AM-11

959 86 5
                                    

Happy reading guys!!!














Terhitung tiga hari sudah Syaqira dirawat di rumah sakit. Kini wanita itu sudah kembali kerumah. Kalian tahu bagaimana reaksi Hafizh? Bocah itu betul-betul girang, sedari pagi hingga sore terus saja menempel pada Uma dan adik bayinya.

Seperti sore ini, Hafizh setia menemani Umanya yang sibuk mengurus adik nya, Syaqila. Sedari tadi, Hafizh tertawa melihat adiknya yang menggemaskan.

"Uma, jalina Hapis dipegang adek!" girangnya. Syaqira ikut terkekeh pelan melihatnya.

"Berarti, adek Qila sayang sama Mas nya." Hafizh tersenyum lebar mendengarnya.

"Hapis juga sayang sama Qila, Uma." Syaqira tersenyum manis mendengarnya.

"Cium dong, adek nya kalau Mas Hapisnya sayang," titah Syaqira pada putranya. Hafizh menurut, lantas bergerak mencium kening serta pipi bulat adiknya.

"Mwahhh, Qila wangi bangettt, Uma!" seru Hafizh dengan antusias.

"Iya dong, Qila kan udah mandi. Habis ini Hapis yang mandi ya? Udah sore masa belum mandi," jawab Syaqira yang tidak dijawab oleh putranya. Bocah itu malah sibuk mengajak adiknya berbicara seolah suara Syaqira hanya angin lalu.

"Hapis, Uma minta tolong boleh?" Hafizh menganggukkan kepalanya mantap.

"Boleh, Uma." Syaqira tersenyum mendengarnya.

"Tolong ambilin minyak di mejanya Uma, ya, sayang!" Dengan segera, bocah laki-laki itu berjalan kearah meja rias Syaqira, lantas mengambil minyak yang dimaksud oleh Syaqira.

"Tolong ambilin minyak di mejanya Uma, ya, sayang!" Dengan segera, bocah laki-laki itu berjalan kearah meja rias Syaqira, lantas mengambil minyak yang dimaksud oleh Syaqira

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bersamaan dengan itu, Gus Ibra berjalan memasuki rumah. Dilihatnya sang istri beserta kedua anaknya yang tengah bergurau diatas kasur.

"Lagi apa ini kesayangan-nya Aba?" ucap Gus Ibra sembari merebahkan dirinya di samping putri kecilnya yang tengah dipakaikan minyak oleh istri tercintanya.

"Tadi Qila pegang jalinya Hapis lho, Aba." Gus Ibra terkekeh pelan melihatnya.

"Oh, ya? Seneng ngga?"

"Seneng dong, Aba. Katanya Uma kalau seperti itu, Qila sayang sama Hapis, Aba," jelas Hafizh sembari tersenyum manis.

"Iya. Hapis harus baik, ya, sama adeknya." Hafizh menganggukkan kepalanya mantap.

Gus Ibra beralih menatap putrinya yang terus bergerak menggeliat ketika sang Ibu sibuk merias dirinya. Senyumnya terbit melihat betapa menggemaskan putrinya itu. Gus Ibra bergerak mencium pipi Syaqila dengan gemas.

"Hmm....udah wangi ini anak, Aba. Udah bersih, ya, dek, ya? Pinter nih Syaqila ndak nangis kalau dimandikan," ucap Gus Ibra sembari mencolek dagu mungil putrinya.

"Hmmm... iya, Qila udah wangi sepelti buah stobelii!" celetuk Hafizh ikut-ikutan. Gus Ibra terkekeh pelan mendengarnya, lelaki itu bergerak mencium ubun-ubun putranya dengan sayang.

After MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang