-typo bertebaran
-tinggalkan kritik berbentuk saran
-don't repost
-just imagination[Happy reading]
....
Satu minggu berlalu, sikap leon masih sama tidak pedulinya seperti tempo lalu. Mengabaikan intensitas nathan, argumen nathan, pertanyaan nathan dan bahkan sikap manja nathan yang akhir-akhir ini anak itu tunjukan.
Mungkin akibat dari kedekatan adrian dan nathan yang membaik membuat anak itu tak segan lagi untuk menunjukan sisi cerianya, dari mana leon tahu? Tentu saja dari sang daddy yang ikut aksi dalam kisah cintanya. Leon senang, hanya saja ia masih mencoba menahan diri untuk tidak berlari pada sosok manis itu jika bukan nathan yang memintanya.
Seperti biasa nathan pulang dengan berjalan kaki karena papa-nya itu mengatakan masih ada pekerjaan yang tidak bisa adrian tinggalkan. Biarkan saja, toh nathan juga sedang ingin berjalan kaki sekaligus menenangkan fikirannya yang akhir-akhir ini terasa kacau.
Asik dengan fikirannya sendiri, kali ini nathan di buat mematung melihat pemandangan di depannya. Itu Tiffany, winter dan entah nathan tidak tahu siapa laki-laki parubaya itu, yang nathan lihat bagaimana laki-laki itu memperlakukan sangat baik keduanya dan terlihat sangat hangat."Siapa?"
Nathan menatap sekeliling dan menemukan tong sampah cukup besar di dekat ketiga orang itu. Berjalan di trotoar dengan perlahan, lalu merunduk di dekat tong sampah tersebut tanpa ketiganya sadari
"Papa pergi dulu oke? Nanti kalo kamu butuh apa-apa bilang papa aja"
Nathan mengernyit mendengar panggilan yang laki-laki itu sematkan untuk dirinya sendiri
"Papa?" Batin nathan
"Oke! Makasih waktunya pa, winter senang bisa main sama papa hari ini" Ujar winter
"Papa kapan ajak aku sama mama ke rumah kita?" Tanya winter manja
"Winter sayang, sabar dulu oke, nanti ada saatnya" Sela Tiffany semakin menambah kerutan di dahi nathan
"Yaudah. Papa pergi sekarang, jangan nakal oke. Sampai jumpa sayang" Pamit laki-laki itu pada keduanya.
Ketiga orang itu berpisah arah, beberapa langkah ke depan adalah gang komplek rumah nathan dan keluarganya tinggal. Dapat nathan lihat mama dan adiknya itu melanjutkan langkah menuju gerbang komplek. Menunggu beberapa saat, nathan beranjak dari tempatnya dan melanjutkan langkahnya.
Selama berjalan, nathan terus berfikir siapa lelaki paruh baya yang di lihatnya itu, kenapa ketiganya terlihat— akrab? Terlebih lelaki itu juga beberapa kali membubuhkan kecupan ringan di kepala winter. Nathan menggelengkan kepalanya cepat saat sebuah fikiran buruk terbesit di otaknya.
Tanpa sadar nathan sudah sampai di depan rumahnya yang terbilang mewah. Sebelum masuk, nathan kembali berfikir apa ia harus memberitahu papa-nya? Tapi bagaimana jika papa-nya tidak mengetahui apapun yang di lakukan mama-nya? Atau bagaimana jika yang nathan fikirkan adalah kebenaran? Nathan tidak tahu sesedih apa nanti papa-nya itu.Nathan memasuki rumahnya, dan terdengar samar percakapan dari ruang keluarga. Nathan mendekat dan berdiri di pembatas antara ruang tamu dan keluarga.
"Senang hm?" Tanya Tiffany
"Senang banget. Tapi aku sedih ma, sampai kapan sih kita harus sembunyi-sembunyi kayak gini? Lagian juga papa bima udah kaya kenapa nunggu papa adrian serahin-
" PAPA PULANG!!" Seruan dari pintu utama membuat nathan terkejut dan memotong percakapan dari ruang keluarga.
Nathan berjalan cepat dengan kaki berjinjit untuk tidak menghasilkan suara ribut dari langkahnya yang tergesa, beruntung nathan sempat melepas sepatu sekolahnya sebelum masuk. Menaiki tangga namun kembali terhenti saat adrian bersuara.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEONATHAN (𝙗𝙤𝙮𝙥𝙪𝙨𝙨𝙮 End)
Randomaneh Nathaniel selalu merasa dirinya aneh, menjijikan, tidak layak di cintai dan di banggakan. Itu sebabnya ia lebih menutup diri daripada tersakiti oleh mulut-mulut berbisa di luaran sana... tapi bagaimana jika datangnya Leonardo si blasteran Austr...