Senin sudah layaknya momok bagi sebagian besar pelajar di sekolah. Panas matahari yang menyengat bisa menyebabkan skincare luntur dan bisa menjadi penyebab lemah, letih, lesu, loyo, love you, baik abaikan yang terakhir.
Tidak hanya itu, belum lagi drama pembina upacara yang gemar sekali memberikan amanat yang sangat singkat, di mana saking singkatnya sampai bisa menyebabkan tumbangnya beberapa peserta upacara. Sehebat itu efeknya. Tetapi hal tersebut tidak berlaku untuk remaja perempuan yang berasal dari kelas 12 IPS 1 yang katanya bercita-cita menjadi seorang perawat, memang cita-citanya cukup menantang adrenalin, karena dia berasal dari rumpun sosial.
"Baik anak-anak, jangan bubar terlebih dahulu, seperti biasa, sebab di akhir kegiatan upacara ini kita akan menyiarkan tentang anak-anak berprestasi dari sekolah kita." Suara guru terdengar nyaring melalui mirkofon, anak-anak yang sebelumnya sudah mulai angkat kaki, mau tidak mau maka harus menjatuhkan kembali kakinya ke tanah yang panas itu.
"Sebuah tim dari SMA kita, SMA Ankaras Wangi, tim lomba debat bahasa Indonesia! Selamat telah memenangkan lomba debat bahasa Indonesia tingkat nasional! Dipersilakan maju ke depan," ucap guru tersebut.
Nama-nama yang dipanggil langsung maju ke depan, dengan tepuk tangan riuh yang menyertainya. Sayup-sayup terdengar suara, Shenina lagi Shenina lagi, multitalenta banget tuh bocah, kurang lebih suara manusia yang lain juga tidak jauh-jauh dari perkataan seperti itu. Piala dan piagam diberikan, senyum kemenangan menghadap kamera diperlihatkan.
"Selamat sekali lagi untuk kalian, semoga hal ini bisa memotivasi yang lain untuk meraih prestasi sesuai dengan bidang masing-masing. Oh iya, mereka ini juga lolos ke tahap final pada lomba debat Bahasa Arab tingkat nasional, loh, seminggu lagi akan bertanding, kita doakan supaya mereka bisa meraih apa yang mereka citakan ya, Aamiin. Terima kasih kepada kalian," ucap guru yang sedang bertugas.
Mereka bertiga pun kembali ke tempat semula, dengan disertai riuh ucapan selamat yang saling mengudara dan gemuruh suara tepukkan tangan. Sedangkan di sisi lain, sang pemimpin upacara, mantan ketua osis yang harus menggantikan juniornya bertugas, dia terus meyakinkan dirinya bahwa iya atau tidak.
Selama satu tahun terakhir dia sudah memperhatikan gadis itu, lebih tepatnya dia baru sadar ada sosok gadis yang menurutnya sendiri, sangat ... tangguh.
🌻🌻🌻
Kelas yang bernuansa biru tosca itu tidak ramai tidak juga sepi, setelah upacara, memang ada jeda, untuk mereka beristirahat sebentar.
Aktivitas yang mereka lakukan juga bervariasi, ada yang baru datang dari kegiatan melipir ke kantin yang sudah seperti warung mendekati jam buka puasa, ada yang sedang mengerjakan tugas rumah, atau juga yang sedang dipalak oleh sang bendahara kelas, Kinanthi.
"Weh ... keren cuy juara satu loh," celetuk salah satu remaja laki-laki.
Shenina hanya tersenyum dengan mengacungkan jempol kanannya, sedangkan Kinanthi masih sibuk dengan kegiatannya sebelumnya, cosplay menjadi preman.
"Masih setia sama club matematika, Nan?" tanya Shenina tiba-tiba saja karena kasihan melihat Kinanthi yang terlihat terkena pressure.
"Masih lah, Shen. Gue kan orangnya setia," jawabnya yang kemudian duduk di kursi menghadap ke arah Shenina sembari menenggak satu botol kopi dingin yang dibelinya di kantin.
"Lo sendiri masih ikut silat?" tanyanya kepada Shenina yang baru daftar ekstrakurikuler silat mulai bulan lalu. Shenina menghela napas lelah mendengar itu.
"Asal lo tahu ya, Nan. Selama gue daftar itu, gue cuma masuk sekali doang. Sisanya izin semua, bentrok sama jadwal lainnya soalnya. Kayaknya gue bakalan pilih out aja," jelas Shenina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunflowers
Teen FictionDia menyukai buku, dia menyukai kata selamat, dan dia menyukai sunflower. Perjalanan hidupnya mungkin terlihat 'beruntung', namun, coba tanyakan kepada Tuhan, apa yang diambil dari hidupnya di balik itu semua? Dia yang takut akan dunia luar, sampai...