Sekumpulan manusia yang mungkin sedang kelaparan telah memenuhi pagar sekolah. Suara kendaraan bermotor yang mulai berisik, beban berat di pundak yang mungkin juga mulai berkurang atau malah bertambah serta para penjual cilung, cilor, cimol, dan cilok yang mulai menampakkan wajah full senyum, mulai menampakkan diri.
Di lantai tiga, Kinanthi, Adine, dan Fateen tampak sedang menunggu Shenina keluar dari kelas. Melihat hal tersebut, Shenina merasa dia harus mengatakan sesuatu. Jika tidak, kasihan sekali ketiga temannya harus menunggunya dengan hasil yang sia-sia.
"Kalian ngapain? Duluan aja. Gue habis ini ada ekstra badminton," ucap Shenina seraya merapikan alat tulisnya yang masih tergeletak secara asal di meja, apalagi sekarang, penggarisnya entah raib ke mana.
"Yaelah, ngomong daritadi harusnya, yaudah semangat ya, biar jadi juara!" ujar Kinanthi menimpali dan Adine memberikan dua jempolnya.
"Si paling sibuk nih, ya udah kita duluan," sahut Fateen yang sudah memilih pensiun dini dari segala kegiatan di sekolah itu, mewakili Adine dan Kinanthi untuk pergi terlebih dahulu.
Shenina kini sendirian di kelas. Sepuluh menit yang lalu, ketua ekstra badminton, Ares, sudah menghubungi para anggota supaya cepat berkumpul.
Shenina rasanya malas sekali untuk berlatih. Rasanya ingin sekali pulang ke rumah lalu rebahan sambil menonton serial India kesukaannya yang sekarang sedang viral. Tetapi apa daya, dia punya tanggung jawab untuk melaksanakan latihan.
Shenina bergegas menuju ruangan badminton setelah pergi ke ruang ganti, dia berlari dengan tergopoh-gopoh.
Dia rasa dirinya sudah terlambat dari sepuluh menit yang lalu. Tetapi di sisi lain dia merasa bodo amat. Karena jika kena marah, dia tinggal bilang, bahwasanya setiap manusia itu tidak akan luput dari kesalahan. Terlambat kan termasuk kesalahan? Lagi pula sebenarnya dia tidak salah. Toh, memang baru keluar dari kelas.
"Assalamu'alaikum," ucap Shenina sambil menaruh tasnya. Ketika masuk, Shenina pun heran, ternyata mereka semua tengah menunggu Shenina datang. Sangat solidaritas sekali. Atau, karena ada udang di balik batu?
"Wa'alaikumussalam," jawab seluruh manusia di dalam ruangan. Tetapi tunggu, Shenina yakin sekali telinganya itu tidak sedang bermasalah. Ada suara yang lumayan familiar di telinganya.
Suara yang hanya bisa didengar jika ada suatu event atau upacara. Dan suara itu menurutnya lumayan mendominasi daripada suara yang lain, entahlah, memang suaranya yang keras atau sengaja didominasikan. Opsi kedua agak tidak mungkin, kan? Karena untuk apa?
Shenina pergi menuju ke arah sekumpulan anggota, terlihat di tengah-tengah mereka terdapat wajah baru. Ternyata telinganya tidak sedang bermasalah. Selamat, uangnya tidak akan berkurang untuk ongkos membayar dokter THT.
Tinggi sang pemilik wajah baru itu satu centi meter di atas Shenina, yang berarti 168 centi meter. Shenina sejujurnya bingung, dia tidak tahu apa yang dilakukan orang itu di sini.
"Lama bener kau," ujar Ares kepada Shenina yang tengah menuju ke arah kumpulannya. Ares, kini mengeluarkan mode anak Medannya. Mode yang sangat jarang sekali terpakai.
"Manusia gak luput dari kesalahan kali. Kalau ada pintu Doraemon mungkin gue udah sampai dari tadi. Gue beneran baru keluar dari kelas, harap maklum," jawab Shenina, sedangkan Ares malah cengengesan. Agak lain memang. Setelah itu, Ares memilih untuk mengenalkan seseorang kepada seluruh anggota badminton.
"Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Baik teman-teman, saat ini, kita ketambahan anggota baru. Perkenalkan, ini Zafran, siapa sih yang gak kenal dia. Gue rasa kalian sudah pada kenal, dan semoga kita bisa cepat akrab. Oke, karena hal itu juga, daripada kita lama-lama nih cincong-cincong di sini, mending langsung praktik. Kuy latihan! Sa, tolong ajarin Zafran," ucap Ares yang kemudian menepuk bahu Zafran sambil tersenyum dan berlalu pergi. Sungguh, perkenalan yang diawali kalimat formal dan diakhiri ketidakformalan. Untung saja tidak ada Pak Imam, selaku pelatih ekstrakurikuler bulu tangkis, yang menjunjung tinggi nilai kesopanan. Jika saja Pak Imam tahu, bisa-bisa Ares akan diberi hadian berupa smash melalui raket kesayangan laki-laki tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunflowers
Teen FictionDia menyukai buku, dia menyukai kata selamat, dan dia menyukai sunflower. Perjalanan hidupnya mungkin terlihat 'beruntung', namun, coba tanyakan kepada Tuhan, apa yang diambil dari hidupnya di balik itu semua? Dia yang takut akan dunia luar, sampai...