AM-06

965 75 4
                                    

Sore-sore hawa sejuk begitu menenangkan. Bocah yang tengah bermain sendiri itu tampak fokus pada kegiatannya. Ia tidak memiliki teman jika Manaf, kakak sepupunya tidak singgah di ndalem.

"Kang Jakiiii! Ikuttt!" seru Hapis berlari kearah Zaky yang baru saja mengembalikan motor milik pengawas pondok.

"Halo, Gus kecil." Sapa Zaky.

"Kang Jaki mau kemana?" tanya si kecil sembari mengerjapkan kedua matanya lucu.

"Mau ke masjid toh Gus. Mau ngaji kitab," ujar Zaky sembari berjongkok menyamakan tingginya dengan tinggi Hafizh.

"Mau ikut boleh nda? Hapis mau ikut," seru balita tersebut.

"Emang nya sudah bilang sama Abanya Gus?" tanya Zaky.

"Ndak usah bilang-bilang toh Kang. Kita kabul aja," ucap Hafizh yang membuat Zaky terkekeh pelan.

"Pamit dulu atuh, Gus. Nanti Saya dikira penculik. Atau nanti Gus nya ke masjid barengan sama Abanya." Ucap Zaky.

"Ndak mau, mau sama Kang nya aja." Balas Hafizh.

"Hapis, ayamnya ndak dikasih makan, Le?" Seru Kyai Abdullah yang membuat Hafizh ngacir kearahnya.

Zaky yang mendapatkan kesempatan tersebut pun gegas berlari meninggalkan area ndalem. "Selamet-selamet!" seru nya sembari mengusap dadanya pelan.

"Dari mana kamu?" tanya Mahan yang baru saja keluar asrama.

"Dari ndalem, ngembaliin motor." Jawab Zaky.

"Kamu keluar pondok kok ngga ngajak aku sih?" tanya Mahan seraya berkacak pinggang.

"Lah, ente kan tidur, Han!" jawab Zaky sembari menjitak kepala Mahan kesal.

"Ya, lain kali bangunin lah! Aku juga ada perlu diluar." Jawab Mahan seraya membetulkan letak peci hitamnya.

"Iya-iya, susah banget dah ngomong sama kamu," gerutu Zaky lantas meninggalkan Mahan yang menatapnya cengo.

Baru saja dipanggil, kini Hafizh sudah tidak ada di rumah. Padahal baru saja ditinggal menyimpan piring, tapi bocah kecil itu sudah menghilang dari pandangan Syaqira.

Perempuan itu menghela nafasnya panjang mengingat tingkah anaknya yang hobi sekali keluyuran. Seolah tidak betah didalam rumah, setiap ada celah, anak itu langsung berlari meninggalkan rumah.

Syaqira berjalan memasuki ndalem, siapa tau anaknya ada disini. Tapi begitu masuk, rumah itu tampak sepi. Tidak ada tanda-tanda putranya disini.

"Assalamu'alaikum, Umi." Ucap Syaqira.

"Wa'alaikumusalam, pie nduk?" jawab Umi Hafsah sembari menyimpan majalahnya.

"Hafizh tadi kesini ngga ya, Umi? Dirumah ngga ada soalnya. Baru aja ditinggal simpan piring pas Ira keluar, anaknya udah ilang." Jelas Syaqira.

"Dari tadi ndak kesini e, nduk. Wes, di asrama iki paling. Itu, dibelakang suamimu sama Abimu lagi ngobrol. Kamu minta tolong suruh cari anakmu aja," ujar Umi Hafsah yang diangguki oleh Syaqira.

Syaqira gegas menghampiri suami dan mertuanya di halaman belakang. Perempuan itu menyalami keduanya secara bergantian lantas menghampiri Gus Ibra yang duduk dikursi kayu.

"Tolong cariin Hafizh di asrama, Mas." Ujar Syaqira.

"Loh, udah pergi aja anaknya?" tanya Gus Ibra.

After MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang