08 - Jam Kosong

10 3 0
                                    


Tiga hari sudah berlalu. Hari ini adalah hari di mana pendaftaran SNBP. Selama tiga hari itu juga, Shenina sudah melakukan salat istikharah sampai hatinya mantap akan pilihan yang akan diambilnya. Kini, Shenina tengah berada di halaman rumahnya yang begitu asri.

Tanah yang terbalut warna hijau, bunga saling bersisian bertebaran di mana-mana, beberapa buah yang ranum, dan sekarang dia tengah memanaskan vespa putih kesayangannya. Shenina sungguh tidak terkejut saat melihat keadaaan halaman rumahnya, riwayat sebagai alumni fakultas teknologi pertanian milik Ummanya di Institut Pertanian Bogor tidak bisa diragukan lagi. Sembari menunggu Ummanya, dia memilih untuk sibuk melihat pantulan wajahnya di spion sepeda motor, yang dirinya sebut sebagai kaca kejujuran.

"Ma Syaa Allah, siapa sih ini, cantik banget?" pujinya pada diri sendiri. Dia tersenyum, sampai lesung di pipinya terlihat.

"Duplikat Umma, gituloh," sahut Ummanya yang baru saja keluar dari rumah, mengunci pintu, kemudian menuju ke arah Shenina. Memang, terkadang Ummanya itu terlalu percaya diri. Tetapi tidak bisa dipungkiri, wajah Shenina itu memang bagai pinang dibelah dua dengan Ummanya.

"Udah, Umma? Kalau gitu ayo kita berangkat," ucap Shenina sambil mengakhiri aktivitas sebelumnya. Memang, saat pagi, Ummanya akan ikut dengan Shenina dan berhenti di toko bunga, mengingat jalannya searah. Karena hemat adalah pangkal kaya.

"Gimana? Hasil salat istikharahnya? Udah ada tanda-tanda belum?"

"Alhamdulillah, udah Umma," jawab Shenina di balik helm bogonya yang berwarna milk brown. "In Syaa Allah, aku yakin ambil Ilmu Ekonomi, Umma. Biar bisa urus The Shenina Florist juga. Mengikuti langkah Umma," lanjutnya dengan fokus mengendarai motornya.

"Umma kan teknologi pertanian, Na," sahut Ummanya.

"Habis itu ambil ilmu ekonomi kan untuk jenjang lanjutannya? Umma lupa, kah?" balas Shenina. Ummanya pun tersenyum.

Selesai Shenina mengantarkan Ummanya ke toko, dia langsung pergi menuju ke sekolahnya. Jarak tempuh dengan kecepatan normal dari rumahnya ke sekolah adalah satu jam. Itu pun kalau tidak macet. Kalau macet ya, wassalaam. Dan dengan waktu itu, Shenina harus sampai di sekolah pukul 06.40. Syukur, hari ini Jakarta tidak macet. Tetapi ternyata Shenina sampai di sekolah tidak sesuai dengan harapannya, dia sampai pada pukul 06.45, karena tadi sempat ada kecelakaan keci di daerah lampu lalu lintas. Ternyata ekspektasi tak semulus jalan tol.

Shenina kemudian memarkirkan sepedanya, lalu menuju kelasnya.

Agenda hari ini yaitu sosialisasi, menyetorkan nama dan jurusan untuk anak-anak eligible, serta pendaftaran. Setelah itu, jam kosong. Tidak ada tugas, benar-benar kosong, padahal beberapa minggu ke depan akan ada ujian khusus untuk anak kelas 12.

Shenina dan ketiga temannya memilih untuk pergi ke perpustakaan. Mungkin, membaca buku, bisa menjadi pilihan.

Perpustakaan begitu sepi, hanya ada satu guru laki-laki yang bertugas menjaga di sana.

"Bukunya gak ada yang menarik. Bahkan, buku yang judulnya Seni Untuk Bersikap Bodo Amat, aja, gak ada," bisik Shenina agar tidak terdengar guru yang sedang berjaga. Ngeri jika sampai dia mendapat teguran. Tidak akan dia biarkan namanya debut di daftar buku hitam.

"Gue ada saran buku bagus, sih, buat lo, Shen," ucap Adine dengan tersenyum.

Senyum yang menurut Shenina terselubung sesuatu di baliknya. Shenina merasa, ada udang di balik batu.

"Apa?" tanya Shenina penasaran. Adine pun menunjuk buku di rak pojok. Buku itu sangat tebal. Terpampang jelas judulnya begitu besar, SOSIOLOGI. Melihatnya saja, rasanya Shenina harus mengangkat tangan, untuk menyerah.

SunflowersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang